Halo!!
Jaywonist pasti dulunya pernah nyelamatin dunia.
BERLAYAR DERES BGT WOYYYYY
btw tu dua kucing gak ada di pinterest gess...
tandanya apa??YEPP!! JAY SENGAJA BELI BUAT DIA SAMA UWON!!
.
"Papa Jeyii-! Yoonwon na nakal, nda mawu pake bedak umm(•́︿•̀)"
"Hm? Mana yang nakal?"
"Itwu itwuu~"
Si pelaku yang disebut nakal cuma nyengir di box tempat tidurnya, nendang-nendang udara sambil memainkan popok yang dari tadi gagal dipakein ke badannya.
"Loh belom dipakein popok? Nanti anak Papa masuk angin" tangan Jay tergerak menggelitik perut bayinya dari luar baju.
"Gimana mau pake popok, dipakein bedak aja gerak-gerak. Kena muka aku semua..." adunya. Bener aja muka dia belepotan bedak apalagi di pipi. Jay hampir ngira Jungwon menciut ke size waktu pertama mereka ketemu dulu, ditambah rengekan tadi.
"Coba Papa yang pakaikan sini," botol bedak di tangan Jungwon akhirnya berpindah ke tangan Jay. Ini bukan pertama kalinya Jay ngurus hal semacam ini, jadi nggak secanggung dulu meski belum mahir. "Aku belum begitu tau cara mengobrol dengan bayi, jadi mungkin ini sedikit sulit."
"Sama Yoonwon mah santai aja, Mas..." telunjuknya nusuk-nusuk pinggang Yoonwon. "Yoi kagak Yoon? Cepet ngomong dong~ Mama bosen ngoceh ndiri mulu kek ma tembok tiap sama kamu tau nggak?"
"Nngg hihihii>~<"
"Haha hihi ae lu. Yang kreatip kek ketawa. Awokawokawok gitu"
"Nah sudah. Sini popoknya?" Jay mencoba ngajak transaksi karena Yoonwon masih betah ngemut popoknya. "Yoonwon-ah... Berikan pada Papa. Nanti masuk angin. Kasihan burungmu mengerut di sini."
"Wleee~" malah melet dia.
"Mmm Yoonwon mau mainan lain?" sakunya dirogoh nyari sesuatu yang sekiranya menarik buat bayi. Sayangnya cuma ada uang sama blackcard. Pilihan terakhir dia kasih karena nggak mungkin sobek atau basah lalu beresiko ketelen. "Nah. Papa punya ini. Tukar, okay?"
Yoonwon masih kekeuh mempertahankan popoknya.
"Baik Papa tambah. Dua mainan. Tukar ya?"
"Yoonwon ayo cepettt... Nanti telat imunisasinya loh. Mau Mama yang suntik humm?"
Yoonwon masih bebal.
"Papa beri tiga kartu hitam ini dan kartu-kartu lainnya. Mainan Yoonwon ada banyak sekarang, masih mau popok itu?" akhirnya Jay ngasih semua kartu ATM yang ada di dompet, mungkin lima belas kartu. Sebenernya itu masih sekitar satu per-delapan atau bahkan sepuluh dari yang dia punya, jadi nggak akan masalah kalo iler Yoonwon netes di sana. Bukan perkara besar.
"Astaga, dia aktif sekali. Aku nggak bisa membayangkan bagaimana kalau dia berumur setahun dan bisa berlari..." Jay mengeluh lagi. "Mas lama ahh. Sini aku aja," ucap Jungwon akhirnya.
"Satu kakinya mana sini tendang? Happ-! Hihi pinterr! Satunya lagi, satunya lagi. Yoonwon-ahh~ Happ-! Jago anak Mama. Angkat pantatnya. Yeayy!! Good boy!"
Jay gemes sendiri ngeliat interaksi dua gumpalan uwu di deketnya. Pinggang Jungwon dia peluk dari belakang, digendong singkat sampe cowok itu menjerit tertahan. Pipi chubby-nya diciumin, berakhir ngegigit gemes hidung mungil yang lebih muda pakai bibirnya. Bayi di box dekat mereka juga dapet atensi. Diangkat tinggi-tinggi kayak pesawat, lalu digelitik perutnya dengan gesekan hidung.