thirty-six

197 83 290
                                    

"Kenapa ramai sekali. Siapa yang ngobocorin jadwal kita?" Rien melihat banyak gerombolan anak muda di depan bandara.

"Aku juga tidak tahu." Jawab staf yang saat ini mengendarai pelan mobil mereka.

"Kalian tunggu lah di sini. Biar kami keluar duluan. Ingat berpegangan satu sama lain saat keluar!"

Rien memberitahu Kara dan ketiga lainnya untuk menjaga satu sama lain karena mereka tidak membawa jumlah staf yang banyak untuk menjaga ketujuh artisnya. Staf yang lainnya akan menyusul besok.

"Minggir-minggir!!" Teriak Rien dengan kedua stafnya meminta mereka untuk memberi jalan.

"E-Orenda!!!" Teriak mereka dengan tangan yang memegang ponsel untuk merekam momen ketemu idolnya.

Mereka bergerombolan berdesak-desakan untuk bisa mendapatkan posisi paling depan.

Askara dan yang lainnya menundukkan kepalanya, mereka saling berpegangan satu sama lainnya.

Askara berada paling belakang diantara yang lain membuatnya sedikit agak risih. Ada beberapa dari mereka yang dengan sengaja menyentuh lengan Kara.

Kara mencoba untuk menahan rasa takut sekaligus amarahnya saat itu.

"ASKARA!!"

Teriak salah satu dari mereka dan mencoba menyosor mendekati Kara bahkan menyentuh tangannya. Tentu saja Kara kaget, seketika detang jantungnya bertambah dengan cepat, nafasnya tersengal-sengal.
Rasa gelisah menyelimuti dirinya. Bahkan Kara sendiri bingung dengan kondisinya saat ini.

Gadis itu tersenyum ketika mata Kara saling bertemu. Lucas menghadap kebelakang saat merasakan tangannya digenggam erat oleh Kara.

"Minggir-minggir!!" Dorong staffnya dengan gadis itu. Kara masih diam mematung di tempatnya.

"Kemarilah." Lucas menarik Kara ke sebelahnya lalu merangkulnya. Membuat Kara kembali tenang.

Saat ini mereka telah berada di ruang tunggu. Dimana mereka bisa lebih leluasa dengan aktivitasnya sembari menunggu pesawat tiba.

"Mengerikan sekali tadi." Doyoung membuka topik.

"Benar. Aku sangat kaget melihat mereka sangat agresif." tambah Jaehyun.

"Gwencana?" Tanya Lucas kepada Kara. 

Kara mengangguk "Jauh lebih baik." 

"Ada apa?" Tanya Doyoung khawatir, ia tidak tahu apapun yang terjadi dengan Kara.

"Salah satu dari mereka mencoba mendekati Kara." Jelas Lucas.

"Menakutkan." Komentar Kai, ia menutup mulutnya tak percaya.

"Gwencana. Mereka tetaplah fans kita" ucap Kara tidak ingin membuat Hyungnya khawatir.

***

"Waaah ternyata ini yang namanya New York." Ucap takjub Kai melihat indahnya pembangunan dan pemandangan kota ini dari balik jendela mobil.

"Hyung apa ini tempat kelahiran mu? Kan Amerika." Tanya Baekhyun.

"Ini New York lah. Aku lahir di L.A." Jawab Jaehyun dengan nada malas. Bisa-bisanya mereka melupakan kota kelahiran dirinya.

"Loh ternyata beda ya?"

"Apa kamu bodoh?!! Masa kamu samakan Busan dan Soul??!!!" Tanya Doyoung yang tidak percaya dengan kebodohan maknae yang satu ini. Baekhyun hanya cengengesan di marahin Doyoung.

Maknae (Member termuda)

Mobil mereka terparkir di salah satu tempat restoran daging yang katanya menjadi tempat paling popularitas di sini.

Tempat ini juga di request langsung oleh Jaehyun. Ia termasuk anggota yang sering berpergian menjelajahi dunia Amerika. Mereka mengagumi dan memuji tempat restoran ini terkecuali satu orang yang hanya duduk dengan raut wajah datarnya siapa lagi kalau bukan Kara.

Ketika ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas dirinya sering melewati bahkan mampir untuk makan disini. Jika di bandingkan dengan Jaehyun jelas Kara lebih memahami isi kota New York ini.

"Bagaimana?" Tanya Rien kepada semua orang.

"Enak!" Doyoung lalu terdiam sesaat "Tapi masih enakan masakan eomma-ku."  

Rien hanya menggelengkan kepalanya heran dengan tingkah Doyoung.

Dreet...dreet.. 

Kara merogoh saku celananya, "Hyung aku keluar sebentar." bisik Kara dengan Lucas yang duduk di sebelahnya. Lucas mengangguk mengiyakan. Kara berjalan keluar dari restoran agar ia bisa menjawab telpon dengan tenang.

"Assalamualaikum kek."

"Waalaikumsallam. Apa kamu sudah sampai?" 

"Iya kek. Sekarang aku lagi makan." 

"Alhamdulillah."

"Kakek tidak perlu mencemaskan ku. Cemaskan saja diri kakek sendiri, aku dengar dari Lia kakek sering sakit. Ada apa dengan kakek?" 

"Namanya juga sudah tua. Penyakit ada aja berdatangan. Itu bukan hal yang perlu di khawatirkan lagi." 

"Apa yang kakek bicarakan!!! Tentu saja hal itu harus di khawatirkan!!" Marah Kara. Ia sangat mengkhawatirkan kakeknya yang sering sakit-sakitan akhir ini.

"Iya iya, kamu menang deh, Oh ya kamu gak mau ambil kartu kredit ini? Di umur kakek yang sudah tua ini tidak membutuhkan kartu seperti itu.”

“Berapa kali kakek mengatakan hal yang sama selama satu tahun ini. Aku sudah memiliki penghasilan sendiri kek."

“Jika kamu berubah pikiran, katakan saja.”

“Iya kek.” Kara mengiyakan saja perkataan kakeknya, ia malas berdebat.

"Kara. Ibumu mengatakan bahwa dia sekarang juga berada di Amerika." 

Kara mematung. Setahun lebih ia tidak pernah berkomunikasi bahkan mendengar apapun tentangnya, kini apakah takdir akan mempertemukan mereka kembali di sini?? Bahkan ketidakhadirannya di samping Kara sudah menjadi kebiasaan, Ia tidak pernah sekalipun merasakan kehilangan. Selama ini ia berhasil hidup tanpa bantuan siapapun.

"Jika terjadi sesuatu katakan padaku."

"Kakek." panggil Kara.
"Tidak perlu khawatir. Dia tidak bisa mengusik hidupku seperti dulu."

***

Matahari pagi bersinar cerah, langit biru membentang luas, kicauan burung saling bersahutan, seolah menandakan hari itu akan jadi hari yang paling indah. Kara dan keenam lainnya saat ini tengah menikmati keindahan taman di pagi hari. Tidak hanya itu Rien dan beberapa staff lainnya juga ikut bersama mereka, banyak orang berlalu lalang menikmati waktu bersama keluarganya disini.

"Dari mana asal suara piano itu?" Tanya Jaehyun. Telinganya sangat tajam ketika mendengar suara musik.


.
.
.
.
  

See u baybay ❤️

I'm an idol {Telah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang