Minta maaf

84 12 0
                                    

Mereka menunggu lumayan lama, hingga akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang.

"Ra, kata sekretaris tadi-" ucapan Raka terhenti saat matanya melihat gadis yang ada disebelah adiknya itu.

"Kamu!" ia begitu kaget, mau apalagi gadis ini disini. Mau cari masalah lagi? ia lalu meletakkan beberapa berkas ditangannya di meja kerjanya.

"Ngapain lagi kamu disini?! mau marah-marah gak jelas?! udah ya saya capek, mending kamu pergi deh." sambung Raka mengusir Andini.

"Bukan itu, gue... gue mau minta maaf." ucap Andini menunduk.

"Udah deh saya capek denger kata maaf kamu. Ujung-ujungnya kamu cuma nambah masalah buat saya." ucapnya memarahi Andini.

Seseorang membuka pintu ruangan Raka, siapa lagi jika bukan Tama.

"Ka ini a-" ucapannya terhenti melihat Raka tidak sendirian.Ia bersama tiga wanita yang salah satunya ia kenali, yaitu Aura.

"Ada apa?" pertanyaan Raka menyadarkan Tama.

"Eh iya... ini, ada berkas yang harus lo tandatangani." kata Tama memberikan beberapa berkas.

Raka pun menandatangani berkas yang dibawah oleh Tama.

"Udah ni." ucapku menyodorkan berkas itu kepadanya.

"Eh udah. Yaudah gue balik ke ruangan gue ya." Ucap Tama meninggalkan Raka.

"Tam!" panggil Raka lagi.

"Meeting gue berapa jam lagi?" tanya Raka.

"Mmm... 2 jam lagi sih." jawab Tama.

"Ohh... mau ikut makan siang?" tawar Raka.

"Bo..leh." jawab Tama.

"Kamu mau ikut makan siang juga?" tanya Raka pada Aura.

"Apa?" tanya Aura tersentak.

"Kalok kamu gak mau yaudah. Yuk Tam." ajaknya pada Tama.

"Ehhhh tunggu..." tahan Andini melihat Raka bersama temannya itu yang ingin pergi.

"Ada apa lagi? Saya banyak urusan." ucap Raka malas.

"Lo belum jawab?" kata Andini.

"Jawab apa?" tanya Raka.

"Ya permintaan maaf gue lah." kata Andini spontan.

"Ohh itu... Yuk Tam, gue takut telat." ucap Raka berlalu pergi.

Andini POV

Si direktur itu tak juga mendengarkanku. Ia malah akan pergi bersama teman prianya. Tapi aku tak akan tinggal diam. Aku harus cari ide untuk menahannya.

"Pak Raka!" teriakku.

"Ayolah maafin gue. Lagian gue gak salah-salah amat kok." bujukku pada Raka.

Dia tak juga mendengarkanku. Sepertinya aku harus mengeluarkan suara indahku untuk membujuk orang itu.

Maafkanlah bila ku selalu
Membuatmu marah dan benci padaku
Kulakukan itu semua
Hanya untuk maaf darimu (maaf lirik ini aku sedikit ubah agar sesuai cerita) Mungkin ku cuma tak bisa pahami
Bagaimana cara tunjukkan maksudku
Aku cuma ingin jadi temanmu (maaf lirik ini aku sedikit ubah agar sesuai cerita)

Apa yang kuperkirakan benar. Ia berhenti melangkahkan kakinya. Ia lalu berbalik menatapku. Aku berjalan perlahan mendekatinya. Lalu kuulurkan tangan kananku.

"Maaf." satu kata yang keluar dari mulutku.

Ia menatapku begitu dalam. Ku kira ia akan membalas uluran tanganku, tetapi ia malah berlalu pergi.

Cinta tanpa TapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang