Haruto menyesap kuat kuat inhaler nya lalu mencoba untuk menetralkan nafasnya agar tidak merasakan sesak kembali. Saking kuatnya dia menghisap akhirnya dia terbatuk pelan, lalu menepuk nepuk pelan dadanya. Rasanya sangat sakit.
Setelah bermenit menit asmanya kambuh, akhirnya dia tidak merasa sesak seperti tadi. "Akhirnya, gw belum mati kan ini? Hhh" Sahutnya sambil menghela nafas lega.
"Haruto~~"
Baru saja dia bisa tersenyum lega, tapi tidak lama dari itu senyumnya kembali luntur. Dia sangat hafal suara siapa yang memanggilnya ini.
Siapa lagi kalau bukan doyoung?
"Apa?" Tanyanya sambil memasang wajah datar seperti biasanya.
Doyoung memberikan senyuman manisnya, bahkan haruto bisa lihat pipi doyoung yang sangat gembil. Itu sangat lucu, pikirnya. Tapi buru buru haruto tepis pikirannya.
"Nggak apa apa, hehehe. Mau temenin haru aja!" Jawab doyoung dengan pekikan nya, lalu mendudukkan dirinya di samping haruto.
Yang dimana itu membuat haruto sendiri berdecak kesal karena dia hanya ingin sendirian. Tanpa seseorang yang mengusiknya. Akhirnya haruto lebih memilih beranjak dari duduknya berniat untuk pergi meninggalkan doyoung seperti biasanya.
Tapi lengannya di tahan oleh doyoung.
"Haru.... Mau sampai kapan kamu jauhin aku? Kita nggak bisa berteman?" Tanya doyoung, suaranya hampir terdengar seperti kiriman kecil tapi haruto masih mampu mendengarnya dengan jelas.
"Sampai mati. Gw nggak deket deket sama anak haram kayak lo!" Setelahnya haruto menghempaskan pegangan doyoung yang berada di lengannya. Lalu berbalik untuk pergi.
"Sebenci itu? Sampai kamu ngatain aku anak haram?" Suara doyoung bergetar, katanya ikut berkaca kaca karena ingin menangis. Merasa sakit hati sebab perkataan sarkas yang haruto lempar padanya tadi. Seumur hidupnya doyoung belum pernah mendengar orang lain memanggilnya dengan sebutan 'anak haram' kecuali haruto untuk kali ini.
Haruto membalikkan badannya dan agak sedikit terkejut karena melihat mata doyoung yang sudah berkaca kaca. Tapi apa peduli haruto?
Kakinya melangkah mendekati doyoung. Menatap pemuda yang lebih kecil darinya itu dengan tatapan tajam.
"Awalnya gw nggak mau benci sama lo, doyoung... Tapi karena ibu lo itu rasa benci gw numbuh dan tertular sama lo" Sekarang jari haruto mulai mengangkat dagu doyoung agar kedua mata mereka saling bertatapan lebih dalam lagi. "Wajah lo ini bener bener buat gw inget sama wajah mama lo yang brengsek itu—"
"Jangan katain mama aku brengsek! Kamu tau apa!?"
"Harusnya yang bilang begitu itu gw! Lo tau apa tentang kelakuan bejat mama lo itu hah!? Lo cuma anak polos yang nggak tau apa apa!"
"Mama ku salah apa sama kamu!? Sampai sebegitunya kamu benci sama beliau!?"
Rahang haruto mengeras karena emosinya yang mulai membuncak, bisa saja haruto meninju wajah doyoung, tapi sebisa mungkin juga dia tahan. Cengkraman nya pada dagu doyoung semakin kuat dan berhasil membuat doyoung meringis kesakitan di tambah juga badannya yang bergetar karena merasa takut dengan aura haruto yang kuat sekarang.
"Lo mau tau?" Tanya haruto dengan suara rendahnya.
Doyoung mengangguk cepat.
"Lebih baik lo denger sendiri dari mulut mama lo, dan lo bakal tau semuanya" Lalu haruto melepaskan cengkraman nya dan berbalik meninggalkan doyoung yang masih diam termenung karena banyak pikiran yang bercampur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us | Binhoon ft Harubby✔
Fanfic-Ini tentang kehidupan pernikahan kita, yang penuh dengan rasa sakit. Merriage life ! | Angst story! Mpreg !