Perjalanan.
"Bukankah ini jalan ke rumahku?" Jennie menyadari kalo jalan yang sedang mobil Taehyung lewati sepertinya menuju ke rumahnya. Namun sepanjang perjalanan Taehyung tidak buka mulut, yang membuat Jennie merasa bosan dalam waktu cepat.
Jennie mengelus perutnya, "aku lapar." Lirihnya seraya membuang muka ke jendela mobil.
Taehyung masih diam. Jennie menyesali keputusannya untuk ikut bersama Taehyung. Bahkan pria itu tidak memperdulikannya saat ini, bagaimana ia mulai kelaparan, dan bagaimana tubuhnya mulai melemas, Taehyung tidak akan peduli, dan mungkin saja Taehyung tidak ingin mengetahuinya. Jennie mencebikkan bibir.
"Aku tidak tahan! Aku ingin makan!" gumam Jennie, matanya mencari-cari rumah makan yang berada di pinggiran jalan. Namun sayangnya, ia sudah masuk ke dalam area perumahan. Tidak ada restoran atau pun rumah makan yang terlihat. Itu semakin membuatnya kesal.
"Taehyung ssaem." Jennie akhirnya pasrah, ia tidak bisa berbuat apapun selain meminta secara langsung pada Taehyung. Apapun yang akan dikatakan pria itu, ia tidak akan memperdulikannya. Tapi yang menjadi kendala, kenapa Taehyung seakan-akan tidak mendengar ucapannya? Astaga, haruskah ia berteriak? Tidak, sebaiknya jangan. "Taehyung ssaem. Aku lapar!" rengek Jennie bak anak kecil yang sedang meminta makan.
Pria itu menoleh. Akhirnya. "Tunggu dulu, kita sebentar lagi akan sampai." Balas Taehyung, alis Jennie langsung berkerut sebagai tanda protes setelah mendengar balasan dari pria itu.
"Memangnya kita mau ke mana? Buang-buang waktu saja, lebih baik aku makan dulu." Jennie mendorong kasar tubuhnya ke belakang, bersender pada bangku mobil tanpa memperdulikan Taehyung lagi.
"Kita akan ke rumahmu."
"Mwoya? Rumahku? Mau apa?" Jennie terkejut karena dugaannya ternyata benar.
"Mengemasi pakaianmu untuk dibawa ke apartemenku." Lanjut Taehyung datar.
Mata Jennie membulat kecil. Pikirannya mulai melayang ke mana-mana. "Maksud Taehyung ssaem, aku akan pindah dan tinggal di apartemen Taehyung ssaem?" tanya Jennie, nada suaranya seolah tidak menerima pernyataan itu.
"Ya." Singkat Taehyung.
"Tidak mau!" Jennie melupakan rasa laparnya yang kini berubah menjadi kesal. "Aku tidak ingin meninggalkan rumah appa! Aku masih ingin tinggal di sana! Kenapa tidak Taehyung ssaem saja yang pindah ke rumahku?! Aku tidak keberatan! Intinya aku tidak akan pindah!" Ia melempar pandangannya. Entah kenapa, matanya mulai berkaca-kaca.
"Kita bahas ini nanti saja." Bisik Taehyung.
「SEONSAENGNIM」
"Di mana kamarmu?" Taehyung mulai menaiki beberapa anak tangga setelah sebelumnya memaksa Jennie untuk membuka pintu rumah. Sementara Jennie mengikuti dari belakang dengan langkah pelan dan pandangan yang berpencar ke mana-mana. "Kau mendengarku kan, Kim Jennie?" sergah Taehyung karena Jennie belum juga menjawab.
"Sudah kubilang, namaku Park Jennie, bukan Kim Jennie! Memangnya siapa yang bernama Kim Jennie?" Jennie bersiap-siap untuk menyuarakan segala kekesalan. "Lagipula sudah kubilang, aku tidak ingin pergi dari sini!" Kakinya mulai merasa enggan untuk berjalan lagi, hingga akhirnya Jennie terduduk disalah satu anak tangga. Wajahnya menunduk dalam, menatapi gaun pengantin yang sedang ia pakai saat ini dijatuhi oleh tetesan air mata.
"Aku tidak ingin meninggalkan Appa sendirian di sini. Aku ingin menjaganya terus menerus. Dia adalah harta terakhir yang harus aku rawat." Jennie mengusap air matanya yang perlahan turun ke pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seonsaengnim [선생님]
FanfictionApa jadinya jika Guru killer yang kita benci sewaktu SMP datang kembali? Terlebih dia datangnya bukan sebagai Guru lagi, melainkan sebagai calon suami. Ya... Kurasa kalian sudah mengetahui apa yang dirasakan Jennie ketika harus menerima semua kenya...