55 : An

12.6K 946 65
                                    

Saat ini, sepasang kekasih itu tengah berada di sebuah kafe yang terletak di dalam mall. Mereka berdua duduk berhadapan, bermain ask and answer.

"Kalau misal orang masa lalu itu datang, reaksi kamu gimana?"

Valcano menggedikan bahunya. "Aku orangnya gak terlalu ngurusin masa lalu sih, palingan ya biasa aja. Buat apa ngurusin masa lalu kalau kita selalu dihadangkan sama masa depan."

Cilla mengangguk, setuju. "Oke."

"Aku nih ya.. Kenapa masih betah sama cowok yang duduk di hadapan kamu saat ini?"

Cilla berfikir sejenak lalu menjawab, "Takdir aja sih," katanya acuh.

"Agak nyesek tapi tetep sayang," balas Valcano. "Apa pertanyaan buat aku?"

"Kalau dihadapkan sama dua pilihan, antara menunggu atau melepaskan.. Kamu pilih yang mana?" Tanyanya. "Oh iya, sama alasannya," lanjut Cilla.

"Gampang." Kata Valcano. "Aku pilih melepaskan. Karena, menunggu itu buang-buang waktu and.. yeah, menyakitkan saat menunggu suatu hal yang tidak pasti."

Cilla berfikir sejenak, meresapi ucapan Valcano.

"Kok diem? something wrong, honey?"

"No. That's your thought, Valcano," jawab Cilla dengan gelengan kepala. "Sekarang giliran kamu."

"Kalau aku mati, siapa aja yang nangis?"

Seketika mata Cilla melebar. "Lo ngomong gitu kayak mau minggat aja dari muka bumi, Val," katanya sinis.

Valcano tertawa. "Duh, gemes."

"Yang jelas kalau kasih pertanyaan."

"Gantengan King apa Aku?"

"Apa dong." Cilla tersenyum jahil.

"Ck!" Decak Valcano. "Yang serius. Gantengan siapa?"

"Ganteng sih, ganteng semua. Kan, kalian cowok, masa mau cantik gitu? Lagian, ganteng tuh nggak penting."

Valcano meminum coffe yang dipesannya, lalu setelahnya fokusnya kembali pada Cilla. "Ganteng cantik sekarang sih penting."

"Bodo ah, yang penting Val milik Cia."

"Setuju banget!" Valcano mengusap tangan Cilla.

"La! Illa!"

Valcano memincingkan matanya melihat seorang cowok yang tak jauh dari tempat duduknya. Cilla menoleh lalu terkejut saat melihat An.

"An? Kok lo disini?" Tanya Cilla.

"Mau janjian sama temen gue," jawabnya. Nadanya masih terkesan jutek. "Siapa lo?" Tanya An sambil menunjuk Valcano.

"Cowok gue, Valcano."

"Oh, pemimpin Reonus." An manggut-manggut. "Ya udah, gue mau balik."

Cilla bingung. "Lah? Emang temen lo udah dateng?"

"Mau pindah tempat," jawab An enteng.

•••

Setelah mengantarkan Cilla pulang, Valcano membelah jalanan dengan pikiran yang berkecamuk. Salah satunya lelaki yang bernama An itu.

"An.. An siapa sih? Anjing?" Gumamnya, sambil memegang kepalanya yang terasa pening. "Mungkin namanya Anjing kali yak? Makanya dipanggil An biar keren. Bukan main otaknya kalau punya ide."

Valcano ingin bertama kepada Cilla, namun takut jika nanti gadis itu marah.

Berbeda lagi dengan Cilla. Dia sedang duduk di dekat jendela kamarnya dengan kertas-kertas tulisan Valcano. Senyum gadis itu itu terus terukir saat mengingat kejadian yang dialami seharian ini dengan kekasihnya itu.

ValcanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang