Aku melangkahkan kakiku dengan luwes melewati koridor kantor Castindo Multi Cahaya cabang Jakarta Pusat.
Apa-apaan ini? Cih ... semua orang memandangiku dengan sorot mata heran bercampur kagum. Bagaimana tidak? Aku, Azkha Andrean Jonathan, 'mantan' pemilik perusahaan ini, mulai hari ini bekerja sebagai manager bagian disini. Mereka pantas kagum pada nyali dan mentalku.
Ya! perusahaan ini sudah dipindah tangankan. Untunglah Tio mau menjual sebagian saham perusahaannya dan membeli perusahaan bangkrutku dengan harga anjlok, tentu saja. Singkatnya, perusahaan ini sudah menjadi milik Tio. Dan aku? melamar sebagai manager bagian yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan posisiku dulu. Menyedihkan.
Ini sudah dua bulan sejak perusahaan ini aku jual pada Tio. Aku baru berani muncul di publik, setelah berita tentangku mereda. Dan selama dua bulan itu aku menganggur. Hanya membantu istriku mendirikan sebuah butik dengan sisa uang hasil penjualan saham.
Ini memang sulit untukku. Duniaku berputar 180 derajat. Ah tidak, mungkin hanya 110 atau 120 derajat saja. Namun tetap saja aku harus beradaptasi dengan semua ini. Memulai semuanya dari awal.
Papaku? Sangat mustahil jika dia memaafkanku. Sampai saat ini dia belum pernah mau melihat wajahku lagi. Dia selalu menghindariku saat aku mencoba mati-matian untuk menemuinya dan minta maaf. Mungkin tidak lagi menganggapku sebagai anaknya. Membuangku. Yah kecuali Mama maria, dia masih mau menerimaku dan memelukku.
Akhirnya aku sampai di ruangan Tio–ruangan pribadiku dulu. Aku masuk tanpa mengetuk pintu dan langsung duduk di hadapan Tio. Tio yang sedang menikmati sandaran kursi yang dahulu milikku sambil membaca koran, tampak terkejut melihatku.
"Oh, selamat pagi, Pak Azkha." Tio langsung menyimpan korannya dan duduk tegak. Aku hanya memandangnya dengan tatapan tak berminat.
"Hari ini Anda mulai bekerja, ya. Dari surat lamaran yang saya terima, hmm ... pengalaman Pak Azkha sebagai pemilik sekligus pengelola perusahaan membuat saya dengan mudah menyetujui surat lamaran Anda. Jadi... "
"Berhenti mengoceh, sialan!" Aku memotong ucapan ledekan Tio yang menjengkelkan itu. Lihat, sekarang dia tertawa renyah, tampak puas merendahkanku.
"Maaf, maaf. Aku terlalu bersemangat." Tio berusaha menghentikan tawanya sambil mengelap air mata di sudut matanya. Menyebalkan!
"Cih ... lagi pula kenapa aku harus membuat surat lamaran kerja segala untuk mendapatkan posisi rendahan di mantan perusahanku ini, heh?"
"Itu namanya formalitas, brother! Kau harus tetap mematuhinya."
Aku berusaha tidak menanggapi guyonan Tio dan kembali pada tujuan awalku datang kesini. "Bagaimana perkembangan perusahaanku, em, maksudku perusahaanmu sekarang?"
Tio tampak bersikap serius kali ini. Ia mengeluarkan beberapa dokumen dari lacinya. Aku mengambilnya dan langsung mengkajinya.
"Cukup bagus, Kha. Untuk ukuran perusahaan yang mulai merintis lagi dari nol, ini lumayan lah. Aku menghubungkan relasi perusahaan milikku yang satunya–Castindo cabang Solo–dengan perusahaan ini. Istilahnya 'memapah'. Karyawan dari perusahaan kantor cabang Solo juga aku pindahkan kemari sebagian. Aku juga mulai meng-accept beberapa surat lamaran kerja. Selain itu, para klien mulai berdatangan, yah walaupun hanya sedikit. Dan untuk divisi-divisi yang hampir lumpuh, aku tambahkan sedikit modal. Jadi yaa, beginilah."
Aku cukup tertegun ketika mengkaji dokumen-dokumen yang diberikan Tio. Ini benar-benar kemajuan pesat. Setidaknya cukup bagus sebagai permulaan. Seperti orang yang sudah mati lalu hidup lagi menjadi bayi yang terus tumbuh dan berkembang, kira-kira begitu analoginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Love White Love
عاطفيةREPUBLISH Sebagian cerita di-private, follow untuk membaca :) Sinopsis Perjodohan memang terdengar klise! Alzha Alviola-sosok wanita mandiri yang bahkan belum pernah merasakan jatuh cinta-tiba-tiba saja harus menikah dengan Azkha Andrean Jonathan...