Dreet. Dreet. Dreet.
Ponsel Jennie bergetar dari bawah tubuh pemiliknya. Sebelumnya ponsel itu berada digenggaman Jennie, namun karena posisi tidur Jennie yang sering berubah-ubah membuat ponsel itu secara tidak sengaja tertarik dan saat ini sedang merasakan bobot tubuh Jennie. Mungkin sebentar lagi -jika gadis itu belum juga mengangkatnya- layarnya akan retak.
Jennie menggeram kasar. Menarik selimut berwarna putih bermotif kucing yang sedang membalutnya sampai atas kepala. Namun getaran itu semakin mengusik perutnya. Akhirnya Jennie bangun, masih memejamkan matanya karena rasa kantuk itu belum hilang sepenuhnya. Ia menarik tubuhnya sampai bersender dikepala kasur. Lalu mulai meraba-raba bagian kasur yang menurutnya sumber getaran itu.
Kim Jisso is calling...
Astaga. Kenapa gadis itu mengganggunya di pagi buta seperti ini! Tidak seperti biasanya. Mengirim pesan saja sudah cukup. Tidak perlu sampai menelpon begitu. Jennie tahu kalo gadis itu pasti ingin mengingatkannya untuk segera berangkat ke sekolah. Tapi Jennie bukanlah Jisso. Ini masih pukul 05:00 pagi! Yang benar saja!
Jennie saja tidak habis pikir, kenapa sahabatnya itu rela bangun dan berangkat ke sekolah di pagi hari yang masih gelap gulita. Jika ditanya, mungkin Jisso akan menjawab, aku ingin mencari jawaban untuk ujian nanti di ruang guru. Memang jawabannya itu tidak masuk akal. Bahkan sampai saat ini, dia belum menemukan buku yang sering dibicarakan para siswa itu.
Mulut Jennie terbuka lebar seraya menghirup hawa dingin semalam yang masih terperangkap di kamarnya. Kemudian dengan malas, ia menjawab panggilan itu. "Yeoboseyo?" Jennie menyapa, suara yang dikeluarkannya adalah suara khas orang yang baru saja bangun tidur.
"Jennie ~yaa! Kau sudah bangun?" suara Jisso terdengar sedikit panik di seberang sana. Jennie menegakkan tubuhnya, mungkin gadis itu akan berbicara serius.
"Kalo aku belum bangun, lalu siapa yang sedang berbicara denganmu sekarang? Dasar pabo."
"Oh iya, kau benar juga. Hei hei! Dengarkan aku saat ini! Aku tidak akan mengulangi ucapanku lagi. Aku sudah berdiri di depan pagar rumahmu. Aku ingin memberitahukan hal yang sangat penting saat ini. Cepat turun dari kasur dan segeralah mandi, lalu kita akan membicarakan hal itu sambil berjalan ke sekolah." Ujar Jisso tidak memberi celah untuk Jennie menyela.
Decakan ringan terdengar membalas ucapan gadis itu. "Tapi aku ma--"
"PPALI! AKU SUDAH TIDAK KUAT LAGI BERDIRI DI SINI."
Tutt. Panggilan itu terputus dari Jisso. Jennie melempar ponselnya jauh-jauh lalu mengeluh kesal. Dasar Kim Jisso! Bisanya mengganggu dan mencari masalah saja dengan Jennie!
Meskipun kesal. Namun bodohnya Jennie menuruti perkataan Jisso. Ia turun dari kasur. Rasanya sangat dingin saat kulit telapak kakinya menyentuh pada permukaan lantai. Tapi apalah daya, Jennie harus segera menyusul Jisso, atau gadis itu akan marah jika ia kelamaan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seonsaengnim [선생님]
FanfictionApa jadinya jika Guru killer yang kita benci sewaktu SMP datang kembali? Terlebih dia datangnya bukan sebagai Guru lagi, melainkan sebagai calon suami. Ya... Kurasa kalian sudah mengetahui apa yang dirasakan Jennie ketika harus menerima semua kenya...