50 : Sandiwara?

18.3K 1.2K 109
                                    

“Gue nggak mau ketemu sama dia, hiks!”

Cilla menaikkan satu alisnya ketika ditatap penuh kebencian oleh Messa. “Mes, apa salah gue?”

Messa menuding Cilla. “Lo! Lo cewek yang paling gue benci! Lo udah hancurin hidup gue!” Messa kemudian menangis.

Jeane mendekati Cilla lalu berbisik. “Lihat kan, dia aneh banget emang.”

“Nggak usah sandiwara deh,” komentar Valcano. Tangannya tersilang di dada.

Messa mengacak-acak rambutnya. “PERGI! PERGI! GUE BENCI KALIAN SEMUA!”

Jeane mendengus sebal. “Sialan.”

Keempat remaja itu kemudian keluar dari UKS, meninggalkan Messa yang mencak-mencak tidak jelas.

“Emang gila tuh cewek,” kata Valcano sambil memakai sepatu.

“Gitu-gitu juga pernah lo bela,” kata King.

Valcano menatap jengah King. “Lo sama aja kayak Jeane ya. Mulutnya sama-sama minta gue sumpel pake kaos kaki.”

King terkekeh pelan. Sementara Jeane tidak terlalu menanggapi ucapan Valcano, dia sibuk dengan sepatunya.

Valcano membantu Cilla untuk mengikat tali sepatunya. Gadis itu tersenyum simpul. “Makasi.”

Valcano mengangguk.

“Seharusnya tadi tempat tidurnya gue balik aja sekalian sama Messa nya,” kata Jeane yang mengundang tawa.

“Filter, Je, kalau ngomong. Orang yang lo omongin lagi di dalem tuh,” tegur Cilla.

“Biarin lah, sekalian gue pinjem toa-nya ruang tatib,” sewot Jeane.

“Dosa, by.” King menyahut.

“Ah, maaf-maaf.”

•••

“Aku masuk dulu ya.”

Valcano mencegah, menarik gadis itu ke dalam dekapannya. Sementara itu, Cilla memberontak. “Apasi ih? Malu tau.”

Valcano melepas pelukannya sambil terkekeh. “Janji dulu dong sama aku, jangan tinggalin aku.”

“Kamu yang seharusnya janji sama aku.”

“Iya, aku janji,” kata Valcano. “Kali nggak bullshit lagi.”

Cilla menyunggingkan senyumnya sambil merapikan rambut Valcano yang berantakan. Degup jantung Valcano tidak karuan saat mendapat perlakuan manis dari Cilla.

“Nah, kalau gini kan makin ganteng,” kata Cilla.

“Wah, baru kali ini kamu rapikan rambut aku,” kata Valcano.

Tangan Cilla menyentuh dada Valcano, lalu menggerakkan jemarinya membentuk huruf C disana. “Dihatinya Valcano cuma ada aku,” katanya.

“Iya, cuma Cia aja,” kata Valcano. “Kan hati aku udah kamu perbarui.”

“Iya, kemarin aku modein setelan pabrik biar bersih terus aku isi,” sahutnya riang.

Valcano tertawa. “Jadi nggak mau pulang deh.”

“Ya udah, tidur aja di depan pagar,” jawab Cilla.

“Hah! Males banget. Masih ada apartemen yang kosong, aku mau pulang kesana. Kamu mau ikut nggak?” Tawar Valcano.

Cilla menggeleng. “Nggak, tidur dikamarku sendiri lebih enak.”

“Enakan tidur di peluk sama aku.”

“Nggak mau ah. Udah, aku mau masuk jangan cegah aku.”

“Iya iya.” Sungut Valcano sambil menghidupkan kendaraannya. “Berat banget harus pisah sama kamu.”

“Kan besok ketemu!”

“Yaudah, besok aku jemput.”

•••

“Udah lah Messa jangan ngejar Valcano.”

“Ih, Papa gimana sih! Aku kan cuma mau Valcano,” kata Messa. “Papa nggak sayang sama aku ya?”

Adit dengan cepat menggeleng. “Bukan gitu maksudnya, Nak. Tapi kamu tahu kan, kita nggak ada urusan apa-apa sama mereka.”

Messa semakin meradang. “Aku mau Valcano, Pa! Valcano harus jadi milikku, bukan cewek sialan itu.”

“Sudah, Messa! Papa nggak mau kamu mikirin cowok itu.”

“Valcano berarti banget buat aku,” kata Messa sambil menyilangkan tangannya di dada. “Jadi, Papa harus bantuin aku buat dapetin Valcano dong. Aku anak kesayangan Papa kan?”

“Messa—”

“Papa nggak sayang aku ya?” Messa hendak menangis. “Pa, please banget, Aku cuma mau Valcano, Pa..”

“Masih ada banyak cowok yang lebih baik dari pada Valcano, Messa. Lagi pula Papa cuma mau kamu belajar karena sebentar lagi kamu itu kelas dua belas.”

“Aku nggak peduli, kan masih ada uang Papa, kan? Ah, di bank, brankas masih ada kan, Pa?”

Adit hanya mampu menghela napas berat, dia sudah salah mendidik anak semata wayangnya ini. Dia terlalu memanjakan putri satu-satunya.

“Ya udah kalau Papa nggak mau bantuin aku, aku bakal dapatin Valcano dengan cara aku sendiri,” kata Messa lalu keluar entah kemana.

Hal itu membuat Adit kelabakan dan mengejar Messa.

Masih mau next?

Spam next disini!

Ada yang mau disampaikan nggak nih?

ValcanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang