Ten

374 194 308
                                    

"Kamu adalah raja di kehidupanmu, jangan biarkan orang lain mengambil alihnya" -Rusli

—————————

"Ah aku lupa" ucapnya saat teringat bahwa ia harus menelpon seseorang.

Ia mencari buku catatannya, menyingkirkan satu persatu kertas yang berserakan.

"Dimana aku menyimpannya?" Tanyanya frustasi karena sedari tadi ia hanya menjumpai kertas kertas.

"Ketemu juga" leganya melihat buku catatnya ternyata ada dibawah selimut.

Ia membuka catatannya, ada banyak nama, alamat dan nomor telepon tertulis disana. Ia mencoret satu persatu nama yang tidak sesuai dengannya. Tersisa 4 nama yang harus ia hubungi.

"...."

"..... "

"Terimakasih atas waktunya. Aku akan memikirkannya terlebih dahulu" Kara lalu menutup telponnya.

Kara menghembuskan nafasnya dengan pasrah lalu ia mencoret tanda nama lagi.

"Sepertinya aku akan tinggal di jalan saja" ucapnya.

***
Saat ini Kara bersama kakeknya tengah makan malam di sebuah restoran.

Sebenarnya Kara malas makan diluar dia pengen tiduran manja di kasurnya tetapi kakeknya terus memaksanya untuk ikut makan malam bersamanya.

Padahal bisa saja mereka makan di rumah yang pastinya masakan neneknya jauh lebih enak.

"Kamu jadi kesana?" Tanya kakeknya.

"Iya, aku sudah menyiapkan segalanya"

Kakeknya mengangguk "kapan kamu berangkat?"

"Lusa"

Kakeknya mengangguk lagi ia lalu menyeruput kuah yang ada di mangkoknya.

"Kakek" panggil Kara.

"Maaf telah merepotkanmu"

Kakeknya lalu meraih tangan Kara dan menggenggamnya "Kejar apa yang menjadi impian mu, jangan dengarkan apa kata mereka. Karena kamu adalah raja di kehidupanmu"

Kara bisa merasakan energi yang kakeknya salurkan terhadapnya. Ia menjadi lebih bersemangat.

"Aku akan selalu mengingatnya"

Kakeknya mengangguk sembari tersenyum.

"Bawalah Lia bersamamu. Aku telah menyerahkan usaha kuliner yang ada di sana untuk dia kelola, akan lebih baik jika ia bisa memantau secara langsung"
Sebenarnya bukan itu alasan utama ia menyuruh Kara membawa Lia pergi bersamanya.

"Aku tahu, kakek pasti memintanya untuk mengurusku di sana kan?" Tebak Kara.

"Kurasa aku tidak bisa berbohong darimu"

"Anda harus berguru ke saya" canda Kara.

"Baik guru" ucap Kakeknya lalu mereka tertawa bersama.

Disaat ketawa mereka mulai reda, Kara berucap "Kakek gak perlu khawatir, aku akan menjaganya" kakek mengangguk mempercayai cucunya.

***
Hari sudah semakin siang, sebentar lagi waktu mereka untuk pergi ke bandara tapi Kara belum menunjukkan batang hidungnya bahkan makanan sudah hampir dingin.

Lia yang mulai kesal menunggunya akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar Kara.

"Sudah sering ku bilang, kalau habis sholat subuh gak perlu tidur lagi. Jadi gini nih telinganya di tutup sama setan" omel Lia sepanjang jalan.

I'm an idol {Telah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang