Pagi hari, seperti biasa Reva mengemas bukunya dan memasukan nya ke dalam tas berwarna perpaduan hitam dan biru . Tak lupa ia memasukkan laptop nya ke dalam tas karena hari ini akan ada presentasi di kelasnya.
"Reva ayo sarapan nak" teriak Ana, mamanya.
"Iya mah, bentar" sahut Reva dengan teriakan. Setelah mengemasi barang-barangnya, dengan segera Reva turun menuju meja makan untuk sarapan.
"Reva" panggil Juan, papa Reva
"Iya kenapa pah?" sahut Reva.
"Pa Amin bilang, kamu sekarang suka turun di halte, itu bener?" tanya Juan lagi.
"Oh ya? kenapa Re? ada masalah apa?" tanya Ana tak percaya.
"Reva gamau pah, mah orang-orang nyangka Reva sombong atau pamer" jawab Reva to the point.
"Loh, emangnya sombong ya kalo dianter sampe depan sekolah?" tanya Ana.
"Mamah sama Papah kan gatau murid di sekolahan Reva kayak gimana" ujar Reva semangat.
"Emangnya anak-anaknya gimana? nakal nakal?" tanya Juan
"Engga nakal sih pah, cuman yaa gitu" jawab Reva.
Juan mengernyit. "Gitu gimana?"
"Ya pokoknya gitu aja pah mah, udah ah Reva berangkat dulu ya takut telat," pamit Reva sambil menciumi punggung tangan Ana dan Juan.
Setelah sarapan, Reva diantar oleh Pa Amin, supir pribadi keluarganya. "Mari neng" kata Pa Amin membukakan pintu.
"Iya pa, makasih" ucap Reva memasuki mobilnya.
Perjalanan dari rumah Reva ke sekolah hanya memakan waktu 15 menit saja. Ketika mobilnya berada di depan halte, Reva melihat Salma tengah duduk disana, segera Reva menyuruh Pa Amin menghentikan mobilnya. "Pa, Reva turun disini aja ya" kata Reva.
"Disini lagi neng?" tanya Pa Amin. Sudah sekitar tiga bulan, Reva tak ingin di antar sampai depan sekolah, ia memilih untuk turun di halte. Alasan nya karena ia tak ingin dinilai sombong karena diantar jemput oleh mobil. Ia memilih menghindari ucapan-ucapan pedas dari mulut banyak orang. "Makasih ya pa" ucap Reva sambil menutup pintu mobil berwarna hitam itu.
"Hai Sal" sapa Reva dengan senyum manisnya.
Salma melambaikan tangan nya. "Hai juga Re, turun disini lagi?" tanya Salma.
Reva tertawa kecil. "Iya Sal, gue gamau orang-orang menilai gue sombong atau apapun itu, telinga gue terlalu sibuk buat dengernya" jawab Reva.
"Aneh dasar" kata Salma memukul kecil lengan Reva.
"Yu Sal" ajak Reva.
Salma dan Reva pun berjalan memasuki area sekolah. Sekolah yang terdiri dari tiga lantai dan dua gedung ini, merupakan sekolah yang tidak terlalu mewah, tapi terkenal akan kecerdasan murid-muridnya. Reva merupakan salah satunya.
Ketika berjalan di koridor, Reva dan Salma berpapasan dengan Farhan, "Kak" sapa Salma, sedangkan Reva hanya tersenyum saja.
Farhan menghentikan langkah keduanya dengan memegang tangan Reva. "Re, bisa bicara sebentar ga?" tanya Farhan sembari melepaskan pegangan nya.
"Ehem" Salma berdehem "Udah ah, gue duluan ke kelas deh ya" bisik Salma.
"Eh Sal, tungguin" tahan Reva.
"Engga mau. Babay" kata Salma sambil pergi. Kini di koridor yang sepi hanya ada mereka berdua.
"Ehh Salma, Sal" teriak Reva, orang yang diteriaki nya malah tidak menggubris sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suka Senior
Teen Fiction(Follow sebelum baca) Gak salah kan kalau menyukai atau disukai sama senior? Apalagi kalau senior terkenal di salah satu organisasi atau ekstrakulikuler yang paling dibanggakan di sekolah. Apa yang akan terjadi jika dekat dengan senior populer yang...