"Bunuh saja aku, Tuan Choi. Kau bukan memberikan solusi. Tapi membuatku makin pusing." Ketus Hana. Hana kesal, di kepalnya telah terpikir banyak umpatan yang ingin ia tujukan untuk Jimin. Ingin memaki. Ingin memberi pelajaran bagi mulut Jimin yang sialan itu. Rasa ingin mencakar habis wajah Jimin yang seperti tak bersalah itu.
Hana memijati bagian depan kepalanya yang mulai terasa pening. Jimin sukses membuatnya sakit kepala dengan ucapannya.
"Okay. Ikut aku!" Kali ini agaknya wajah Jimin begitu serius. Merinding Hana melihatnya. Begitu mengintimidasi.
"Ke-kemana?" Jangan tanya bagaimana Hana sekarang, tentunya wanita itu ketakutan. Tahu betul siapa Jimin, pria yang tak pernah main-main dengan ucapannya.
"Aku ingin membunuhmu." Serius? Apa Hana tak salah mendengar? Apa Jimin akan melakukannya? Membunuhnya?
Tentu. Jimin akan melakukannya. Membunuh. Ya, membunuh dengan menghujani cinta. Perlahan. Jimin akan menjadi heroin yang akan membunuh secara perlahan. Tapi sebelum membunuh akan membuat candu lebih dulu.
"Kau akan memisahkan anakmu dari ibunya? Sekarang?" Hana terlampau polos. Telampau tak percaya Jimin akan melakukannya.
"Tidak. Tidak akan memisahkan. Tapi memberi solusi terbaik bagi Heejin. Memberinya saudara." Wajah tampan mendominasi. Tampan yang mampu menghancurkan dunia. Dunia kehidupan Hana. "Bukankah saudara kandung akan lebih besar kemungkinan bisa membantu Heejin?" Polos Jimin.
"Kau gila. Kau pikir aku mau? Kau pikir semudah kau mengatakannya?" Hana mulai naik emosi.
"Tentu. Tidak susah. Kau sendiri yang menyerahkan hidupmu padaku. Apa aku salah?" Dengan santainya Jimin kembali memanfaatkan perjanjian yang Hana buat sendiri.
Sukses. Jimin sukses membuat Hana terbungkam. Mematikan langkah Hana. Andai ada jalan keluar lain, akan Hana lalui jalan itu, Hana tau Jimin tak pernah main-main.
***
Maka jangan tanya bagaimana pada akhirnya mereka berada dalam satu kamar yang sama. Ini gila. Bukan, Jimin yang gila."Kenapa? Takut?" Sebelah alisnya Jimin naikkan. Ia masih tidak melakukan apapun pada Hana. Hanya membiarkan Hana melihat apapun yang ia lakukan.
Hana diam. Masih diam. Sebenarnya Hana tak menyesal telah menyerahkan hidup pada pria yang ada di hadapannya. Hanya saja terlampau tak percaya jika seorang Jimin benar-benar mengambil keuntungan dari apa yang telah ia tawarkan.
Di tempat yang sama. Hana melihat Choi Jimin mengeluarkan dua bungkus obat dari dalam dompetnya. Penasaran obat apakah yang dikeluarkan Jimin.
"Kau sakit? Kau mengkonsumsi obat?"
"Ya, aku sakit. Jiwaku rusak. Aku butuh sesuatu yang bisa mengobati sakitku. Aku membutuhkan Euforiaku saat ini."
"Maksudmu itu adalah jenis obat terlarang?" Hana memicing.
"Ini Heroin." Jimin mengeluarkan sebutir. Bersiap akan menelan.
"Jangan!" Entah keberanian dari mana. Hana merebut butiran obat terlarang itu dari tangan Jimin. "Jika kau mengkonsumsi obat-obatan ini, kau tak bisa ikut melakukan tes kecocokan sum-sum tulang. Ini berpengaruh pada kesehatanmu. Apa kau tak ingin membantu Heejin?"
"Tapi aku butuh ini. Aku sedang butuh." Jimin frustrasi, sepertinya Jimin banyak memendam perasaannya, sepertinya Jimin hanya bepura-pura kuat.
"Jadikan aku saja sebagai Euforiamu. Apa bisa?" Oh, tida. Apa Hana baru saja salah bicara?
Maka Jimin tersenyum, lebih tepat adalah menyeringai. Nakal dan menakutkan. "Euforiaku?" Tanya Jimin memastikan ia tak salah mendengar.
"Jadikan aku apapun. Kau bisa melakukan apapun. Tapi tidak dengan mengkonsumsi obat-obatan ini. Apalagi sekarang kita hidup bersama. Aku tak ingin ini berdampak buruk pada Heejin. Kumohon. Lakukan apapun yang kau suka, asal tak membunuh dan mengkonsumsi obat-obatan ini. Aku mohon." Hana benar-benar merampas obat-obat itu, membuangnya dari jendela yang belum di tutup, Telah menyerahkan hidup pula. Hana bertekad ia mampu mengubah pria di hadapannya. Harus mampu.
"Beri aku rasa bahagia. Bawa aku menemukan Euforiaku!" Perintah Jimin, sementara kedua tangannya berusaha membuka satu per satu kancing kemeja hitam yang dikenakan.
Jimin mengintimidasi, mengurung, mengukung dibawah kuasanya.
Hana pasrah, asalkan apa yang ia inginkan tercapai. Mampu memberi kebahagiaan untuk Heejin. Mampu membuatnya menebus segala rasa bersalahnya pada pria gila bernama Choi Jimin.
LOVE
Author: Ameera Limz
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE HEROIN [TAMAT - AKAN SEGERA CETAK]
Romance"Bagaimana kalau aku mengatakan bahwa aku menginginkan dirimu menari di atas tubuhku? Ride me and take mine." Choi Jimin