18

82 37 60
                                    

Pagi ini cerah sekali. Reva sangat bersemangat untuk berolahraga walaupun hanya jogging keliling kompleks. Ia menyapa tetangga yang ia temui ketika jogging, itu sebabnya, keluarga Reva dinilai oleh banyak orang sebagai keluarga yang ramah.

Sudah sekitar dua keliling, Reva sudah merasa lelah. Ia menepi dan duduk sejenak untuk menghilangkan sedikit rasa lelahnya. Ia meneguk minumnya hingga tersisa setengah botol.

"Haus banget tuh kayaknya," sahut laki-laki yang berdiri di depannya.

Reva mendongak supaya bisa melihat jelas wajahnya. "Kak Farhan?" seru Reva. Ia langsung berdiri mensejajarkan tingginya meskipun Farhan masih tetap lebih tinggi.

"Haha, kayak yang abis liat apa aja Re muka nya begitu," ujar Farhan.

"Hehe, kak Farhan lagi ngapain disini?" tanya Reva.

"Aku abis anterin pesenan mamaku ke salah satu rumah di kompleks ini," jawab Farhan.

"Pesenan?"

Farhan mengangguk. "Mamaku bisa buat kue, terus temen-temen arisannya ada yang suka pesen." tuturnya.

"Oh gitu, mama kak Farhan punya toko kue?" tanya Reva.

"Kalo toko kue sih punya, tapi engga disini," jawab Farhan.

"Terus dimana?" Reva sebenarnya ingin berhenti bertanya, namun karena rasa ingin taunya sudah menjadi-jadi, yaa sekalian saja tanyakan.

"Di Jawa, disana sodara aku yang kelola, disini mama aku udah ga sanggup kelola sendirian," kata Farhan. "Apalagi waktu papah gak ada, mama aku jadi lebih pendiem sekarang," lanjutnya.

Satu hal yang baru Reva tau, ternyata papah Farhan sudah meninggal. Ada perasaan tidak enak ketika Reva bertanya lebih jauh tadi. Tau bakalan seperti ini, Reva tidak akan bertanya banyak.

Farhan pasti sedih, ditinggal seorang papa. Apalagi mamahnya, pasti sedih sekali ditinggal seorang suami. Dan harus menjalani hidup berdua saja setiap harinya bersama dengan Farhan.

"Maaf ya jadi curhat," Ia mengelap matanya yang berkaca-kaca.

"Turut berduka cita ya kak Farhan, aku bener-bener gak tau," ucap Reva.

"Gapapa Re, papah pasti disana udah bahagia kok." kata Farhan.

Reva melihat kesedihan itu di wajah Farhan. Mungkin masih sangat terasa, kepergian papahnya. Tangan Reva tergerak untuk mengusap punggungnya.

Selama ini, Farhan selalu baik padanya. Bahkan ia selalu menolong Reva disaat-saat sulitnya. Tapi ia juga tak bisa terlalu dekat dengan Farhan karena sahabatnya, Salma menyukai Farhan.

"Oh ya kak Farhan mau mampir dulu ke rumah?" tanya Reva.

"Boleh emang?"

Reva mengangguk. "Boleh, ayo." jawab Reva. Farhan pun mengikuti langkah Reva.

...

Selepas sholat subuh, Sean kembali tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 9.00, ia masih bergulung dengan selimut dan gulingnya. Padahal daritadi Yuni sudah mengetuk pintu kamar Sean dan meneriakinya untuk segera bangun.

Kali ini Yuni nyerah dan tidak mengetuk pintu sambil berteriak. Melainkan membawa segelas air dan menyipratkannya pada wajah Sean sampai Sean terbangun.

"Gue gak akan biarin lo," ucap Sean.

"Biarin siapa?" tanya Yuni.

"Huaaa," Sean menguap sembari mengumpulkan nyawa. "Eh mamah, masih subuh mah, Sean masih ngantuk."

Suka SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang