27. That's Why I Love Him

8.3K 165 13
                                    

Calista duduk termenung di sofa apartemennya. Matanya tak lepas dari sebuah boneka beruang warna coklat dengan bulunya yang halus yang sedang ia peluk. Ia tersenyum getir ketika mengingat kapan dia mendapat boneka itu. Pikirannya melayang jauh membawanya ke masa lalu.

---

(flashback)

"Kau.. kenapa kau selalu sendirian?"

Gadis itu hanya memasang wajah datar sambil menggeleng kecil. Membuat pemuda yang bertanya itu mengerutkan dahinya.

"Apa kau.. tidak punya teman?" tanya si pemuda lagi. Sungguh, ia merasa begitu iba melihat seorang gadis yang selalu sendirian ini.

Gadis keturunan Prancis itu hanya mengubah ekspresinya menjadi hampa, lalu mengangguk sekali mengiyakan membuat si pemuda semakin menambah kerutan di dahinya.

Bagimana mungkin gadis berusia 20 tahun itu sama sekali tak punya teman. Dia bukan lagi anak TK kan?

"Maksudmu.. kau sungguh tidak punya teman seorangpun?" tanya pemuda itu lagi.

"Entahlah.. aku tidak mengerti bagaimana caranya mendapatkan teman. Semua yang berada di sekitarku jarang sekali menegurku atau mengajakku bicara, bahkan ada yang tidak pernah. Dan aku tidak tahu bagaimana cara mengajak bicara orang lain terlebih dahulu." jelas gadis itu lagi sambil menunduk, suaranya pelan.

Si pemuda mengangguk mengerti. Tentu saja tidak ada yang suka menegur gadis di depannya ini. Sikapnya terlalu dingin dan kaku, membuat semua orang takut menegur lebih dulu, ya kecuali dirinya.

"Kalau begitu, maukah kau berteman denganku?" lelaki itu mengulurkan lengannya, "namaku Azkha Andrean Jonathan, kau boleh panggil aku Azkha" ucapnya sambil tersenyum manis.

Calista tertegun sebentar, baru kali ini ada yang mau menyapa dan mengajaknya berkenalan.
Perempuan cantik itupun tersenyum kaku dan menjabat tangan pemuda di depannya, "Namaku Calista."

"Wouuww Calista? Nama yang bagus. Apa kau tahu arti nama Calista itu apa?"

"Mm.. tidak."

"Setahuku Calista itu artinya 'paling cantik'. Perempuan paling cantik! Namamu sangat cocok, kau juga paling cantik di kampus ini kau tahu?" puji lelaki bernama Azkha.

Calista tersenyum senang. Jarang sekali ia bisa mengulum senyum manisnya.

-

"Ada apa Calista? apa yang kau lakukan di tempat sepi seperti ini? Kau.. menangis?" tanya Azkha dengan nada khawatir.

"Untuk apa kau kemari? Aku mau sendiri."

"Apa katamu? Mana mungkin aku membiarkanmu menangis sendirian? Kita adalah teman!"

Calista mendongkak, menatap wajah Azkha yang tengah tersenyum manis padanya. Senyuman itu amat tulus. Jari lelaki itu perlahan menghapus air mata yang ada di pipinya.

"Jangan menangis lagi. Ceritakan apapun yang ingin kau katakan padaku. Karna kau adalah temanku, dan tak akan kubiarkan temanku sedih. Bagikan kesedihanmu itu padaku." ucap Azkha yang mengganti senyumannya menjadi senyum lirih, seolah merasakan duka yang Calista alami saat itu.

Calista mengangguk cepat. Ia segera menyeka air mata di wajahnya dengan kedua tangan. Wajahnya kembali tersenyum dengan hangat. Ia merasa sangat diperhatikan dan tak lagi sendirian.

-

"Hei jangan bercanda! Jadi baru kali ini kau pergi ke pasar malam?" tanya Azkha dengan nada guyonan heran.

With Love White Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang