Seberkas cahaya terasa menusuk pupil mataku yang terpejam. Kubuka mataku perlahan, lalu mengerjap-ngerjapkannya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
Oh, apa ini?
Sesuatu menindih perutku. Tangan. Tangan yang besar dan kekar, terlihat kuat. Apa ini mimpi?
Aku menengok ke samping, mencoba melihat siapa pemilik tangan itu.
"Kyaaaa...."
*gubrak
Aww.. sakit. Kurasa ini bukan mimpi.
Sialan. Begitu aku menengok, wajah Azkha dengan mulut sedi kit terbuka, terpampang jelas di depanku. Sangat dekat, mungkin hanya berjarak tiga senti dari mukaku. Karna kaget, refleks aku menjerit dan menggulingkan tubuhku ke arah yang berlawanan. Alhasil pantat dan punggungku jadi sakit karna terjatuh ke lantai.
"Kenapa, Al?" Tiba-tiba kepala Azkha muncul dari atas ranjang yang terlihat lebih tinggi dari sini,"Mimpi buruk?"
"Bukan mimpi buruk! Tapi kenyataan buruk! Kamu ini kenapa, sih? Kenapa tidur sambil memelukku segala? Bukankah aku sudah menyimpan guling sebagai pembatas di ranjang ini?" omelku sambil mencoba berdiri dengan bertumpu pada ranjang. Lalu duduk di sana pelan-pelan, karna pantatku terasa ngilu akibat jatuh tadi.
"Maaf Al, tak sengaja." Azkha bangun dan mendudukkan tubuhnya di bibir ranjang, tepat di sebelahku.
"Tak sengaja katamu? Jelas-jelas kamu ini...."
"Shttt! Kepalaku sakit! jangan mengomel lagi!" potongnya sambil mengucek mata, seperti membuang sesuatu dari sudut matanya itu.
Aku mendelik sebal kearahnya. Seenaknya saja dia bicara. Sudah memelukku semalaman dan membuatku terjatuh lagi. Sekarang dia malah...
Tunggu..
Aku merasa seperti ada sesuatu yang janggal.
Kenapa aku tidur di sini ya? Bukannya kemarin sore aku tertidur saat melihat sunset itu?
"Azkha.. kemarin sore bukannya aku ketiduran di..."
"Kamu tidak ingat saat aku menggendongmu kemari?"
"Apa!?" mulutku ternganga, namun segera kukatupkan lagi, "Kenapa kamu tidak membangunkanku saja, sih? jaraknya kan jauh?" kataku dengan nada marah.
"Lho, kok marah sih? Habisnya aku tak tega membangunkanmu, tidurmu lelap sekali" Azkha bicara dengan matanya yang tertutup setengah. Sepertinya dia masih enggan untuk bangun.
"Aku marah karena...."
"Sshhtt.. aku mandi duluan ya, Al. Entah kenapa badanku terasa pegal. Mungkin air panas akan melegakannya" lagi-lagi dia memotong ucapanku. Dia lalu berdiri dan berjalan dengan langkah gontai menuju kamar mandi. Dasar orang ini!
Aku marah karena kasihan padamu, tahu! Lihat saja badanmu sampai pegal begitu karna menggendongku dalam jarak jauh.
Sedetik kemudian aku menyadari sesuatu.
Baik.
Ya.. Azkha baik. Dia memilih menggendongku dari pada membangunkanku atau meninggalkanku saja di sana. Kurasa dia juga hati-hati membawa tubuhku, buktinya aku sampai tak sadar atau terbangun.
Entah mengapa jantungku berdebar hebat begitu menyadarinya. Aku merasa disayangi dan dilindungi. Dan ini pertama kalinya aku mendapat perlakuan seperti ini dari seorang lelaki.
Untuk kesekian kalinya, Azkha membuat bibirku menyunggingkan senyum secara refleks.
---
Alzha dan Azkha sedang jogging. Berlari kecil di sepanjang garis pantai memang menyenangkan. Tapi juga melelahkan. Sampai-sampai Alzha mengucurkan keringat dari sekitar pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With Love White Love
RomanceREPUBLISH Sebagian cerita di-private, follow untuk membaca :) Sinopsis Perjodohan memang terdengar klise! Alzha Alviola-sosok wanita mandiri yang bahkan belum pernah merasakan jatuh cinta-tiba-tiba saja harus menikah dengan Azkha Andrean Jonathan...