Kami terjebak macet di perjalanan. Sepertinya kami akan telat menghadiri acara pertunangan sepupunya Azkha.
Sudah 15 menit berlalu, namun tak ada sepatah katapun keluar dari mulut Azkha. Hanya desahan kecil karna kesal terkena macet.
Kondisi ini berbeda dari biasanya. Biasanya jika sedang di balik kemudi, Azkha akan terus-terusan bicara di sepanjang jalan.
Misalnya kata-kata rayuan, atau menceritakan hal-hal lucu yang ia alami, atau sekedar berkomentar mengenai sesuatu.
Biasanya dia selalu berpendapat tentang apa saja yang ia temui saat di jalan. Seperti gedung yang baru saja di runtuhkan, pengamen jalanan, sampai seragam polisi pun pernah ia komentari.
Tapi sekarang dia diam saja. Tampangnya di balik kemudi terlihat serius dan wajahnya lurus ke depan. Namun pandangannya terlihat datar. Seperti ada sesuatu yang membuncah dan memenuhi pikirannya.
Apa ada yang salah? Padahal sepertinya tadi masih baik-baik saja.
Mobil di depan kami sudah maju sedikit sehingga meberikan semeter celah jalan. Tapi Azkha diam saja, tak segera menginjak gas. Padahal matanya menatap lurus ke depan. Apa dia tak melihat bahwa mobil di depan sudah maju?
*Tiiiiittt . Klakson mobil dari belakang kami berbunyi nyaring. Membuat Azkha terperanjat dan segera menginjak gas untuk memajukan mobil.
Ini benar-benar aneh.
Sikapnya ini jelas sangat berbeda. Tidak seperti Azkha yang biasanya. Ini sudah yang kesekian kalinya aku melihat perubahan pada sikap Azkha.
Aku jadi ingat pada kalimat di buku psikologi yang pernah kubaca
'Seseorang yang merasa hidupnya tertekan, akan mengalami stress ringan dan sulit mengendalikan dirinya, seperti terjadinya perubahan sikap yang drastis dan cepat, berubah-ubah sesuai kondisi hatinya'
Kurasa Azkha juga mengalami hal serupa seperti yang dikatakan di buku itu. Lihat saja sikapnya yang selalu berubah-ubah itu.
Siapa yang bisa menduga atau menebak perubahan sikapnya. Hanya dia yang tahu akan kondisi hatinya sendiri. Aku sendiri sering dibuat tercengang menyaksikan sikapnya yang berubah-ubah tanpa di duga itu. Bahkan ada masanya dia berubah menjadi orang lain, seperti bukan Azkha.
Biasanya dia bersikap genit, gombal dan menjengkelkan. Tapi kadang bisa berubah menjadi egois, semaunya, keras kepala. Lalu beberapa jam kemudian dia bersikap kekanak-kanakan, manja, malah kelewat lebay. Setelah itu dia juga bisa bersikap manis, baik, dan tulus. Dan sekarang? Dia jadi sangat dingin dan cuek!
Hal ini membuatku punya asumsi baru.
Dia berusaha untuk bersikap baik namun tekanan terus-terusan mendatanginya sehingga mau tak mau ia kembali ke sifat buruknya. Tidak bisa menjaga kestabilan emosinya. Kurasa itu akan melelahkan batin.
Kasihan sekali kau, Azkha.
"Azkha?" panggilku pelan.
Tidak ada respon. Azkha masih dengan tampang seriusnya dan menatap lurus ke jalanan.
"Azkha?" panggilku lagi dengan nada naik satu oktaf.
"Eh.. ya? kenapa?" sahut Azkha sambil menoleh ke arahku.
"Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?" selidikku dengan alis bertaut.
"Maksudnya?" Azkha malah bertanya balik lalu kembali menoleh ke depan untuk memajukan mobil karna sudah ada celah jalan di depan.
"Sikapmu itu aneh tahu. Tak biasanya kamu jadi pendiam seperti sekarang ini. Apa ada masalah?" tanyaku hati-hati.
Azkha kini menatap mataku dengan lembut. Tak memberikan respon apapun, hanya terus menatap mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Love White Love
RomanceREPUBLISH Sebagian cerita di-private, follow untuk membaca :) Sinopsis Perjodohan memang terdengar klise! Alzha Alviola-sosok wanita mandiri yang bahkan belum pernah merasakan jatuh cinta-tiba-tiba saja harus menikah dengan Azkha Andrean Jonathan...