Jennie membuka pintu mobil Taehyung. Tidak lama memasukinya setelah memastikan pria itu sudah masuk terlebih dahulu. "Taehyung ssaem, cincin ini akan dibawa siapa?" Jennie mengangkat pelan bungkusan cincin itu, mengarahkan pada Taehyung.
"Aku, jika itu dibawa olehmu, bisa-bisa hilang karena kau lupa menyimpannya." Balas Taehyung sedikit mengingat kebiasaan buruk Jennie yang suka menaruh barang-barang secara asal dan berantakan lalu lupa begitu saja.
Jennie terkekeh sumbang. Mengakui kecerobohannya sendiri dengan bangga. Namun tetap saja, rasanya menjadi seseorang yang tidak bisa dipercaya itu sedikit mengganggu hatinya. Padahal ia ingin sekali menyimpan cincin itu di dalam lemarinya, atau kalo tidak, di dalam nakas dekat kasurnya.
"Boleh aku bertanya?" Taehyung menyela sambil menyalakan mesin mobilnya. Wajahnya terlihat berubah, membuat suasana di dalam mobil juga ikut berubah. Mobil miliknya tidak lama mulai melaju dengan kecepatan normal, namun kali ini dia mengambil jalan yang berbeda dari berangkat tadi.
Jennie menoleh. Kemudian mengangguk. Ia sama sekali tidak peduli akan dibawa ke mana, jika ia pulang terlalu telat juga tidak masalah, lagipula ada Taehyung yang akan menjadi sasaran empuknya untuk menjawab setiap pertanyaan Ayahnya nanti —jika memang benar pria paruh baya itu bertanya padanya. "Tentu."
Berdiam sejenak. Memikirkan sesuatu yang mengganjal hatinya harus dibahas sekarang atau nanti. Rasa ragu terlihat sangat jelas diwajah Taehyung, meskipun pria itu menyamarkannya dengan wajah dingin. "Kenapa kau menerima perjodohan ini?" tanya Taehyung alih-alih mengalihkan sorot matanya dari Jennie.
"Karena Appaku yang mendesak. Kalo bukan karena dia, mungkin aku akan jelas-jelas menolak perjodohan ini." Balas Jennie dengan cepat, tidak ada keraguan yang terdengar saat ia mengucapkan kalimat itu. Toh, lagipula ia berkata dengan tampang polos, jadi Taehyung sama sekali tidak tersinggung. "Taehyung ssaem sendiri, kenapa ingin menikah denganku? Bukankah aku adalah gadis yang suka mabuk di malam hari, bukankah aku adalah gadis dengan tingkat kecerobohan yang sudah maksimal, dan bukankah aku adalah gadis yang--"
"Berhenti. Kau sudah banyak bicara hari ini." Potong Taehyung cepat-cepat. Dia sudah tahu bahwa Jennie sedang mengungkit masa lalunya. "Duduk dan diamlah, kita akan segera sampai di rumahmu." Tambahnya memberi perintah sesuka hati. Namun bodohnya Jennie malah menurut.
Jennie memalingkan wajahnya, sedikit mengerutkan bibirnya. "Dia sendiri yang mengatakan semua itu waktu dulu." Cibirnya pelan seolah sedang berbisik pada jendela mobil Taehyung.
"Kau mengatakan sesuatu?" merasa mendengar sesuatu. Taehyung tertarik untuk membahasnya.
"A-ani, aku sedang berkomentar tentang toko-toko itu." Jennie memberikan setengah senyumnya sambil menunjuk pada deretan toko yang dikerumuni oleh sebagian orang yang berlalu lalang setelah mengetahui bahwa Taehyung tengah menatapnya dari sudut mata. "Apa yang mereka jual di musim dingin seperti ini sehingga dipenuhi oleh para pelanggan seperti itu." Celetuk Jennie tidak sepenuhnya serius, ia hanya ingin pria itu mempercayai ucapannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seonsaengnim [선생님]
FanfictionApa jadinya jika Guru killer yang kita benci sewaktu SMP datang kembali? Terlebih dia datangnya bukan sebagai Guru lagi, melainkan sebagai calon suami. Ya... Kurasa kalian sudah mengetahui apa yang dirasakan Jennie ketika harus menerima semua kenya...