Andini POV
Aku sudah tiba di perusahaan WIJAYA. Ya aku ingin meminta maaf atas apa yang kulakukan kepada si direktur rese. Walaupun perlakuannya selama ini kepadaku sangat tak pernah menyenangkan. Tapi jika sudah menyangkut masa lalu, aku tak bisa berkata apa-apa.
Masa lalu, aku merasakannya. Rasa yang begitu sakit. Kenangan indah tapi hanya berakhir kepahitan. Dikejar namun tak terkejar. Berjuang tapi sendirian. Tapi rasanya ini tak lebih sakit dari sebuah pengkhianatan.
Seseorang keluar dari mobil hitam. Akhirnya orang yang ku tunggu-tunggu datang juga. Aku lalu pergi mendekatinya.
"Hai!!" sapaku gugup. Dia sepertinya melihatku malas.
"Permisi." katanya berjalan pergi.
"Tunggu-tunggu." tahanku.
"Mau apa? kalok mau cari masalah saya gak punya waktu." katanya memegang pinggangnya.
"Gue... gue maumintamaaf." ucapku tanpa jeda.
"Itu doang?" tanyanya padaku.
"Iya." jawabku. Namun ia malah pergi.
Aku tak tinggal diam, aku berusaha menghentikannya lagi.
"Hee... lo maafin gue gak?" tanyaku sedikit berteriak.
"Oke, gue maafin." ucapnya berjalan pergi.
Aku berlari sedikit mengejarnya. Tapi tak dengan tangan kosong. Aku membawa setangkai bunga mawar.
"Ntar-ntar..." ucapku menahannya lagi. Tak terasa kami sudah di pintu loby.
"Apa lagi? saya kan sudah maafin kamu." ucapnya agak kesal.
"Ehehehh.... ni gue ada sesuatu buat lo, sebagai permintaan maaf gue." ucapku menyodorkan bunga padanya.
"Bunga mawar?!" tanyanya aneh.
"Yaiyalah bunga mawar. Lo liat apa ni bunga mawar kan? bukan bunga kuburan." ucapku menyodorkan bunga itu lagi.
"Eheheh.... mending kamu jauh-jauh deh." ucapnya terus mundur. Tapi aneh, mengapa dia terus memegang hidungnya? Apakah badanku ini sangat bau. Rasanya aku sudah mandi 2x sehari. Parfumku juga wangi.
Ku terus mengendus tubuhku. Yang kurasakan tetap sama. Wangi.
"Keknya gue wangi-wangi aja deh, ngapain lu mundur-mundur?" tanyaku padanya mulai tersinggung.
"Bukan kamu, tapi itu.." tunjuknya pada bunga yang ada ditanganku itu.
"Ohh ini... knp? ini buat lo." kusodorkan lagi bunga itu.
Namun ia malah menjatuhkannya dari tanganku.
"Kok dijatuhin?" tanyaku mengambil bunga yang jatuh itu.
"Bunganya kan indah. Emang lu gak suka?" tanyaku padanya.
"Ohh... gue tau. Lu tenang aja, ini gak bayar kok. Inikan buat permintaan maaf gue." jelasku.
"Siniin tangan lu..." ku menarik tangannya lalu keletakkan bunga itu disan.
Tapi, kini ia malah melemparnya dengan begitu sengaja.
"Ihh... kok dilempar sih?" aku mulai kesal.
"Kalok lu gak suka, ya bilang aja. Gak ush dilempar gtu." kini suaraku meninggih.
"Bukan gtu. Saya itu-" katanya seperti merasa bersalah.
Aku mengambil bunga itu dari lantai lagi.
"Emang orang kaya, gak pernah hargain orang yang ada dibawahnya." ucapku lalu berlalu pergi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta tanpa Tapi
RomanceMusik membuat kepercayaanku terhadap Cinta menghilang, namun dengan kehadiranmu aku merasa cintaku telah kembali dalam hidupku. Kesalahanku dalam menilai musik membuatku hanya berhenti di jalan yang sama. Kau dan musik yang kau bawa membuatku merasa...