29

3.6K 267 15
                                    

Hana merasa takut. Meski operasi transplantasi sel punca Hematopoietik Heejin sudah selesai, tetap saja ia merasa khawatir. Pasalnya Heejin masih belum sadar pasca operasi. Belum lagi ia hanya sendiri, tak tahu harus bagaimana. Hana seperti menjadi rapuh. Butuh tempat untuk bersandar, sekedar berbagi beban.

Baru saja Hana keluar dari ruang rawat Heejin. Ia mencoba menghubungi Jimin. Tapi, hasilnya masih sama. Nihil.

Dua orang dengan pakaian hitam datang menghampiri Hana yang sedang bolak-balik bak setrikaan.

"Permisi. Apa benar anda istri dari pria bernama Jimin?" Salah seorang bertanya pada Hana.

"Ha? Kalian siapa?" Hana bingung harus menjawab apa. Takut juga sebenarnya.

"Kami tim khusus kepolisian setempat. Kami ditugaskan untuk membawa Choi Jimin oleh kepolisian Seoul." Salah seorang menunjukkan identitasnya.

"Memangnya kenapa mencari Choi Jimin?" Hana penasaran.

"Choi Jimin dicurigai terlibat dalam kasus pembunuhan terhadap pemilik Hesofen Grup yang jasadnya ditemukan mengapung di sungai Han. Kami datang untuk meminta keterangan penyelidikan."

"Pada siapa?"

"Anda istrinya bukan? Kami membutuhkan jawaban dari Choi Jimin dan anda selaku istrinya. Kami perlu mencocokkan beberapa fakta."

"Tapi dia sedang tak ada di sini sekarang. Aku bahkan tidak tahu keberadaannya." Hana panik. Tak menyangka ia akan ikut terseret dalam hal semacam ini. Ini adalah risiko mengenal seorang Choi Jimin.

"Ada apa? Saya disini." Pada akhirnya Hana bisa bernapas sedikit lega ketika Jimin tiba-tiba datang dengan wajah yang kusut dan terlihat sangat sedih. Dari mana saja pria itu?


"Keterangan apa yang kalian butuhkan?" tanya Jimin pada dua orang polisi itu. "Kenapa? Apakah kepolisian Seoul yang meminta kerja sama kalian? Baiklah, aku akan memberikan keterangan. Sebanyak yang kalian inginkan. Tapi, biarkan istriku tetap disini, karena anakku membutuhkan teman. Baru saja di operasi."

Maka pada akhirnya Hana tetap tinggal, menemani Heejin. Perasaan yang kalut tak bisa diartikan. Banyak pertanyaan yang sebenarnya menumpuk di isi kepala Hana, belum lagi keterkejutan setelah mendengar pernyataan Jimin yang menyebut dirinya adalah istri. Tidak tahu pula kenapa, tiba-tiba Hana juga merasa hatinya seperti berbunga-bunga. Apa benar ia sudah memiliki sedikit rasa untuk ayah dari anaknya itu? Sebenarnya memang sulit sekali untuk menolak pesona seorang Jimin dengan perlakuannya. Terlalu sempurna dan di idamkan.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ia tiba-tiba menghilang kemudian kembali dengan keadaan seperti tadi?" Hana terus mencoba mencari jawaban pada diri sendiri. Nyatanya ia tak mendapatkan jawaban apapun.

***
"Apa benar anda pada tanggal sekian tidak datang ke Apelbaum Complex?"

"Tentu saja tidak. Pada tanggal itu aku sedang terluka dan dirawat oleh istriku. Kau bisa menanyakannya langsung padanya, di rumah sakit jika perlu." Memang benar, pada saat tragedi pembunuhan terjadi, Jimin memang teluka pada hari itu, karena berusaha mengelak dari kejaran orang suruhan ayahnya. Ia pingsan kemudian dirawat oleh Hana. Tapi, kita tidak tahu tragedi sebelum ia dikejar oleh orang-orang ayahnya. Dan Hana pasti akan membelanya. Tentu dengan sedikit berbohong pula.

Satu hal yang belum bisa didapatkan oleh kepolisian Seoul dan detektif Min adalah mereka belum berhasil mengumpulkan semua rekaman CCTV yang terpasang di setiap sudut Apelbaum Complex. Dan lucunya adalah mereka justru mendapatkan rekaman CCTV yang ada di apartemen milik korban, pada rekaman saat kejadian tak ada tampak wajah Jimin di sana, yang ada hanya seorang wanita yang datang bertamu pada korban.

"Saya tahu kalian selaku polisi bukanlah orang-orang yang bodoh. Kalian adalah orang-orang yang terpilih. Tapi, apa benar jika kalian mencurigaiku? Aku bahkan tidak menginjakkan kaki di Apelbaum Complex. Harusnya kalian malu telah mencurigai orang yang salah." Wah, Jimin benar-benar pandai dalam mengelabui. Bahkan ia seolah tak takut sedang berhadapan dengan polisi.

***
Sementara di kediamannya Choi Jiseung sedang murka. Apapun dan siapapun di dekatnya menjadi pelampiasan atas kemurkaannya.

"Kalian masih tidak bisa menemukan keberadaan mereka? Sebenarnya apa yang kalian lakukan? Bahkan menemukan bocah tengil dan wanita itu saja kalian tak bisa. Apa kalian ingin ditanam di halaman rumahku?"

"Ma-mafkan kami, Tuan. Kami akan coba mencari sekali lagi." Tak kan ada yang berani melawan atau menolak perintah dari Jiseung, semuanya masih sayang pada nyawa, masih ingin bernapas.

"Maka bawa mereka pulang!" Jiseung mengetuk-ngetuk meja kerjanya. "Bawa mereka kemari. Ke neraka ini!"




LOVE

Author: Ameera Limz





LIKE HEROIN [TAMAT - AKAN SEGERA CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang