"Jangan terlalu serius menanggapi ucapan seseorang. Terkadang mereka hanya punya mulut tapi tidak dengan otak" - Kim Doyoung.
————————
Setelah selesai menunjukkan vokal mereka terhadap para juri. Para trainee ini pergi beristirahat di cafe tepatnya di lantai dasar agensi, ada juga yang langsung pulang ataupun balik ke kampus. Namun tidak dengan Kara ia di minta untuk tetap berada di ruangan itu karena ada hal yang harus dibicarakan.
Doyoung yang mengetahui hal ini, lantas meminta para staf untuk memperbolehkannya tetap berada di samping Kara. Tentu saja hal ini ditolak para staf. Tak hilang akal akhirnya Doyoung memilih untuk menjadi sukarelawan dalam membersihkan ruangan latihan tersebut.
Kara terlihat sangat tenang seolah ia tidak mengetahui apapun walaupun hati dan raganya saat ini sedang diselimuti rasa gelisah.
"Kara." sepatah kata itu keluar dari mulut seseorang yang sangat Kara kenal. Bahkan dirinya lah yang menawarkan Kara untuk menjadi trainee di agensi ini.
"Kamu anak yang berbakat, memiliki daya tarik yang besar." Ucap Kim Dong-Yul
"Gamsahabnida." ucap Kara dengan wajah datarnya, ia sama sekali tidak merasa perkataan itu seperti pujian.
"Tapi—,"
/Deg jantung Kara berdetak dengan kencang.
"Tapi karena daya tarik yang begitu besar akan membuatmu tertancap dan mencelakakan orang disekitar mu " Lanjut Dongyul. Kara masih terdiam.
"Semua hal yang baik akan selalu beriringan dengan hal buruk kan?" Lanjutnya lagi.
"Duduklah sini." Ia menyuruh Kara duduk di bangku sebelahnya.
Disisi lain Doyoung masih setia memasang telinganya lebar-lebar untuk mendengarkan percakapan mereka. Mereka memang berada disatu ruangan namun Doyoung berada diujung, merapikan bangku-bangku sedangkan Kara berada di ujung lainnya.
"Apa yang sebenarnya ingin anda sampaikan?" Tanya Kara tanpa basa-basi. Ia masih setia berdiri di depan Dongyul.
Dongyul berdiri berhadapan dengan Kara, "Maafkan aku Kara tapi kami sudah mendiskusikan ini dan kebanyakan dari mereka menyetujui untuk membebaskan kamu dari agensi ini."
/Deg hati Kara terasa tercabik-cabik walaupun dari awal ia tahu arah pembicaraan ini. Tapi entah kenapa rasanya seperti tusukan baru tepat mengenainya. Hancur sudah harapannya. Hal yang selama ini ia lakukan hingga tugas dari dosen yang terbengkalai hanya karena latihan terus menerus dari agensi itu semua menjadi tidak ada artinya.
Apa ini yang diinginkan takdir?
Apa tidak cukup orang terdekatnya saja yang membantah impiannya. Kenapa harus alam semesta ikut campur didalamnya?"Dongyul-nim apa yang anda bicarakan? Anda tahu kan Kara adalah trainee berbakat bahkan lebih baik dari pada mereka yang di luar." Protes Doyoung mendatangi mereka.
"Aku tahu itu. Tapi Kara berbeda dari yang lain." Ucap Dongyul.
"Apa karena kejadian kemarin?" Tanya Kara, ia menatap dingin lawan bicara.
Dongyul terdiam ia bingung menjelaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm an idol {Telah Terbit}
Fanfic{Untuk info pemesanan bisa cek ig mayrapustaka atau DM ke ig _khfh_ dan wattpad ini ya} Tidak semua orang yang lahir dari keluarga berada memiliki kehidupan yang bahagia, tidak!! Bahkan sebelum di lahirkan ke bumi, kehidupan mereka sudah ditentukan...