27

24 7 2
                                    

Setelah mobil Rendra sudah tidak terlihat lagi di pandangannya, Reva segera bergegas masuk ke sekolah. Ia berjalan cukup cepat karena takut bel masuk berbunyi. Mau bagaimanapun, ia tidak boleh telat, ia harus disiplin, itu yang diajarkan keluarganya.

Ketika berjalan di koridor, ia melihat sean tengah berjalan juga disana. Ia mempercepat langkahnya supaya sejajar dengan langkah Sean.

"Pagi, Kak Sean," sapanya.

Sean tak berhenti, ia terus berjalan dan menjawab. "Pagi Re." tanpa menoleh sedikit pun ke arah Reva.

Tentu saja itu menimbulkan pertanyaan di benak Reva. "Ada apa dengan Kak Sean? Apa dinginnya kambuh lagi?"

Bahkan sampai masuk ke kelasnya pun, Sean tidak berbicara apa-apa pada Reva. Sesampainya di depan kelas, Reva dikagetkan oleh Salma.

"Reva stop!" teriaknya. Tangannya menahan Reva masuk ke kelas.

"Ada apa sih Sal?"

Salma menarik lengan Reva untuk duduk di kursi depan kelasnya. "Re, apa bener lo tadi dianter cowok?"

Reva sudah menduganya. Ternyata banyak orang yang memperhatikan dirinya sampai Salma pun tau ia diantar oleh Rendra.

"Iya, lo tau dari mana?" tanya Reva.

"Dari orang-orang yang liat lo tadi." jawab Salma.

"Wow, banyak yang liat gue ternyata." gumam Reva.

"Ya ampun, dia siapa Re? Mereka bilang cowo itu keliatan udah dewasa banget, apa jangan-jangan dia itu.."

"Dia bang Rendra, Sal. Abang gue." potong Reva.

Salma menganga dan terdiam. "Jadi... Dia bang Rendra? Yang udah bertahun tahun gak pulang itu?"

Reva mengangguk sebagai jawaban. "Jangan-jangan, orang lain mikir lain-lain lagi."

"Udah, lo tenang aja. Soalan itu, biar gue yang urus nanti." kata Salma.

"Tapi Sal, kenapa kak Sean tadi sama sekali gak ajak gue bicara ya?" tanya Reva.

"Gue tau Re, kak Sean begitu pasti karena dia lihat lo sama bang Rendra. Dan dia berpikir lo itu sama bang Rendra pacaran,"

Reva terdiam. Apa yang dibilang Salma barusan ada benarnya. Bisa jadi karena hal itu. Tapi ia juga tak ingin berpikir seolah-olah ia adalah orang spesialnya Sean. Meskipun dekat, tapi Sean belum menyatakan perasaan apapun padanya.

"Re," Salma menepuk pundak Reva.

"Oy," jawab Reva.

"Lo ngelamunin apaan sekarang?" tanya Salma.

Reva menggeleng. "Enggak Sal, mendingan kita masuk yuk ke kelas. Bentar lagi pasti bel."

"Ya udah yuk Re." jawab Salma.

Keduanya pun bergegas masuk ke kelas. Apalagi bel untuk pelajaran pertama, guru nya lumayan tegas.

...

Sean termanggu diam. Sedari tadi kelasnya jamkos. Tugas pun sudah ia selesaikan. Dan sekarang ia hanya duduk di bangkunya, menatap lurus ke depan, pikirannya tak bisa lepas dari apa yang ia lihat tadi pagi.

Bahkan para temannya mengajak ke kantin pun, Sean menolak dan lebih memilih diam di kelas. Apalagi urusan nya akan panjang jika ia nekat ikut ke kantin. Lagipula bel istirahat belum berbunyi.

Ia meraih hp nya di atas meja. Membuka aplikasi whatsapp sekedar melihat apakah ada yang mengirim nya pesan atau tidak. Ternyata ada sebuah pesan masuk.

Suka SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang