Taehyung perlahan membuka kelopak matanya. Terasa perih dan nyeri. Setelah mendapatkan kesadarannya, Taehyung segera menoleh ke kanan dan kiri. Mimik wajahnya menunjukkan rasa kebingungan. Ia sedang duduk di dalam mobilnya? Lantas ia mencari keberadaan ponselnya yang terakhir kali ia ingat di lemparkan ke kursi belakang.
Layar ponselnya masih bisa menyala. Waktu menunjukkan pukul 22:36 malam. Sejenak ia kembali terduduk dan mengingat kejadian terakhir. Kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Ia melihat wajahnya dari pantulan kaca, penuh dengan memar dibeberapa bagian dan hidung serta ujung mulutnya mengeluarkan darah yang sudah ingin mengering. Ketika ia mencoba untuk memegang bagian memar yang berada di bawah mata kanannya, rasanya sangat perih.
Mungkin ini perbuatan dari seseorang yang sudah menyuruh Se Jun, mungkin dia berusaha untuk menyelamatkan Se Jun dari dirinya. Taehyung mengepalkan tangan. "Pengecut." Desisnya kesal. Percuma saja, ia akan tetap mengungkapkan pelaku yang sebenarnya. Lihat saja nanti.
Pandangannya secara tidak sengaja menemukan secarik kertas yang berada di kursi sebelah. Diambilnya kertas itu lalu dibacanya sampai selesai. Taehyung meremas kertas itu sebelum membuangnya ke kursi belakang. Ada beberapa kalimat yang membuatnya sangat kesal. Jika kau masih tetap bersikap bodoh, aku akan mempermainkan Jennie, mungkin menggoreskan beberapa luka diwajah cantiknya. Apa itu ancaman untuknya? Menyebalkan. Taehyung mengatakan beribu kata umpatan dalam hatinya untuk seseorang yang sudah membuat surat ancaman ini.
Taehyung menarik sabuk pengaman kemudian melajukan mobilnya dijalan yang sudah sepi. Memecahkan kegelapan lewat cahaya lampu mobil. Rahangnya masih mengeras. Jika nanti ia bertemu dengan pelaku sebenarnya, ia tidak akan membiarkan dia dalam keadaan sehat datang ke pengadilan. Setidaknya membuat beberapa luka sebelum pengadilan dimulai. Mata Taehyung menyorot tegas ke depan.
「SEONSAENGNIM」
Ceklek. Lampu lorong kecil menyala, menyambut kedatangan Taehyung. Taehyung menutup kembali pintu apartemennya lalu ia melepas coat-nya yang kemudian digantungkan tidak jauh dari pintu. Ia memandangi seluruh ruangan yang sudah gelap. Sepertinya Jennie sudah tidur. Kakinya kembali melangkah memasuki ruang tamu yang bersebelahan dengan dapur. Lampu yang tadi menyala di lorong kini kembali mati secara otomatis.
"Taehyung ssaem, wasseo?" Jennie bangkit dari sofa panjang. Tangannya meraba tembok, beberapa saat kemudian lampu di ruang tamu menyala. Mimik wajahnya berubah seketika saat menyadari keadaan Taehyung. Rasa cemas, panik dan bingung itu bercampur menjadi satu. Jennie segera mendekati Taehyung, pria itu berdiri kaku tidak jauh darinya.
Taehyung menghela panjang. Mendapati perubahan raut wajah Jennie membuatnya pasrah. Ia menundukkan kepalanya.
"Taehyung ssaem kenapa? Habis bertengkar?" Jennie menyentuh luka lebam diwajah Taehyung, membuat pria itu merintih kesakitan. "Pasti sakit." Sendunya.
"Tidak apa-apa. Aku bisa mengobatinya. Ini... tidak sakit." Taehyung menyelonong masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Jennie yang terus menatapnya dengan pandangan cemas.
"Aku akan menyiapkan obatnya!" pukas Jennie sedikit berteriak agar Taehyung mendengarnya. "Jika sudah selesai mandi, segera ke sini lagi." Jennie memandangi pintu kamar yang sudah tertutup, dimana ia terakhir kali melihat pundak Taehyung. "Apa Taehyung ssaem sedang ada masalah?"
「SEONSAENGNIM」
"Sshh, pelan-pelan." Taehyung mendesah kesakitan saat kapas yang baru saja Jennie beri obat pereda sakit itu mengenai luka di wajahnya. Sangat perih.
Jennie menarik kembali tangannya, memandangi Taehyung dengan cemas. "Pasti sakit. Memangnya ini ulah siapa?" Ia kembali mengobati luka Taehyung dengan lebih hati-hati lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seonsaengnim [선생님]
FanfictionApa jadinya jika Guru killer yang kita benci sewaktu SMP datang kembali? Terlebih dia datangnya bukan sebagai Guru lagi, melainkan sebagai calon suami. Ya... Kurasa kalian sudah mengetahui apa yang dirasakan Jennie ketika harus menerima semua kenya...