17

4.5K 366 4
                                    

Membelalak kaget melihat Jimin yang mengeluarkan Revolver. Dan bertanya dalam hati apa guna kartu nama yang dikeluarkan itu?

"Kalian memilih untuk membebaskan anak kecil yang kalian culik atau kalian hancur dengan dua benda itu?" Dengan wajah angkuhnya, Jimin melihat kearah dua benda yang ia keluarkan.

"Tcihh... Kau pikir kau itu siapa, eoh?" Nayeon mencibir. Tak suka di perintah. "Kau hanya pelanggan. Kami tidak akan rugi jika kehilanganmu." Lanjut Nayeon tak kalah angkuhnya.

Smirk yang agaknya sedikit meremehkan terbit di satu sudut bibir Choi Jimin. Tangannya dengan sigap mengambil Revolver yang semulanya ia letakkan diatas meja. Mengarahkan ujung Revolver itu pada kedua kepala orang yang tak bisa diajak berkompromi secara bergantian.

"Revolverku bisa menembus kepala kalian. Tengkorak kepala kalian yang keras itu bisa hancur." Bersiap Jimin mengarahkan jari telunjuknya pada pelatuk. Sekali tarik saja peluru bisa meluncur, menembus tengkorak kepala atau setidaknya peluru akan bersarang di dalam kepala. Mengerikan. "Atau kalian mau jatuh miskin?" Satu tangan Jimin mengangkat kartu namanya. Mengarahkan lebih jelas pada lawan.

Tak menyangka jika yang sedang berhadapan dengan mereka adalah anak seorang mafia terkennal di kota mereka. Belum lagi Jimin adalah pewaris utama dari keluarganya. Tempat usaha sekelas TripleX yang belum begitu besar itu bisa hancur dengan satu perintah dari Choi Jimin.

"Jadi apa yang sebenarnya kau inginkan?" Tanya Nayeon.

"Bebaskan anakku! Apa itu belum cukup jelas?"

Nayeon yang seorang mucikari, dan suaminya yang pemilik TripleX, keduanya kompak tertawa. "Kami tidak pernah berurusan denganmu, Tuan. Apalagi menculik anakkmu. Itu tak berguna. Sungguh."

"Anak perempuan yang kalian culik semalam. Anak dari Park Hana. Itu anakku."

"Haha... Bagaimana bisa?"

"Jangan banyak bertanya. Serahkan anakku. Revolvorku tak bisa menunggu lama!"

Jimin mulai jengah. Susah sekali untuk bernegosiasi dengan mereka. Maka satu tembakan Jimin lepaskan secara asal. Berhasil memecahkan satu buah vas bunga besar yang ada di sudut ruangan. Berhasil membuat keduanya terperanjat kemudian menunduk ketakutan. Untung Jimin masih sabar, masih bisa menahan untuk tidak melepaskan tembakan pada lawan secara langsung. "Bagaimana?" Tanya Jimin dengan angkuh.

"Ba-baiklah, Tuan. Baiklah, kami akan membebaskannya."

"Bawa anakku padaku sekarang!"

Maka Nayeon bangkit segera dari duduknya. Dengan segera meminta seseorang untuk membawakan Heejin.

Tak selang lama, gadis kecil yang dirindukan sudah ada di hadapan.

"Ayah!" Seru Heejiin dengan penuh rona bahagia di wajah. Gadis kecil itu segera berhambur naik di pangkuan Jimin. Sepertinya Heejin sudah begitu dekat dengan Jimin.

Jimin bahagia. Tenang juga hatinya. Heejin baik-baik saja. Tanpa luka dan cacat sedikitpun di tubuh mungil Heejiin. Memeluk erat Heejin dengan sebelah tangannya. Pandangan masih fokus mengintimidasi lawan bicaranya. "Bersyukurlah kalian karena tidak melukai putriku. Padahal aku sudah akan membalas jika aku sampai melihat putriku terluka. Dan ada dua hal lagi yang aku inginkan. Pertama jangan pernah mengganggu Hana dan putriku lagi, dan kedua aku ingin kalian membawakan rekaman kamera pengawas dua tahun lalu! Rekaman kejadian yang kalian sembunyikan dari Hana!"

LOVE
Author: Ameera Limz

LIKE HEROIN [TAMAT - AKAN SEGERA CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang