Seven

412 218 216
                                    

"ASKARA!!"

Teriakan menggelegar itu berasal dari pria paruh baya yang sedang melambai-lambaikan tangannya agar cucunya dapat melihat dirinya.

Kara menundukkan kepalanya karena malu namanya disebut-sebut dengan sangat kencang di depan banyak orang.

"Tidak perlu berteriak seperti itu!" Bisik Kara saat tiba, ia menyerahkan kopernya ke supir.

"Kenapa? Apa perlu kakek bawa toa kemari, biar semua tau cucu kesayangan kakek ada disini." Candanya.

Kara menggelengkan kepalanya dengan cepat "Kita pulang sekarang" Kara mengandeng lengan kakeknya.

Saat ini Kara telah sampai di tempat tujuannya Yogyakarta, kota kelahirannya dan ibunya. Walau dia dibesarkan di dubai tapi ia juga pernah bersekolah di kota ini selama 2tahun setengah tepatnya saat kelas 5 hingga lulus sekolah dasar. Walaupun hanya sebentar tapi ia memiliki kenangan banyak di tempat ini.

"KARA!"

Teriakan itu berasal dari depan pintu saat Kara baru saja turun dari mobil. Kara tersenyum lalu menghampiri neneknya sembari membuka lebar kedua lengannya.

"Cucu ku sayang." ucap neneknya memeluk erat Kara.

"Kenapa kamu semakin kurus? Ayok makan, nenek sudah masak makanan kesukaanmu." ajak neneknya.

"Ayok ayok!" ucap semangat Kara.

Ada banyak sekali aneka makanan tertata di atas meja mulai dari sop iga kesukaan Kara sampai dengan aneka daging lainnya.

"Cobalah," ucap neneknya menyodorkan mangkuk supnya. Kara mengangguk lalu mencicipinya.

"Untukku mana?" Tanya kakeknya.

"Kamu ambil sendiri di dapur!" Ucap Neneknya acuh.

" Ini nih datang cucu, suami dilupakan," ucap kakek lalu beranjak ke dapur.

Kara tersenyum lucu dengan kelakuan kakek neneknya.

"Enak?" Tanya neneknya.

"Gak pernah mengecewakan." puji Kara.

"Alhamdulillah, makan yang banyak ini ambil lagi, ambil."

Kara mencoba semua makanan dihadapannya.

"Jangan lupa minum!" ucap seseorang meletakkan minuman di hadapannya.

"Kak Lia?"

"Baguslah kamu masih mengenali ku" ucapnya.

"Lia kenapa cuman air putih, buatkan jus buah." pinta nenek.

"Gak apa apa nek, air putih juga cukup kok." ucap Kara.

"Kamu kaya gak kenal nenekmu saja. Dia sangat bawel!" ledek Lia lalu kabur sebelum ia dimarahin.

"APA KAMU BILANG?!! BAWEL?!" Ucap nenek dengan meninggikan suaranya.

Kara hanya tersenyum dengan kelakuan random keluarganya.

***

Langit telah berganti warna, bulan muncul melakukan tugasnya menyinari bumi. Dua orang duduk damai menikmati keindahan malam di taman belakang.

"Ayahmu tadi telpon," Ucap Rusli (kakek) memulai perbincangan.

"Dia memintaku untuk mengawasi mu" lanjutnya.

Kara tersenyum kecut, "Meski aku telah jauh dari mereka tetap saja rasanya terikat."

Rusli menatap iba cucunya "Aku selalu mendukung keputusanmu"

"Aku akan buktikan bahwa aku mampu. Kakek tidak akan menyesal dipihakku!"  Kara tersenyum dihadapan kakeknya.

Rusli tersenyum sambil mengangguk "Sebelum itu habiskan dulu jus ini, sebelum nenekmu berteriak membangun tetangga."
Rusli mengangkat gelas dari meja dan menyerahkannya ke Kara.

Flashback*

3 hari sebelum hari kelulusan.

Tok....tok...tok...tok Seseorang mengetuk pintu apartemen Kara.

Kara yang baru saja mandi lalu keluar membukakan pintu. Ia terdiam saat melihat seorang pria bertubuh besar berpakaian serba hitam dihadapannya. Ia tau pasti siapa orang Itu.

"Talab miniy sayid 'an yuqilak. 'iinah yantazar fi almateam."
(Tuan meminta saya untuk menjemput anda. Dia menunggu di restoran)

"limadha arsalni hunak?"
(Buat apa dia menyuruhku kesana?)

"Ana aydana la aerif."
(saya juga tidak tau)

"Buat apa dia datang ke negara ini?" Tanya Kara pada dirinya sendiri.

"Aintazar daqiqatan,"
(Tunggu sebentar)

Kara lalu mengambil dompet, hp serta jaketnya.

Tak butuh berapa lama, Kara akhirnya tiba di restoran bintang lima. Kini ia duduk berhadapan dengan ayahnya.

"Ayah sudah 3 hari berada di negara ini. Besok pagi ayah sudah harus balik."

"Bahkan dia tidak mencariku selama ini, lalu untuk apa repot repot menemui ku sekarang," ucap Kara dalam batin.

"Ayah sudah mencari beberapa universitas terbaik di Arab kamu bisa melihatnya. Karena nilaimu yang pas-pasan terpaksa ayah melakukan kerja sama dengan universitas mereka," Annasar menyerahkan sebuah dokumen.

"Aku tidak akan kesana!" tolak Kara.

"Kara sudah berapa kali ayah—" ucap Annasar terpotong.

"Aku belum selesai bicara!" potong Kara.

"Aku akan ke Indonesia!" sambungnya
Annasar memijat pelipisnya.

"Aku sudah memberitahu kakek bahwa aku akan kesana setelah kelulusan. Lagipula dengan nilaiku yang segitu akan menjadi omongan jika aku masuk ke universitas elit!"

"Kenapa kamu haru mempersulit ini? Ayah sudah mengatur segalanya. Kamu tidak akan menjadi bahan omongan. Tenang saja."

"Aku akan berusaha berdiri dengan kemampuan ku!"

Annasar menghembuskan nafasnya dengan gusar "Okey jika itu mau kamu, ayah akan menyetujuinya. Setidaknya kamu masih bisa terpantau disana."

Flashback off*

.
.
.
.

Sebenarnya sampai sekarang cerita ini tidak pernah saya buat untuk castnya atau membuat sifat tokohnya menyerupai artis tertentu.

Beberapa foto artis/idol saya masukan hanya semata-mata memperlihatkan penampilan atau gaya dari tokoh utama.

Tapi untuk kedepannya kemungkinan saya akan tambahkan cast di dalam cerita ini.

So. ..kalian bisa bebas mengekspresikan siapapun untuk saat ini dan mohon maaf apabila kedepannya cast yang saya publish tidak sesuai dengan yang kalian harapkan. Karena sejatinya cerita ini hanyalah fiksi belaka❤️❤️

I'm an idol {Telah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang