Surat Lamaran Magang

89 10 0
                                    

Andini POV

Kini aku sudah berkaca di sudut kamarku. Ku perhatikan dalam-dalam perawakan diriku. Keren, satu kata yang menggambarkan diriku kini.

Ya hari ini aku akan melamar magang ke perusahaan kak Beni. Harap-harap aku akan keterima disana.

Ku masukkan surat lamaranku ke dalam tas selempangku kini. Lalu aku keluar dari kamar yang berukuran kecil itu.

"Kamu mau kemana Andini?" tanya Mama. Ya Mama sudah pulang dari rumah sakit. Namun sampai kini Mama harus terus mengontrol keadaannya di rumah sakit.

"Aku mau melamar magang Ma diperusahaan kak Beni." jawabku lalu berjalan mendekati meja makan.

"Emang kamu gak capek harus kerja dan kuliah? Lagian kamu juga harus urus toko bunga kita kan?" tanya Mamaku rada tak mengizinkan.

"Mama tenang aja, anak Mama inikan kuat. Maupun aku beraktivitas hingga 24 jam, Andini juga sanggup kok. Lagian ini juga bisa bantu biaya pengobatan Mama kan." ucapku sedikit memohon.

Aku mengambil dua buah roti tawar lalu ku lumuri dengan slai coklat. Ya, slai coklat adalah kesukaanku dan apapun yang berbau dengan coklat pasti aku suka. Aku letakkan roti tersebut ke tempat bekal. Setelah itu ku minum susuku dan berpamitan.

"Ma, Andini pergi dulu ya." ucapku memeluk Mama.

"Hati-hati ya sayang. semoga kamu keterima." ucap Mama mencium keningku.

"Assalamualaikum Ma." mencium tangan Mama.

"Waalaikumsalam." jawab Mama

***

Kini aku masih mengkayuh sepedaku untuk mengantarkan pesanan bunga dari pelanggan. Alhamdulillahnya ini adalah pesanan terakhir yang ku antarkan kini.

Ku tekan bel di rumah yang sangat megah itu. Tak lama seseorang keluar dari gerbang rumah besar itu.

"Cari siapa dek?" itulah yang pertama kali ditanya orang itu.

"Ini buk saya mau nganter bunga. Katanya untuk Bu Mariam. Apakah ini rumah Buk Mariam buk?" tanyaku meyakinkan.

"Eh iya dek, ini rumah majikan saya Buk Mariam." ujarnya.

"Kalok gitu saya titip bunga ini sama Ibuk aja ya." ku berikan bunga itu kepadanya.

"Eh iya. Saya terima ya." ucapnya mengambil bunga itu.

"Iy Buk. Boleh tanda tangan disini buk, untuk bukti penerimaan." ku berikan kertas bukti penerimaan.

"Eh iya." Ucapnya menandatanganinya.

"Oke terimakasih buk, kalok gitu saya pamit ya."

Sepertinya tas selempangku sangat berat, ku letakkan tasku dikeranjang itu. Lalu ku kayuhkan sepedaku dan pergi dari sana.

Rasanya tidak sabar untuk cepat-cepat samapi di perusahaan itu. Namun saat di simpangan jalan ada sebuah mobil hitam dari arah belakang yang membawa mobilnya dengan sangat cepat. Alhasil ia melewati kubangan itu dan mencipratkannya padaku.

Aku menjadi oleng dan terjatuh. Bagaikan jatuh tertimpa tangga menangung rasa malu pula lagi, itulah yang kurasakan kini.

"Woy, jalan hati-hati dong lo!!" teriakku.

Namun mobil tersebut terus berjalan.

"Uhh.... kotor kan bajunya." ucapku berusaha membersihkan bajuku.

"Emang dasar ya orang kaya jaman sekarang belagu amat. Emang dia aja apa yg buru-buru sampai gak liat kubangan gtu." dumelku.

Ku benahi sepedaku. Lalu ku ambil tasku yang juga jatuh dari keranjang, tapi betapa terkejutnya aku saat tas selempangku sudah terbuka. Ahh memang inilah kebiasaanku, selalu lupa untuk mengancing tasku.

Tapi.... dimana surat lamaranku. Aku membongkar isi di dalam tasku. Tidak ada sama sekali.

"Mana nih? Padahal seingat gue udah gue taruk dalam tas deh." ucapku bertanya-tanya pada diriku sendiri.

Aku mulai cemas. Dan ku perhatikan tempat ku terjatuh itu dengan sangat detail. Akhirnya kutemukan surat itu yang tak jauh dari tempatku jatuh.

"Itu dia!" teriakku.

"Tapi... ahhhh suratnya jatuh ke kubangan!!" teriakku berlari untuk mengambilnya

"Ah..... suratnya jadi kotor, gimana ni. Apa gue besok aja kali y ke kantornya." ucapku bingung.

"Ih.... dasar ya orang kaya selalu belagu sama orang bawahannya. Emang dia apa yang punya jalan, seenaknya aja." deumelku kesal.

Aku menendang batu yang ada disana. Tak sangka salah satu batuku mengenai seekor anjing pemilik rumah disebrang jalan.

Dia menggonggong kepadaku. Sepertinya dia akan menggigitku. Sebelum hal itu terjadi aku segera mungkin mengkayuh sepedaku itu menjauh dari anjing itu.

"Anjing!!!" teriakku terus mengkayuh sepedaku dengan terbirit-birit.

***

Akhirnya anjing itu sudah tak mengejarku lagi. Aku berhenti untuk mengatur nafasku, karna daritadi aku mengkayuh sepedaku dengan sangat kencang.

"Huffttt.... akhirnya dia gak ngejer lagi." ucapku ngos-ngosan.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku yang membuatku sedikit terkejut.

"Andini!" panggilnya menyentakku.

"Eh anjing." ucapku kaget.

-

-

-

-

-

Ayo loh!! Siapa yang dipanggil anjing sama Andini...

Koment kuyyy yang tau

Ini cerita aku tentang pemain djs. Mungkin kurang bagus kali y dari cerita-cerita lainnya, soalnya aku masih belajar. Tapi aku harap kalian suka y.

Oke jangan jadi pembaca gelap y guys, karna yg gelap-gelap itu tidak baik. Ahhhh.... canda gelap.

Jangan lupa juga saksikan djs terus ya setiap hari jam 16.40 hanya di SCTV.

Jangan sampai sinetron yang kita suka sampai tamat... Karna sinetronnya bagus bgt, cocok kesemua umur ....

Terimakasih...

Cinta tanpa TapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang