Maaf:(
Mata tajam haruto membengkak akibat banyak menangis setelah kepergian sang bunda tiga hari yang lalu. Malam terakhir dimana dia mendapat kabar lewat wonyoung jika sang bunda sudah tidak dapat di tolong.
Haruto melihat bagaimana satu persatu alat yang selama ini menancap di tubuh sang bunda mulai di lepas, dia juga lihat bagaimana wajah cantik sang bunda yang semakin pucat seperti mayat, juga tubuhnya yang mulai mendingin.
Rasanya sakit. Sangat sakit. Bagaimana penantiannya selama ini ingin melihat bagaimana sang bunda memberikannya kasih sayang tapi harus musnah begitu saja. Dia sadar, bundanya memang sudah tidak bisa bertahan sedari dulu, tapi dia selalu percaya bahwa sang bunda akan terbangun dari tidur lamanya.
Tapi semuanya sia sia. Dia pergi. Meninggalkan semua orang yang juga menunggunya untuk sadar.
Cairan bening itu mulai turun lagi dari mata haruto, kembali menangis kali ini tanpa suara, dia terlalu capek untuk meraung. Percuma. Tidak akan mengubah apapun.
Takdir itu kadang memang sangat jahat, bukan?
"Bunda.... Tinggalin haru...?"
-
"Jihoon sayang, kamu udah nggak kesakitan lagi kan? Pasti sekarang kamu lagi tersenyum di atas sana karena sekarang kamu sudah bahagia, melepas semua rasa sakit yang selalu datang untuk kamu dulu" Yoonbin, berkata lirih sambil menatap foto jihoon yang sedang tersenyum lebar.
Senyuman manis yang selalu jihoon berikan untuknya dengan tulus. Tapi bodohnya dia harus melunturkan setiap senyuman itu.
Menyesal? Jelas. Bahkan sekarang dia semakin menyesal. Rasanya ada yang mengganjal di lubuk hatinya. Dia kehilangan separuh nyawanya.
"Jangan terus terusan beli bunga, menuhin halaman aja jadinya"
"Loh? Kan bagus, biar rumahnya tambah cantik! Daripada halaman rumahnya kosong mulu, lebih baik aku isiin sama bunga bunga cantik ini!"
Bibir yoonbin bergetar, memori masa lalu dimana dia baru menikah dengan jihoon mulai berputar di benaknya. Awalnya mungkin yoonbin akan mencoba untuk membalas rasa cintanya untuk jihoon, tapi mata dan hatinya terlalu kotor sampai dia harus menyakiti hati seorang malaikat seperti jihoon, istrinya.
"Yoonbin, aku sayang yoonbin!"
"Ya"
"Kamu nggak sayang sama aku?"
"Nggak"
"Jahat banget. Yaudah nggak apa! Jihoon sayang yoonbin!"
"Yoonbin ayok sarapan"
"Yoonbin aku mau ke supermarket dulu ya"
"Yoonbin! Kamu boleh kerja, tapi jangan sampai lupa sama kesehatan kamu!"
"Yoonbin, sini cobain kue buatan aku!"
Miris. Rasanya dia sangat merindukan bagaimana jihoon yang selalu memintanya untuk ikut kemanapun dulu, sebelum rumah tangganya semakin hancur.
"Gw mau mandi dulu"
"Yoonbin aku ikut! "
"Gw mau makan di luar"
"Yoonbin aku ikut!"
"Gw mau kerja"
"Yoonbin aku ikut!"
"Ji... Sekarang apa aku yang harus ikut sama kamu? Aku bahkan belum bilang kalau aku sayang banget sama kamu, juga aku belum sempat untuk memperbaiki semuanya... Tapi kamu udah pergi duluan, ji?"
"Lo mau jadi apa?"
"Bintang dong!"
"Kenapa?"
"Biar bisa jagain yoonbin dari atas sana. Jadi nanti kalau yoonbin kangen sama aku, kamu bisa lihat bintang bintang di atas sana, yoonbin"
Kepala yoonbin mendongak. Mulai menatap banyaknya bintang yang menghiasi langit malam bersama bulan.
Cantik.
"Aku kangen sama kamu, jihoon sayang" Lirihnya. Bibirnya mungkin tersenyum kecil, tapi tidak dapat berbohong juga kalau dia sedang bersedih.
Tbc.
Maafin. Jan hujat aku ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us | Binhoon ft Harubby✔
Fanfiction-Ini tentang kehidupan pernikahan kita, yang penuh dengan rasa sakit. Merriage life ! | Angst story! Mpreg !