Rengekan kecil dari Heejin memaksa Hana untuk menarik diri dari dunia mimpi indahnya. Matanya perlahan mengerjap, menyesuaikan dengan kilau cahaya mentari yang menembus kain gorden putih tipis dengan jendelanya yang telah terbuka sejak lebih pagi lagi.
Tubuhnya lelah, seperti remuk habis tertumbuk. Seperti baru saja selesai mengerjakan kerja rodi yang tiada henti.
Ketika Hana masih mencoba menyesuaikan diri setelah bangun tidur, suara rengekan Heejin terdengar semakin samar kemudian berhenti. Sayup-sayup menembus rungu Hana. Disana Jimin sudah menenagkan Heejin rupanya. Tanpa sadar, sedikit senyuman terbit di wajahnya mendengar betapa Ahlinya Jimin dalam membujuk Heejin agar menjadi lebih tenang. Pantas saja Heejin mudah sekali akrab pada pria itu. Mereka memiliki ikatan batin yang cukup kuat.
Tentulah Hana masih begitu mengantuk hingga akhirnya ia kembali pulas dalam tidur. Terlampau lelah.
***
Hana terperanjat kala ranjang yang ia tiduri terasa bergerak, seseorang ikut merangkak naik diatasnya. Siapa lagi jika bukan Jimin."Apa kau sakit?" Ternyata pria itu khawatir, pasalnya hampir tengah hari Hana masih belum bergerak dari tempat tidurnya. Masih tertidur.
Maka akhirnya Hana bergerak. Menggelung tubuhnya dengan rapat menggunakan selimut. Beranjak keluar dari kamar itu.
Jimin sampai melongo. Ia hanya bertanya apakah Hana baik-baik saja. Tapi, Hana sudah kabur duluan. Mungkin takut padanya.
Hana masuk di kamar dimana Heejin sedang bermain. Anak itu sudah rapih, sudah wangi, Jimin mengurusnya dengan baik.
"Ibu. Baru bangun ya?" tanya polos seorang Heejin.
"Iya. Kau sedang apa? Tunggu sebentar ya! Ibu akan mandi sebentar dan menyiapkan makan untukmu."
"Tidak perlu. Ayah sudah memasakkan Heejin makanan, bahkan sudah minum susu dan obatnya juga." Wow, kejutan baru bagi Hana, ternyata pria seperti Jimin bisa memasak. Hana pikir Jimin hanya bisa mabuk, bersenang-senang dan membunuh.
"Benarkah?" Hana tersenyum pada Heejin. Anak ibu memang paling pandai. Sekarang kau tak merasakan sakit kan?"
"Tidak. Heejin cehat kok." Heejin menggeleng pelan kemudian mengangguk dengan wajah yang menggemaskan. Siapa yang tidak akan jatuh cinta melihat anak kecil seperti Heejin?
***
"Tidak sia-sia aku membuat orang-orang menculik Heejin, memberi tahu keberadaan mereka pada Heejoon, kemudian kalian akhirnya harus bertemu dan pergi menjauh dengan sendiri. Aku tinggal membuat Jimin tahu siapa kau sebenarnya, Hana. Maka mari kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya." Wanita itu tersenyum penuh angkuh. Bicara sendiri pada bayang dirinya di cermin. "Sebentar lagi aku akan menjadi istrinya. Salah kau sendiri kenapa waktu itu kau membiarkan Heejoon menikah dengan orang lain. Sekarang aku yang akan menikah dengan Kakakmu. Menguasai hartamu. Sementara kau akan hidup tersiksa bersama pria pembunuh itu. Pria yang memang sedang mengincar keluargamu." Senyuman jahat itu begitu jelas terukir di wajah cantiknya.Dendam telah menguasai hatinya. Tak pernah bisa melupakan bagaimana waktu itu Hana tak ingin membantunya menikah dengan Heejoon.
Hana membiarkan Heejoon menikah dengan Jieun, bahkan Hana begitu menyayangi dan menyukai Jieun. Itu membuat Hayeon cemburu. Hayeon menyukai kakak lelaki sahabatnya itu. Tapi Hana terang-terangan menolak Hayeon untuk menjadi kakak iparnya. Bukan tanpa alasan, Hana tahu bagaimana sifat asli kakaknya, makanya Hana tak ingin menyatukan Hayeon pada Heejoon. Ia tidak mungkin menyerahkan sahabatnya pada harimau yang galak. Hana lebih suka ia tetap bersahabat dengan Hayeon. Dan nyatanya Hayeon adalah penghianat dalam persahabatan mereka. Hayeon itu licik.
LOVE
Author: Ameera Limz
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE HEROIN [TAMAT - AKAN SEGERA CETAK]
Roman d'amour"Bagaimana kalau aku mengatakan bahwa aku menginginkan dirimu menari di atas tubuhku? Ride me and take mine." Choi Jimin