09. Sebuah rahasia

725 136 7
                                    

"Kau lihat itu? Lihat, lihat!" Namjoon menunjuk layar komputernya, dimana seseorang berpakaian serba hitam sedang berjalan sedikit terburu-buru setelah keluar dari pintu hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau lihat itu? Lihat, lihat!" Namjoon menunjuk layar komputernya, dimana seseorang berpakaian serba hitam sedang berjalan sedikit terburu-buru setelah keluar dari pintu hotel.

Taehyung mendekat, matanya memicing fokus ke arah yang ditunjuk oleh Namjoon. Namjoon benar, orang itu bertingkah mencurigakan setelah keluar dari pintu otomatis. Rekaman yang sekarang sedang diputar Namjoon itu memang tidak terlalu jelas, namun ia bisa pastikan kalo seseorang yang berada di dalam rekaman itu tidak lain adalah seorang pria. Bagaimana dia berjalan, menutup wajahnya dengan bucket hat dan masker yang berwarna hitam, serta caranya untuk menghindari keramaian, dia pasti seorang pria. "Bisa saja kalo dia itu seorang idol yang sedang menginap." Balas Taehyung masih berpikiran positif. Ia berusaha untuk tidak langsung mengambil keputusan secara terburu-buru tanpa mencernanya lebih dalam.

Namjoon mengangguk pelan, Taehyung bisa benar juga. "Tapi, lihat yang sedang disembunyikan tangannya. Dia terlihat sedang memegang sesuatu. Tidak mungkin kalo itu kaca mata." Namjoon berhenti sejenak, pikirannya sedang memikirkan tebakan yang masuk akal. "Apa mungkin kalo itu alat pengendali? Misalnya, pengendali bom. Kebakaran hotel itu karena ledakan bom, bukan? Bom ringan." Monolognya terdengar ragu-ragu.

"Coba ulangi lagi."

Tangannya bergerak, menyetel ulang rekaman itu sesuai keinginan Taehyung.

「SEONSAENGNIM」

Tok, tok, tok.

"Siapa?" Jennie melepas earphone yang terpasang dikedua telinganya, memasang raut wajah bingung saat menatap pintu kamar yang tadi terdengar seperti ada yang mengetuk.

Tidak ada jawaban. Mungkin tadi hanya perasaannya saja. Jennie memasang earphonenya lagi, mendengar lantunan musik yang menyejukkan hati sembari fokus belajar. Ia memutar penanya sesekali saat merasa bingung untuk memahami buku tebal itu.

Satu detik. Dua detik. Dan, "Jennie ~ya!"

Itu suara Jisso, dia sangat yakin. Suara itu terdengar samar-samar dari balik pintu. Kalo benar itu Jisso, ada urusan apa dia ke rumahnya dimalam hari begini?

"Jisso ~ya?" panggil Jennie, melepas kembali earphonenya lalu bangkit dari kursi untuk membukakan pintu. Dan ternyata benar, itu Jisso. Setelah pintu kamarnya terbuka kecil hanya untuk memastikan, wanita berambut hitam itu tengah berdiri dengan lengkungan senyum yang mungkin sejak tadi ditahan.

Jennie semakin membuka lebar pintu kamarnya. Wajahnya menunjukkan rasa kaget lantaran Jisso tiba-tiba saja bertamu tanpa berbicara dahulu. "Jisso ~ya? Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba--"

"Aku hanya ingin belajar bersamamu. Apa itu tidak boleh?" Jisso memotong dengan wajah serius.

Tidak merespon sejenak. Jennie lebih memilih untuk memikirkan dan menebak-nebak alasan wanita itu datang ke rumahnya. Ini sangat jarang sekali. Jisso hanya akan bertamu ke rumahnya jika ada tugas kelompok, dan itu pun jika dipaksa olehnya.

Seonsaengnim [선생님] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang