—Karena cinta tak hanya masalah perasaan, tapi juga luka yang pasti datang karena cinta—
•••
Pesta ulang tahun ulang tahun Messa ada di hotel, tersaji kue besar juga dengan panggung mini. Banyak makanan yang tersaji disana, tamu-tamu berdatangan dengan langkah yang anggun, tamu terhormat.
Valcano turut serta di acara itu, dia sedang bersama Adit. Pria mengenalkan Valcano kepada rekan-rekan kerjanya dan Valcano sesekali tersenyum simpul ketika di kenalkan.
Saat ini, yang diharapakan oleh Valcano adalah sebuah bencana agar pesta ini bisa berhenti dan dirinya lari dari hotel. Lelaki itu juga menunggu kedatangan Cilla—lebih tepatnya menunggu dengan siapa Cilla akan datang.
Suara MC menggema. Valcano melihat Messa dengan gaun putih dan mahkota bergambar burung yang bertengger manis di kepalanya. Adit memegang bahu Valcano. “Dampingi putri saya.”
Valcano diam sejenak, sampai akhirnya Adit mendorong pelan bahu Valcano. Langkah Valcano membawanya untuk menghampiri Messa namun ketika pintu ballroom langkahnya terhenti seketika.
Semua mata memandang ke arah pintu tersebut.
Seorang gadis dengan gaun bewarna krem dengan aksen kelip-kelip di area dada, liotin dengan bandul berlian bewarna biru laut, rambut yang bergelombang, oh ya tak lupa juga dengan senyum indah menawannya. Tangannya tengah melingkar manis di lengan seorang lelaki yang memakai jas bewarna biru dongker.
“Maaf, terlambat.”
Dia adalah Cilla dan Avines.
Tangan Valcano terkepal melihatnya. Emosinya langsung naik ke ubun-ubun. Mereka semua cengo melihatnya, mereka tahu jika Cilla mempunyai hubungan dengan Valcano.
Tatapan Cilla dan Valcano bertemu, senyum Cilla mengembang. Gadis itu menghampiri Valcano. “Hei. Semoga bahagia.”
Valcano melirik Cilla sekilas lalu menatap Avines. Tatapan mereka berdua sama-sama menusuk sampai akhirnya, Avines merangkul bahu Cilla dan membawanya pergi dari sana.
“Stop.”
Mereka berdua berhenti melangkah.
“Lepasin tangan kotor lo dari bahu Cilla,” suruh Valcano.
“Lho? Emangnya lo siapa? Gue pacarnya, gue bebas mau ngapain,” kata Avines.
“Bangsat! Lo temen gue apa bukan, sih!”
Cilla menarik tangan Avines, menyandarkan kepalanya pada dada lelaki itu. “Avines.. Aku rasa kita nggak perlu meladeni hal yang tidak penting.” Gadis itu mendongak menatap Avines. “Mending kita ke temen-temen kamu, aku juga harus ketemu sama Messa.”
Avines mengangguk. “Sure, Darl.”
Mereka berdua kemudian berbalik dan berjalan ke arah teman-teman Avines.
“Avines, urusan lo sama gue belum selesai.”
Namun, Avines hanya mengangkat tangannya.
Avines dan Cilla menghampiri Nams, Tara, Seno dan juga Ciko. Mereka sedang minum disana tanpa ada pasangan. Terlalu solid sampai jomblo ngenes semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valcano
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] "Valcano, aku kehujanan boleh minta tolong jemput aku?" "Jangan ganggu gue." ••• "Valcano, boleh minta tolong jemput aku?" "Gue lagi sama Messa." "Val-" ••• "Val, sakit.." "Telefon lagi gue blokir nomor lo." ••• "Valcano, mereka semu...