Hari ini aku hanya berdiam diri di kamar. Sudah lima hari aku tinggal di rumah mertuaku ini. Dan selama lima hari itu sama sekali tak ada yang kulakukan selain menggambar design pakaian. Entahlah ... aku hanya merasa bingung harus berbuat apa. Bahkan selama di sini acap kali aku merasa ketakutan. Bagaimana tidak? Azkha, si pria mesum itu selalu saja menggangguku.
Bayangkan saja, setiap malam dia selalu mencium kening atau leherku sebelum tidur, memeluk pingganggku, atau mengusap kepalaku. Itu jelas sangat mengangguku yang tak pernah mendapat perlakuan seperti itu sebelumnya.
Apa dia tidak degar peraturanku yang berbunyi jangan pernah menyentuhku!
Ditambah lagi rumah ini membosankan. Kurasa tak banyak yang bisa aku lakukan di rumah mertuaku ini. Mama Maria juga setiap hari sibuk dan jarang di rumah. Ayah mertuaku juga sama. Dia bahkan harus ke luar negeri untuk urusan proyeknya. Dan ... si lelaki brengsek yang katanya suamiku itu juga setiap hari pergi ke kantor. Tapi aku tak peduli!
Karna tak ada yang bisa kuajak bicara, akhirnya hanya handphone-lah yang menemaniku. Sedari tadi aku hanya menjelajahi BBM. Chattingan dengan beberapa temanku. Tapi ini cukup membosankan. Semua bahasan dan pertanyaan mereka selalu sama.
'Bagaimana malam pertamamu?'
Huh! Sebal ... Apanya yang malam pertama! Tak mungkin kan kalau kujawab 'kami pisah ranjang' di malam pertama itu.
Kumatikan handphoneku dan kembali menyandarkan kepala ke sofa di kamarku ... dan Azkha. Beberapa saat kemudian pintu terbuka, dan muncullah sosok menyebalkan sedang tersenyum lebar dengan khasnya.
"Hai ... istriku, kenapa cemberut terus?" Azkha meghampiriku lalu duduk di sampingku. Kutebak dia sengaja pulang lebih dulu dari kantornya.
"Aku bosan," jawabku ketus.
"Kalau begitu ayo kita pergi!" Azkha lalu menarik tanganku hingga aku berdiri dan melangkah mengikutinya.
"Eehh ... kemana?"
"Sudahlah, ikut saja!"
***
Azkha membawaku dengan mobil ferarri warna merah miliknya,entah menuju kemana.
Kami berdua memakai pakaian santai. Azkha memakai jeans warna biru dengan t-shirt lengan pendek warna putih. Aku juga memakai jeans dengan kaus putih pendek, nyaris terlihat seperti milik Azkha. Seperti couple-an. Padahal kami tak pernah merencanakan ini. Ini terjadi secara kebetulan. Catat! Ke-be-tu-lan.
Biasanya aku pergi keluar bersama dengan teman atau Mama atau bahkan sendirian. sekarang? Aah ... apa ini? Dengan sang suami? Ah ... ternyata aku benar-benar sudah bersuami.
Mama selalu bilang, seorang istri tak boleh pergi sembarangan tanpa izin suami. Mama juga selalu menegaskan kalau hakikatnya seorang istri itu mengabdi dan menghormati suaminya. Lalu aku harus menghormati orang ini?
Ah, kenapa harus dia, sih, yang jadi suamiku?!
"Kenapa kau melihatku begitu?" Azkha yang sedang menyetir sepertinya sadar kalau sedari tadi aku meliriknya sebal.
"Kau pasti sedang mengumpat, kan? Kau berpikir kenapa harus aku yang menjadi suamimu, begitu?" Tebakannya yang memang tepat membuatku membelalakan mata.
"Ah ... benar rupanya." Azkha berucap sok sedih. Sementara aku hanya diam dan menatapnya bingung.
"Aku punya pertanyaan, apa yang harus aku lakukan supaya kau menerimaku sebagai suamimu?". Kali ini nada suara Azkha terdengar seperti sedang memohon. Rendah dan emm ... lembut. Hei ... lembut?!
KAMU SEDANG MEMBACA
With Love White Love
RomanceREPUBLISH Sebagian cerita di-private, follow untuk membaca :) Sinopsis Perjodohan memang terdengar klise! Alzha Alviola-sosok wanita mandiri yang bahkan belum pernah merasakan jatuh cinta-tiba-tiba saja harus menikah dengan Azkha Andrean Jonathan...