Raka POV
Kini aku sedang berada di sebuah lorong rumah sakit. Walaupun aku orangnya dingin dan agak cuek tapi aku tetap memperhatikan setiap karyawanku. Baru saja aku menjenguk salah satu karyawanku, ia sedang sakit parah. Ia mengidap penyakit jantung.
Aku berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit untuk kembali ke mobilku. Namun saat aku melewati sebuah lorong dekat taman, aku mendengar suara tangisan seorang wanita. Tiba-tiba bulu kudukku merinding, tapi mana mungkin hantu ada di siang bolong begini.
Aku berjalan terus mendekati asal suara tersebut. Aku menghela nafasku, ternyata memang bukan hantu tetapi seorang wanita. Tapi apa yang terjadi pada dirinya?
Aku berjalan mendekatinya, wajahnya tak terlihat karna aku berjalan dari arah belakangnya. Ku keluarkan sapu tangan dari sakuku dan ku sodorkan ke dia.
"Ini buat lo. Gue tau lo sedih, tapi sedih bukan penyelesaian dari sebuah masalah kan?"
Dia mengambil sapu tangan yang ku berikan.
Telponku berdering, seperti biasa itu pasti akan berhubungan dengan pekerjaanku. Aku mengangkatnya dan meninggalkan cewek itu seorang diri.
"Hallo Tam, ini gue lagi jalan kesana kok."
"......"
"Iya, ini gue udh deket sama kantor."
"....."
"Yaudah gue tutup ya."
***
Kini aku sedang makan siang di kantin kantor. Aku tidak sendiri, tetapi aku bersama sahabatku. Siapa lagi jika bukan Tama.
"Thank you ya Tam, lu udah tahan klien kita. Kalok gak mungkin kita bakal kehilangan project besar ni." ucapku berterimakasih.
"Santay aja kali Ka, lagian gue cuma jalanin tugas gue aja kali." ujar Tama.
"Lagian lo kemana sih tadi? Kok lama amat kesininya." tanya Tama.
"Gue tadi anter Bunda gue dulu belanja keperluan, lama bgt. Dh tu gue kerumah sakit, ya biar sekalian aja karna deket kantor. Kan lu tau, salah satu karyawan kita ada yg masuk rumah sakit. jadi gue jenguk dia dulu." jawabku sambil memakan steak yang ada dihadapanku.
"Emang ya, walaupun sahabat gue ini rada cuek dan dingin tapi perhatian bgt sama orang sekitarnya." pujinya padaku.
"Lo tau kan sebenarnya gue gak dingin dan secuek ini." ucapku mulai menunjukkan raut sedih.
"Eh udahlah, mending sekarang kita ketemu klien aja. Kan lo ada janji lagi tu di cafe Cempaka kan." ucapnya mengalihkan.
"Oh y, kan gue ada janji hari ini ya. Yaudah kuy lah kesana." ucapku lalu mengeluarkan uang dan meletakkannya di meja.
Tama memang sahabat yang terbaik yang gue punya. Dia selalu berusaha buat gue bangkit jadi orang seperti dulu lagi. Ya, hanya di depan sahabat gue ini gue menjadi diri gue yang dulu. Periang dan sering bercanda bukan jadi orang yang dingin dan cuek.
***
Andini POV
Aku duduk di bangku taman. Air mataku kini terus mengalir, pikiranku kacau memikirkan biaya pengobatan Mama.
Namun sebuah sapu tangan mendarat dihadapanku. Bukan melayang tapi ada sebuah tangan yang memegangnya.
"Ini buat lo. Gue tau lo sedih, tapi sedih bukan penyelesaian dari sebuah masalah kan?" katanya dari arah belakangku.
Aku mencerna perkataan itu dalam-dalam. Apa yang dikatakannya emang benar, sedih bukanlah penyelesaianya.
Aku pun mengambil sapu tangan tersebut. Aku menghapus air mataku. Aku berbalik untuk melihatnya. Namun sebelum kuucapkan terimakasih kepadanya, ia sudah berjalan pergi.
Aku terus memperhatikannya sampai punggungnya tak terlihat lagi. Lalu ku perhatikan sapu tangan miliknya tersebut. Ku terhenti dan kuperhatikan ada sebuah inisial disana.
"RA?" ku baca tulisan yang ada disapu tangan itu.
"Tapi inisial RA itu banyak, gue cari kemana orang itu. Gue kan harus balikin sapu tangan dia, gue juga belum bilang terimakasih." ucapku lesuh.
"Gue harap gue bisa ketemu sama orang yang berinisial RA ini." ucapku memikirkannya.
Tiba-tiba telponku berdering. Aku mengambilnya dari tas sandangku. Tertera nama Tari disana.
"Assalamualaikum Tar, ada apa?"
"......"
"Lo udah dirumah sakit? Yaudah kita ketemu di kantin rumah sakit aja ya."
"....."
"Oke gue OTW."
***
Aku berjalan untuk menemui Tari yang ada di kantin rumah sakit. Terlihat Tari sedang duduk menungguku. Namun ia tak sendiri, ia bersama seorang pria yg ku kenal.
"Tari! Kak Beni!" ku berlari memeluk Tari.
"Lo yang sabar ya Din." ucapnya mengelus punggungku.
"Gimana keadaan nyokap lo?" tanya Beni padaku.
"Mama, dia gagal ginjal kak." ucapku tak tahan dan memeluk Kak Beni.
Aku mulai tenang kini. Kami duduk untuk menceritakan apa yang terjadi dengan Mama. Aku juga menceritakan kepada mereka bahwa aku sedang kekurangan biaya untuk pengobatan Mama.
"Gue bingung, gimana bayar pengobatan Mama nanti." ucapku terus menangis.
"Lo tenang ya Din. Gue punya tabungan kok, lo bisa pakek dulu." tawar Tari padaku.
"Iya, lo juga bisa kok pinjem uang gue." Tawar kak Beni juga.
"Gak, gue gak mau. Nanti gue gantinya gimana? pokonya gue gak mau pakek uang kalian." tolakku.
"Terus gimana lo bayar administrasi pengobatan nyokap lo?" Tanya Tari padaku.
"Gue juga bingung Tar." ucapku lesuh.
"Gimana kalok lo magang aja di perusahaan tempat gue kerja?" Tawar kak Beni.
"Nah bener tu Din. Lo juga bisa nyanyi di cafe milik bokap gue di hari-hari libur. Suara lo kan bagus tu." Tawar Tari juga.
Aku terus berpikir. Sepertinya tawaran tersebut lebih menarik dari pada aku harus meminjam uang.
"Okelah gue setuju." terimaku.
"Mmm... makasih ya buat kalian, kalian selalu ada buat gue disaat apapun." sambungku.
"Santay aja kali , kek ama siapa aja lu bocah." ujar kk Beni mengacak rambutku.
"Ihhh.... berantakan tau ni rambut gue." ucapku kesal namun tak di hiraukan olehnya.
-
-
-
-
-
-
I'M BACK GUYS......
Aku seneng bgt bisa upload lagi. Ya karna pelatihan ku udah selesai ni. Aku harap kalian juga seneng. Seneng juga baca cerita aku.
Ini cerita aku tentang pemain djs. Mungkin kurang bagus kali y dari cerita-cerita lainnya, soalnya aku masih belajar. Tapi aku harap kalian suka y.
Oke jangan jadi pembaca gelap y guys, karna yg gelap-gelap itu tidak baik. Ahhhh.... canda gelap.
Jangan lupa juga saksikan djs terus ya setiap hari jam 16.40 hanya di SCTV.
Jangan sampai sinetron yang kita suka sampai tamat... Karna sinetronnya bagus bgt, cocok kesemua umur ....
Terimakasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tanpa Tapi
RomansMusik membuat kepercayaanku terhadap Cinta menghilang, namun dengan kehadiranmu aku merasa cintaku telah kembali dalam hidupku. Kesalahanku dalam menilai musik membuatku hanya berhenti di jalan yang sama. Kau dan musik yang kau bawa membuatku merasa...