13 : UKS

35.4K 2.3K 245
                                    

Tidak ada kata disini, hanya luka.

•••

Valcano

Lo dimana?

Pergi

Balik!
Bunda nyariin

Aku puny rumh
Punya ortu juga
Tapi aku lbh sayang sm Bunda kamu

Makanya cptan kesini ah

Males

Masih marah?

Pikir aja ndiri

Ngapain kakinya mencak"?

Dih
Pasti udh dibwah kan?

Cilla melihat kebawah, Valcano sedang tersenyum kearahnya, seakan tidak memiliki salah apapun. Apakah lelaki itu tidak ingat tentang kejadian di kantin tadi?

Tak lama kemudian, handphonenya berdering. Panggilan masuk, dari Valcano.

“Tidur cantik, jangan begadang.”

Cilla memandang Valcano.

“Obat tidurnya masih ada?”

Cilla mengangguk.

“Tidur, besok gue jemput.”

“Janji?”

Valcano mengangguk. “Promise.”

Senyum Cilla merekah melihatnya. “Selamat malam, Valcano.”

“Gue cinta lo.”

•••

Bruk!

“Akh!”

Silla menubruk tubuh Cilla dengan kasar hingga membuat tubuh Cilla terhuyung. Gadis itu menatap tajam ke arah Cilla, tatapannya tidak bersahabat. Apa lagi ini? Padahal hari masih pagi, kenapa dia sampai seperti ini? Biasanya dia acuh kepadanya.

“Untung ya, gue nggak mirip-mirip banget sama lo!”

“Ada apa?”

“Lo!” Silla menunjuk Cilla. “Benalu, gue malu punya saudari kayak lo, gue benci lo, Cil! Selama ini gue coba buat nerima keadaan, tapi.. tapi lo liciknya ngerusak semuanya. Semuanya! Lo bikin keluarga kita hancur!”

Cilla tidak mengerti, apa yang dikatakan oleh Silla terlalu berbelit-belit.

“Maksudnya?”

“Nggak usah lagak sok suci lo! Gue tahu, lo kan yang kasih obat bahaya ke minumannya Papa, ngaku lo!”

Cilla terkejut. “Papa kenapa, Sil?”

“Papa keracunan, bodoh! Pasti lo pelukannya.”

“Pasti dia, Sil. Dia kan benci sama lo karena lo terlalu disayang sama Om Johan, makanya dia berusaha jauhin lo sama Om Johan sampai tega buat ngeracun bokapnya sendiri!" Suara Rafina membuat mata Cilla memanas, sehina itukah dia dimata mereka?

ValcanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang