"Ini tidak seperti yang aku harapkan." Jennie menutupi setengah wajahnya dengan selimut tebal milik Taehyung. Rasanya sangat canggung dan gugup ketika satu ruangan bersama pria lain, meskipun pria itu tidak tidur di sampingnya.
Jarum jam sudah menunjukkan waktu tengah malam. Tapi Jennie belum juga merasakan kantuk. Sedangkan Taehyung sepertinya sudah terlelap di sofa panjang yang terletak di pojok kamar. Taehyung tidur memunggungi Jennie, jadi Jennie tidak bisa memastikan apakah Taehyung sudah benar-benar tidur atau tidak. Jennie sama sekali tidak menyangka kalo Taehyung benar-benar tidur di kamar. Padahal tadi ia hanya kelepasan bicara.
Jennie menghadapkan tubuhnya ke arah kanan. Menatap punggung Taehyung, lalu beralih ke jendela yang masih terbuka. Samar-samar ia dapat merasakan hembusan angin yang masuk lewat jendela itu. "Apa dia benar-benar serius atau hanya bermain-main saja?" Pikiran Jennie kini terbang ke masa depan. Ia membayangkan apa saja yang akan terjadi jika Taehyung sampai menceraikannya. Perasaannya terhadap pria itu masih misterius, ia tidak mau sampai ada kata cinta dan sayang yang tumbuh, karena itu bisa saja akan menyakitinya dikemudian hari.
Jelas-jelas Taehyung tidak menunjukkan pertanda kalo dia mulai menyukainya. Sikapnya masih biasa-biasa saja, seperti dihari sebelumnya. Huff, Jennie menghela napas panjang.
"Jennie."
Jennie sedikit terkejut, pandangannya langsung mengarah pada tubuh Taehyung yang saat ini berada di hadapannya beberapa langkah. Ternyata Taehyung belum tertidur?
"Kau belum tidur?" sambungnya kemudian membalikkan tubuh menatap balik Jennie.
Tampan. Ternyata Taehyung memang tampan seperti yang dikatakan teman-temannya. Hanya saja ia baru menyadarinya setelah menikah. Meskipun sering terlihat serius dan tegas, ternyata wajah Taehyung bisa berubah menjadi teduh seperti saat ini. Jennie menggeleng ragu-ragu.
Dia tersenyum tipis. "Canggung ya? Aku akan tidur di luar saja." Taehyung terbangun, berniat untuk tidur di ruang tamu atau ruang kerjanya.
"Andwae!" Jennie ikut terbangun. Mata mereka berdua bertemu dan saling menatap sesaat. "Eh, ma-maksudku." Ia menundukkan kepalanya. Memutuskan kontak mata dengan Taehyung. Pipinya tiba-tiba memerah walaupun tidak terlalu terlihat. "A-aku hanya--"
Kaki Taehyung turun dari sofa. Jennie tidak sadar kalo Taehyung sedang berjalan mendekatinya. Ketika ia menegakkan sedikit wajahnya, sosok Taehyung sudah terduduk di hadapan. Pipinya semakin memerah.
"Taehyung ssaem, a-aku belum siap." Tutur Jennie pelan, sambil berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat biasa saja di hadapan Taehyung. Pikirannya mulai berkabut, membuatnya tidak bisa berpikiran jernih.
"Memangnya kita akan ke mana?" Taehyung memasukkan sebagian tubuhnya ke dalam selimut, lalu langsung berbaring. Jennie masih terdiam gugup. "Kau tidak bisa tidur kan? Sekarang cobalah tidur lagi." sambungnya, memasang wajah pura-pura tidak mengerti terhadap ucapan Jennie tadi.
Jennie menyadari ucapannya, lalu menggeleng keras untuk menghilangkan pemikiran itu. Kenapa akhir-akhir ini pikirannya selalu berkabut? Padahal Taehyung biasa-biasa saja. Perlahan Jennie membaringkan tubuhnya di samping Taehyung yang berjarak sangat dekat. Jantungnya berdetak tidak karuan di dalam sana saat Taehyung menggenggam erat salah satu tangannya. Hangat. Ia menoleh Taehyung, memasang wajah bingung dan gugup.
"Biasanya aku akan cepat tidur jika menggenggam sesuatu." Taehyung memperlihatkan senyum tulusnya yang membuat Jennie ikut tersenyum hangat. "Kau sudah mengantuk kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seonsaengnim [선생님]
FanfictionApa jadinya jika Guru killer yang kita benci sewaktu SMP datang kembali? Terlebih dia datangnya bukan sebagai Guru lagi, melainkan sebagai calon suami. Ya... Kurasa kalian sudah mengetahui apa yang dirasakan Jennie ketika harus menerima semua kenya...