Lupa alur? Baca lagi.
Jan lupa nabung untuk peluk novel Valcano, karena versi wattpad dan versi novel sangat berbeda 😍❤️•••
Setelah keluar dari ruang rawat Anxer, raut wajah Cilla berubah. Gadis itu tengah menundukkan kepalanya dengan wajah yang kebingungan karena ucapan Anxer kepadanya.
“Kenapa?” Tanya Valcano saat melihat raut perubahan wajah Cilla yang drastis. “Cerita, kenapa!” Desaknya karena khawatir.
Cilla mendongak lalu menatap wajah sang kekasih, gadis itu menggelengkan kepalanya. “Enggak, Val.”
“Cerita, kenapa. Jangan ditutup-tutupi.”
Cilla tetap menggeleng karena tidak mau dia membuat Valcano marah. “Enggak, ya udah ayo pulang.”
“Aku belum masuk.”
“Jangan!” Jawab Cilla cepat, seketika Valcano menjadi heran dibuatnya. “An butuh istirahat, dia kan baru sadar. Jadi, kita pulang ya?”
Valcano meringis mendengar ajakan Cilla, jika dia mengantar Cilla ke rumah, itu pasti dia akan bertemu dengan Johan. Dia harus mencari alasan agar dia tidak mengantarkan Cilla.
“Kamu pulang sama Avin, ya? Kasihan An nggak ada yang nungguin,” kata Valcano.
Cilla menoleh ke pintu ruang rawat Anxer lalu kembali menatap Valcano. Benar apa yang dikatakan oleh lelaki itu, Anxer sendirian disini.
“Aku pulang sendiri aja,” katanya akhirnya.
“Nggak!” Tolak Valcano keras. “Tunggu Avin dulu, baru kamu pulang.”
“Val!” tegur Cilla. “Aku nggak mau ngerepotin Avin.”
Valcano akhirnya mengalah dengan helaan napas dan membiarkan kekasihnya pulang sendirian. Sebenarnya, dia laki-laki macam apa yang tidak bisa menjaga Cilla dengan benar? Apa benar yang dikatakan oleh Johan, bahwa dia memang tidak pantas untuk mendapatkan Cilla.
Sepergian Cilla, Valcano mengintip, melihat Anxer yang diam sambil menatap langit-langit. Dia pun memilih untuk masuk ke dalam sana yang membuat lelaki itu terkejut.
“Lo?!” Cetus Anxer yang kaget saat melihat kedatangan Valcano.
“Iya. Ini gue.”
Anxer mendengus kesal melihat kehadiran Valcano. “Ngapain lo kesini?”
“Nungguin elo. Kan lo sakit.”
Anxer diam. Lagi-lagi dia merasa dikasihani. Argh, kenapa dia lemah seperti ini.
“Orang tua lo kemana, An?” Tanya Valcano. Karena dia tidak melihat tanda-tanda kehadiran mereka.
Wajah Anxer berubah menjadi sendu, tiba-tiba dia teringat dengan masa lalunya. Dia mengubah posisinya untuk duduk, dengan sigap Valcano membantunya.
“Kita temen, 'kan?” Anxer memandang ketus Valcano.
“Sabi lah,” jawab Valcano sambil mengangguk.
Hingga akhirnya meluncurlah cerita kehidupan Anxer yang menyedihkan. Anxer tau jika Valcano orang baru, tapi dia butuh sandaran dan tempat berkeluh kesah. Dia juga tidak memiliki teman.
“Semenjak perselingkuhan Papa dan wanita itu, Mama gue depresi dan meninggal. Gue numpang di rumah peninggalan Bibi gue yang dua bulan lalu meninggal. Sekarang, gue harus banting tulang untuk nyekolahin adek gue. Apapun itu pekerjaannya gue bakal tempuh. Lalu, gue ketemu sama Giano dan akhirnya gue terima tawaran dia,” ceritanya singkat.
Valcano seharusnya merasa bersyukur karena bisa hidup serba berkecukupan. “Gini aja deh, gimana kalau lo sama adek lo jadi saudara angkat gue, ntar gue bilang ke nyokap.”
Anxer mendengus geli. “Nggak semudah yang lo omongin, bro. Lagian, gue masih mampu.”
Valcano hanya tertawa pelan mendengarnya. Penilaian pertama saat bersama Anxer ialah Anxer yang arogan.
“Tapi, kalau ada apa-apa bilang aja ke gue.”
Anxer mengangguk lalu memutuskan untuk mengganti topik. “Kalau lo gimana?”
“Apa?”
Anxer mengangkat bahunya. “Coba ceritain tentang gimana rasanya pacaran?”
“Biasa aja.” Jawab Valcano. “Terus terang aja, dulu gue adalah cowok pengecut yang main tangan sama cewek. Gue bodoh karena nggak bisa jaga perasaan dia. Tapi, takdir masih mau kita bersatu.”
“Cilla, yeah?”
Valcano mengangguk. “Ya, Cilla.” Cewek yang dulu rapuh kini mekar.
“Dia spesial di mata lo?”
“Lebih dari spesial. Gue gak bisa jelasin gimana, tapi dia benar-benar berarti di hidup gue.”
Anxer tersenyum tipis. Dia sadar, jika cowok macam dirinya tidak pantas untuk mendapatkan Cilla. Dia hanya bisa menyukai tanpa bisa memiliki.
“Lo punya cewek gak?”
Pertanyaan Valcano membuat Anxer murung. “Gak.”
“Wajah lo lumayan, tapi kenapa gak punya pacar?”
“Karena gue sukanya sama yang udah ada pawang.”
•••
Nah itu kenapa aku jarang update dan alur cerita ini makin gajelas, ga tamat-tamat. Ya karena bingung aja sih😭aku bener-bener kayak nulis ulang lagi untuk versi novel, jadi maafkan ya😭❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Valcano
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] "Valcano, aku kehujanan boleh minta tolong jemput aku?" "Jangan ganggu gue." ••• "Valcano, boleh minta tolong jemput aku?" "Gue lagi sama Messa." "Val-" ••• "Val, sakit.." "Telefon lagi gue blokir nomor lo." ••• "Valcano, mereka semu...