Alzha baru saja selesai mengemas barang-barang miliknya ke koper. Tinggal menyiapkan barang yang akan dibawa Akzha, karna pria itu tak mau menyiapkan sendiri.
"Azkha! Aku sudah menyiapkan barangmu. Coba sini cek lagi!" suruh Alzha sambil menolak pinggang, menatap Azkha yang sedang tiduran di sofa dengan ponsel di tangannya.
Yang disuruh cuma bergumam sekali, seperti tak peduli.
"Azkhaa!! kesini dulu kenapa sih! Ini cek lagi barangmu! takut ada yang tertinggal!" teriak Alzha gemas.
Bukan apa-apa, dia memang tak tahu barang apa saja yang dibutuhkan laki-laki saat akan traveling. Makanya ia menyuruh Azkha untuk mengecek barang yang sudah ia siapkan dengan mengira-ngira.
Ya memang tak seribet dirinya yang membawa make-up dan semacamnya. Namun Alzha pikir akan repot kalau sampai ada yang ketinggalan.
"Apa, sih?" Dengan malas, Azkha bangun lalu mendekati Alzha yang sedang repot dengan barang-barang yang berserakkan di kasur.
"Nih lihat, baju tujuh setel untuk tujuh hari, celananya lima setel cukup kan?" Alzha memasukkan baju dan celana yang ia ambil secara acak dari lemari Azkha itu ke dalam koper.
Azkha cuma memperhatikan Alzha sambil manggut-manggut mengiyakan.
"Terus piyama, jaket, sandal, kalau sepatu dipakai saja. Mm.. sabun cuci muka, parfum.... dan charger." Alzha memasukkan barang-barang itu setelah menunjukkannya ke depan muka Azkha secara bergantian.
"Apa lagi?"
"Kayaknya sudah semua," jawab Azkha sambil menggosok hidungnya.
"Awas ya kalau ada yang ketinggalan jangan salahkan aku!" sungut Alzha.
"Iya.. iya.." Azkha kembali menuju sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana, lagi.
Membuat Alzha berdecak sebal melihat kelakuan suaminya yang tak mau repot dan maunya enak sendiri.
-----
Aku sangat menikmati perjalanan di bus pariwisata yang besar ini. Yang membuatku menikmatinya adalah karena aku paling suka melihat pemandangan dari jendela bus yang silih berganti di sepanjang perjalanan.
Namun aku bosan juga karna tak ada yang bisa ku ajak bicara.
Azkha?
Jangan ditanya karna dari awal duduk di sini, dia sudah terbang ke alam lain, alam mimpi. Dia bilang dia selalu mengantuk saat berada di bus pada perjalanan panjang seperti ini.
Aku merasa seperti ada yang menggerogoti dan menyetrum bahu kiriku. Bagaimana tidak? sejak berjam-jam yang lalu Azkha menyandarkan kepalanya di sana.
Dengkuran halus dan teratur terdengar jelas, saking dekatnya. Posisi ini juga membuatku dapat mencium aroma dari rambut Azkha. Aroma yang senada dengan parfum aftershave yang menjadi ciri khasnya, cool dan segar.
Semakin lama semut-semut abstrak terasa semakin kencang berlarian di bahuku. Sangat pegal, sudah tak tahan lagi.
"Azkha?" bisikku sambil menggerakkan bahuku.
"Ngg..?"
"Bangun! Pegal nih" pintaku.
"Mmmm.." sahut Azkha tanpa mengangkat kepalanya dari bahuku.
"Azkhaaaa... bangun! bahuku pegal tahu!" bisikku lagi namun penuh penekanan sambil mendorong kopala Azkha dengan tangan kananku. Ini sudah yang kesekian kali aku melakukannya namun dia selalu kembali bersandar , tak peduli kejengkelanku terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Love White Love
RomanceREPUBLISH Sebagian cerita di-private, follow untuk membaca :) Sinopsis Perjodohan memang terdengar klise! Alzha Alviola-sosok wanita mandiri yang bahkan belum pernah merasakan jatuh cinta-tiba-tiba saja harus menikah dengan Azkha Andrean Jonathan...