"Besok ayahmu dan Andara akan kembali ke Dubai."
"Hmm."
"Bagaimana jika aku menetap di sini. Aku akan —,"
"Tidak. Kembalilah dengan mereka." Kara menyela.
"Bagaimana dengan mu? Aku tidak masalah jika —,"
"Jakson!!" Potong Kara.
"Aku tidak ingin merugikan siapapun. Lagian jika kamu di sini, aku tidak bisa membayar mu seperti dulu. Aku bukanlah Kara yang dulu."
"Kita bisa sama-sama mencari pekerjaan di sini."
"Aku akan menjemputmu saat aku sukses nanti. Tapi untuk saat ini pergilah bersama mereka."
"Berjanjilah kamu akan memperkerjakan ku nanti." Jakson mengajukan jari kelingkingnya.
"Aku berjanji." Kara lalu melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Jakson.
***
Kara berguling ke kanan dan kiri sejak tadi, ia melirik sedikit jam yang berada di samping tempat tidurnya.
Pukul menunjukkan angka 12 malam dan sampai sekarang Kara belum tidur juga. Ia mencoba mengatur nafasnya sembari memejamkan matanya, merilekskan tubuh dan pikirannya agar dirinya dapat tertidur, namun nihil ia tetap tidak bisa tidur.
Sudah berminggu-minggu ia selalu tidak bisa tidur dengan tenang. Matanya selalu saja memaksanya untuk terus berjaga.
Kara lalu mengambil obat tidur yang telah ia konsumsi beberapa hari belakangan ini. Jika ia tidak meminumnya maka semalaman ia akan tetap terbangun, membuatnya menjadi kecapean dan akhirnya tidak bisa berangkat kerja.
Tidak, Kara tidak akan melakukannya. Ia harus tetap bekerja demi membiayai kebutuhannya.
Kara terlihat seperti pria sehat yang selalu kesana kemari melakukan kegiatannya. Namun siapa sangka setiap malam ia selalu dihantui rasa gelisah dan ketakutan. Ia sering mengonsumsi obat penenang dan obat tidur di kala rasa gelisah itu muncul.
"Aku ingin lihat se-jago apa orang yang selalu jadi beban orangtuanya" Perkataan itu tiba-tiba terlintas di pikirannya.
"Beban?"
Kara seakan tak percaya dengan perkataan itu. Bisa-bisanya Andara mengatakan bahwa dirinya selama ini beban, bahkan jika di bandingkan dengan kehidupan Andara, Kara jauh lebih mandiri.
Dari kecil ia tidak pernah meminta sesuatu yang mahal kecuali orang tuanya yang mengasih barang-barang tersebut. Bahkan sejak kecil dirinya sudah merasakan hidup mandiri di negara lain tanpa di dampingi kedua orang tuanya.
"Akan ku buktikan aku adalah harta keluarga!"
Kara memasukkan kembali obatnya lalu bangkit berdiri mengambil handphonenya dan segera memutar musik.
Ia tiba-tiba saja ingin melatih kemampuannya dalam dance. Sorot matanya sangat tajam, wajahnya amat teramat serius, langkah kakinya bergerak ke kanan dan kiri dengan ringan dan cepat di iringi rasa emosi.***
Satu tahun kemudian~~~
Seoul, 12 Agust.
Mereka bergerak sesuai ketukan musik. Mengeluarkan suara khas masing-masing diiringi dengan rap ala anak muda. Lampu kelap-kelip memenuhi area panggung, semua mata penonton tertuju kepada satu objek yang saat ini tengah mencuri perhatiannya.
Ketujuh pria tampan ini mampu menghipnotis mereka dengan suara merdunya.
"Make some noise!!!"
Teriak salah satu dari mereka. Seketika api muncul dari pinggir-pinggir panggung menambah kesan memukau.
Semua orang berteriak senang menggoyangkan lightstick nya. Mereka bersama-sama bernyanyi mengikuti idolnya.
"E-Orenda...E-Orenda...E-Orenda..." Mereka memuja-muja nama grup yang baru saja selesai menampilkan albumnya pertamanya di atas panggung dengan jumlah penonton yang lumayan banyak.
"Annyeonghaseyo. E-Orenda ibnida" Ucap serempak ketujuh pria ini.
Wajah mereka di penuhi dengan keringat yang terus menyucur dari kepala. Mereka masih mencoba mengatur nafas sembari tersenyum melihat para penonton yang sangat antusias dengan penampilan perdana mereka.
Sudah 2 lagu yang mereka bawakan sejak tadi, kini saatnya mereka mengucapkan salam perpisahan sebelum penampilan dari grup lainnya tampil.
"Kami tahu, kami tidak apa-apanya di bandingkan penampilan yang lain. Tapi kami akan berusaha lebih baik lagi. Kami tidak akan mengecewakan kalian."
"Tolong selalu bersama kami. Kami masih sangat baru, kami membutuhkan cinta kalian."
"Gamsahabnida"
Ketujuh pria ini lalu membungkukkan badannya memberi rasa hormat sebelum akhirnya mereka keluar panggung.
Mereka bertujuh menuruni anak tangga, para staf dengan sigap memberikan handuk kecil dan botol air mineral untuk mereka. Mereka meminum air tersebut sampai habis tak tersisa.
Mereka berjalan menuju ruang tunggu melepaskan rasa lelah.
"Akhirnya semua berjalan dengan lancar." Lega Doyoung. Sebelum tampil dirinya sangat gugup dan gelisah takut mengacaukan penampilan mereka.
"Aku rasanya ingin tidur." Kai merenggangkan otot-ototnya.
"Kalian sungguh luar biasa." ucap seseorang yang baru saja tiba.
"Ini semua berkat anda." Kara tersenyum.
Tentu saja Kara mengatakan ini bukan semata-mata mencari perhatian managernya, tapi ia mengatakan kebenarannya. Selama ini Rien selalu ada untuk mereka, melatih dan mengajari banyak hal, tanpa bimbingannya grup ini tidak ada apa-apanya.
"Hei! jangan mengatakan itu. Ini berkat seorang leader seperti dirimu." Pujinya menepuk-nepuk pundak Kara.
"Baiklah. Sekarang bukan waktunya senang-senang. Ingat ini baru permulaan masih banyak hal yang harus kalian hadapi kedepannya. Mari kita tos bersama." Rien mengulurkan tangannya.
Kara lalu mengikutinya di susul dengan member lainnya. Rien mempersilahkan Kara untuk mengambil alih. Kara mengangguk mengerti.
"E-Orenda!!!" Teriak Kara
"Fighting...fighting...fighting!!" Teriak kompak mereka lalu tertawa bersama.
.
.
.
.
.
.
Sorry guys lambat updatenya, biasalah urusan real life hehe
Gimana nih part kali ini?
Maaf ya terlalu pendek, insyaallah part selanjutnya akan lebih panjang.Sekarang Kara udah jadi idol? Wihii terkejut kan udah setahun aja.
Jangan pernah bosan dengan cerita aku ya, part-part selanjutnya akan jauh lebih seru karena akan mengisahkan kehidupan seorang idol, dimana konfliknya akan lebih ewww lah pokoknya.
Keren kan? Oh jelas haha
Di tunggu nextnya ya beb....
See u ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm an idol {Telah Terbit}
Fanfiction{Untuk info pemesanan bisa cek ig mayrapustaka atau DM ke ig _khfh_ dan wattpad ini ya} Tidak semua orang yang lahir dari keluarga berada memiliki kehidupan yang bahagia, tidak!! Bahkan sebelum di lahirkan ke bumi, kehidupan mereka sudah ditentukan...