13. Bergejolak

11.7K 204 7
                                    

Aku senang Azkha mengizinkanku untuk memulai berbisnis. Idenya yang sangat bagus itu membuatku merasa punya teman. Teman yang memberi solusi di saat menghadapi masalah seperti ini.

Siang ini aku akan menemui sahabat masa kuliahku Samuel, setelah mengonteknya via BBM. Sudah sekitar 6 bulan kami tidak bertemu. Sekarang aku akan menemuinya untuk membicarakan bisnis pakaian yang sebenarnya sudah lama sekali ingin aku lakukan.

Samuel ini punya bisnis menjahit. Dia memegang salah satu cabang dari perusahaan ayahnya. Kemarin-kemarin dia bilang karyawannya semakin bertambah. Tapi mungkin tidak begitu banyak karna kurasa cabang usaha yang di pegang Sam belum cukup besar, mungkin.

Kami tidak bertemu di rumahnya, melainkan di pabriknya. Sam bilang dia sedang sibuk akhir-akhir ini.

Setelah menemukan alamat yang di berikan Sam, aku segera turun dari taksi setelah membayarnya. Tanpa ba bi bu, aku langsung masuk ke gerbang utama. Karna bingung, aku menghampiri satpam yang ada di sana.

"Pak maaf, saya mau bertemu dengan Pak Samuel" kataku agak canggung.

"Oh, ini mbak Alzha ya? pak bos bilang, mbak langsung saja masuk ke pabrik" papar lelaki tinggi paruh baya itu.

Pak bos katanya? Hahaha.. anak itu sudah menjadi bos rupanya.

"Oh.. baiklah kalau begitu, terimakasih" sahutku sambil memanggutkan kepala sekali, lalu langsung menuju ke pabrik.

Baru satu langkah aku melangkahkan kakiku melewati pintu pabrik yang lumayan luas ini, namun atmosfernya sudah terasa berbeda. Aku sangat tercengang saat melihat pemandangan di depanku ini. Mungkin ada sekitar 150 karyawan masing-masing sedang berkutat dengan mesin jahit di depannya. Hal itu jelas saja menimbulkan suara bising yang memekakan telinga.

Aku semakin melangkah ke dalam dan melihat-lihat sekitarku. Gulungan kain yang di tumpuk berbeda warna sangat menakjubkan. Di lantai juga berserakan potongan-potongan kain sejenis. Di tiap-tiap depan penjahit, aku melihat baju-baju dengan design yang keren terjajar pada sebuah gantungan besi.

Saat sedang mengamati, aku mendengar suara yang sudah ku hafal betul seperti tak jauh dari sini. Kutengokkan wajahku menuju suara itu.

"Ini.. tolong buatkan baju sesuai desain ini. Klien minta selesai Sabtu depan," kata suara itu dengan entengnya sambil memberikan kertas-kertas yang kutebak sebuah desain pakaian.

"Apa? Sabtu depan? Itu terlalu cepat, pak. Mana mungkin aku sanggup melakukannya?" kata penjahit muda itu lebih mirip protes.

"Ssssshhhtt.. Jangan begitu! Aku menugaskan ini padamu karna kau yang paling muda dan kerjamu paling gesit. Sudahlah jangan mengomel, lagi pula kau kan diberi tambahan gaji untuk ini, jangan lupakan itu!" Suara yang biasanya kudengar di film-film pada dialog dari bos tegas dan galak, sekarang jelas di telingaku sendiri.

Yang dimarahi hanya bisa pasrah manggut-manggut sambil menerima kertas desain itu.

Sedangkan yang memarahi menyiratkan rasa puas di wajahnya sambil memasukan kedua lengannya ke saku celana.

Hal itu membuatku geli. Refleks aku tertawa keras, membuat yang ditertawakan menoleh padaku.

"Heii.. sejak kapan kau disitu?" ucapnya seraya mendekatiku.

"Belum lama kok.. baru saja," sahutku sambil berusaha menghilangkan efek geli yang masih tersisa.

Sam lalu merangkul pundakku sebentar, jangan kaget karna hal ini sudah biasa kami lakukan bila sudah lama tidak bertemu.

"Kenapa kamu tertawa?" tanya Sam yang sepertinya ingin bertanya dari tadi.

"Tidak. Lucu saja melihatmu berlagak seperti bos. Aku kan baru melihatmu di sini, maksudnya melihatmu sedang menggurui seperti tadi," jawabku sambil menaham tawa yang tiba-tiba ingin keluar lagi.

With Love White Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang