Gak Keterima

68 9 0
                                    

"Andini! Gimana lo keterimakan?" tanya Beni antusias.

"Boro-boro keterima kk, surat lamaran gue aj gak dilirik sama dia." ucapnya membuang muka.

"Dia?Maksud lo Pak Raka direktur perusahaan ini?!" tanyanya penasaran.

"Oohh namanya Raka." ucapnya memperjelas nama Pria itu.

"Iya. Emang lu ada masalah apa sama tu orang sampai lo yang pinter gini gak keterima?" tanya Beni.

"Jadi tadi tu gue nabrak dia. Jadinya baju dia kotor kenak baju gue, terus dia marah-marah sama gue padahal gue juga dh minta maaf. Ya gue ngegas balik lah tu orang." Jelas Andini.

"Lagian knp lo gak diem aja sih pas dia marah-marah..." ucap Beni mulai kesal dengan Andini.

"Ya...ya gue mana tau kalok dia direktur disini." ucapku mulai kehabisan suara.

"Lagian ini semua itu awalnya salah dia, bukan gue." ucapku memasang wajah cemberutnya.

"Maksud lo?" tanya Beni.

"Kakak tau gak, dia.... dia yang bikin baju gue kotor. Dia yang nyerempet gue, tapi malah gak ngaku lagi." ucap Andini melipat tangannya di depan.

"Dari mana lo tau kalok pak Raka yang nyerempet lu?" tanya Beni.

"Tau lah. Gue tu hapal mobil sama plat nomornya. Lagian dia juga dh ngaku itu mobil dia kok." teriak Andini memasang raut wajahnya yang marah.

"Udah deh gue mau ke kampus dulu." sambung Andini berjalan pergi.

"Bajunya mana?" ucap Andini yang menghampiri Beni lagi.

"Ni, ganti ya mahal tu." menyodorkan sekantung plastik.

"Aelah... paling beli di pasar malem doang." ucap Andini kembali pergi.

***

Andini POV

Aku baru saja mengganti pakaianku di toilet kampus. Kini aku sedang membasuh wajahku dengan air untuk menghilangkan kejenuhan yang ada di diriku saat ini. Satu kesempatan telah hilang. Salah satu cara mengumpulkan biaya untuk Mama telah lenyap. Ini semua karna cowok itu.

"Dasar cowok belagu. Mentang-mentang punya jabatan semena-mena sama orang." katanya pada kaca yang ada di depannya.

"Awas aja kalok sampek ketemu lagi, gue bejek-bejek tu orang." ucapnya geram.

Akhirnya aku keluar dari dalam toilet menuju kelasku. Sedikit lagi sampai ke kelas, ada yang meneriaki namaku.

"Andini!" teriak seseorang.

"Hai Tar!" sapaku lesuh. Ya itu adalah Tari. Dia tak sendiri, ia bersama dengan Aura.

"Kok lu lesuh gtu sih Din?" tanya Tari khawatir.

"Lo keterimakan di kantornya kak Beni?" tanya memasang wajah penasaran.

"Gak." ucapku menunduk.

"Knp? Lo kan pinter, masa perusahan itu gak ngelirik lo sih!" tanya Tari mulai mengintrogasi.

"Panjang ceritanya Tar. Gue ceritain sambil jalan ke kelas aja ya." ucapku mendahului mereka.

***

Kami sudah tiba dikelas, bahkan sudah duduk dimeja masing-masing. Ya meja kami saling berdekatan, jadi gampang untuk bercerita.

"Ooh gitu. Yaudah lo yang sabar aja ya." ucap Tari menenangkanku.

"Makasih Tar." ucapku tersenyum padanya.

"Kalok boleh tau lo ngelamar dimana Din?" tanya Aura mulai buka suara.

"Gue ngelamar di perusahaan WIJAYA." ucapku santay.

Cinta tanpa TapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang