Andini mengikuti Raka hingga ke lapangan bola basket. Ntahlah, apa yang Raka inginkan dengan membawanya kelapangan bola basket.
"Kita mau ngapain kesini?" tanya Andini.
"Sekarang kamu lari 30 putaran lapangan bola basket." perintah Raka.
"Ahhh??? knp?" tanya Andini heran.
"Ini hukaman buat kamu karna tidak disiplin dengan datang telat. Dan paling penting, kamu sudah tidak sopan dengan saya." jelas Raka.
"Oke gue salah... ehhh maksudnya saya salah, saya minta maaf. Gak perlulah pakek dihukum segala, kan saya cuma telat 5 menit doang." bela Andini.
"Mau kamu telat lima menit, 5 detik saya gak peduli. Peraturan tetap peraturan. Mau... beasiswa kamu saya cabut?!" ancam Raka.
"Kok bawa-bawa beasiswa si pak. Oke... saya lari, tapi... hukumannya di kurangin dong pak. Ya...." mohon Andini memasang wajah imutnya.
"Baik... Sekarang kamu lari 50 putaran lapangan bola basket." kata Raka.
"Kok malah di-" Bantah Andini terpotong oleh Raka.
"Kalok kamu mau bantah saya lagi nanti saya tambahin jadi du-" Kata Raka juga terpotong oleh Andini.
"Ehhh.... oke...oke 50 putaran." Potong Andini.
"Ni... saya lari ya." ucap Andini kecut.
"Lari ni saya." ulang Andini.
"Iya... buruan Lari." bentak Raka memainkan kakiny.
Andini pun terpaksa mengikuti perintah Raka.
Andini POV
Aku berlari mengitari lapangan Bola basket. Baru tiga putaran, kakiku rasanya mulai patah. Aku pun memperlambat lari ku sedikit demi sedikit.
"Aduh... ini hukuman apa bales dendam sih. Pegel bgt kaki gue." ucapku sedikit terisak.
"Knp dia selalu bikin masalah sama gue...apa salah hambamu ini ya Allah bisa ketemu sama orang kayak dia." Dumelku menatapnya tersenyum.
"Lama-lama patah ni kaki gue. Malah kepala gue pusing lagi muter-muter, kalok gue pingsan gimana?" tanya diriku sendiri.
Tiba-tiba aku terpikirkan ide cemerlang.
"Kayaknya gue punya ide deh buat lepas dari hukuman ini." ucapku sedikit tersenyum
Raka POV
Sebenarnya gue gak tega liat dia lari-lari gitu. Tapi, ini adalah cara terbaik untuk memberikan pelajaran kepada orang sepertinya. Orang yg selalu merasa dirinya adalah benar, harus diberitahu jika ia akan pernah melakukan kesalahan.
Dretdretttderettt...
Ponselku berdering. Siapa lagi jika bukan Tama. Aku berbalik menjauh untuk mengangkat teleponnya.
"Halo, Assalamualaikum Tam. Ada apa?"
"...."
"Sorry ya, gue baru ngasih tau lo kalok gue gak bisa ke kantor hari ini."
"...."
"Biasa, ayah nyuruh gue buat liat-liat kampus."
"...."
"Iya, gue lagi dikampus Aura."
"..."
"Thanks ya. Gue minta lo handle kantor hari ini."
"...."
"Waalaikumsalam."
Percakapan pun berakhir, aku memutuskan untuk mengawasi si cewe itu kembali. Betapa terkejutnya aku, saat melihatnya sudah tergeletak kesakitan di lapangan bola basket itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tanpa Tapi
RomanceMusik membuat kepercayaanku terhadap Cinta menghilang, namun dengan kehadiranmu aku merasa cintaku telah kembali dalam hidupku. Kesalahanku dalam menilai musik membuatku hanya berhenti di jalan yang sama. Kau dan musik yang kau bawa membuatku merasa...