Bonus Chapter. Samuel

7.1K 129 12
                                    

Viona....

Satu nama yang selalu memenuhi pikiran Sam sejak beberapa waktu lalu. Sam sendiri tidak mengerti mengapa Viona selalu hadir di saat pikirannya kosong. Mungkinkah ada sesuatu yang salah dengan pikiran Sam? Atau apakah sesuatu dalam diri Sam tertarik untuk memikirkan Viona?

Yah... sejak Sam mengenal Viona 'sedikit' lebih jauh, entah kenapa lelaki keturunan China itu jadi tertarik dan semakin penasaran pada sosok Viona yang sebenarnya. Sam ingin lebih jauh lagi mengenal Viona.

Yah.. mungkin Sam memang harus segera menemui Viona dan mendapat info lebih banyak lagi soal Viona, sebelum Sam benar-benar mati penasaran. Begitulah Sam, selalu tidak tenang kalau sedang penasaran.

Sam kembali menyesap ekspresso yang sedari tadi tergeletak di hadapannya, mengepulkan asap tipis yang harumnya enak.

Saat ini Sam sedang duduk melamun di café yang biasa ia kunjungi. Entah apa yang membawanya kemari, tiba-tiba Sam ingin pergi ke sini.

Sam mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan. Kopi ekspresso yang ia minum tadi sudah habis, dan dia ingin meminumnya lagi. Tiba-tiba handphone Sam bergetar tanda sms masuk. Ia pun segera merogoh benda itu dari sakunya.

Seorang pelayan datang menghampiri meja Sam. Sam bersikap acuh pada pelayan itu karna ia sedang sibuk memainkan handphone-nya. Ia sama sekali tidak menoleh ke pelayan yang sadari sudah berada di dekatnya.

Pelayan itu nampak sedikit terkejut melihat pelanggan tampan satu ini, namun ia segera kembali bersikap biasa dan mencoba untuk bersikap ramah pada pelanggan—seperti seharusnya. Pelayan itu berdehem sekali sebelum akhirnya buka mulut untuk bersuara, "Mau pesan apa, pak?"

"Satu kopi ekspresso lagi," jawab Sam masih acuh, namun detik selanjutnya Sam merasa aneh. Ia mengenali suara itu. Yah! Ia tidak mungkin salah. Sam segera mengangkat wajahnya secepat mungkin sebelum si pelayan beranjak pergi. Dan ... benar saja!

"Viona?" ujar Sam sedikit terkejut, matanya menatap gadis di depannya tak percaya. Viona yang merasa ditatap jadi semakin salah tingkah.

"H-Hai ... Sam!" sapanya awkward.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau tidak lihat? Seragamku?" cicit Viona. Wajahnya meringis sedikit karna merasa tidak enak dengan ... sesuatu (?)—Sam memperhatikan Viona dari atas sampai bawah.

Setelah menggerakan bola matanya menyusuri tubuh Viona, Sam kembali menatap wajah Viona, kali ini dengan alis terangkat sebelah, "Kau sungguh jadi pelayan di café ini?"

"Te-tentu saja! Ada yang aneh?"

"Tidak. Aku hanya sedikit bingung, dulu kau memakai seragam pelayan bar, sekarang kau bekerja di sini, dan ... hey bukankah kau belum menyelesaikan pekerjaanmu di pabrikku?"

Viona menyengir lebar. Dia ingat betul kalau kemarin Sam memarahinya karna belum meyelesaikan jahitan untuk pesanan. "Aku akan segera menyelesaikannya besok, Pak, aku janji," ucap Viona pada akhirnya.

Sam hanya menghela napas sekilas lalu kembali menatap Viona, "Lalu kenapa kau berkerja di banyak tempat seperti ini, heh?"

"Itu karena ... Aku-"

"Hey, Viona?! Apa yang kau lakukan di sana? Bukankah seharusnya kau melayani pelanggan? Bukan mengobrol berlama-lama dengan mereka, hm?" tegur seseorang yang merupakan atasan Viona.

Yang merasa di tegur menundukkan kepalanya, tanda minta maaf dan hormat. Viona lalu kembali menoleh pada Sam yang–masih–menatap dirinya. "Kalau kau mau aku bercerita, tunggu sampai aku selesai kerja." bisiknya pelan, setelah itu Viona beranjak pergi.

With Love White Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang