12. Expected

11.4K 219 4
                                    

Aku menikmati traveling ke Bali ini Tidak sia-sia Mama Maria memberikan tiket liburan itu pada Azkha dan aku. Berkat itu, kami jadi semakin dekat. Lebih terbuka satu sama lain. Kurasa aku tak akan pernah melupakan moment indah ini.

Aku telah mendatangi sanggar seni lukis yang ada di sana. Aku juga sempat menggambar wajah Azkha. Yaa walaupun hasilnya tidak terlalu bagus, tapi Azkha memujinya dan mengatakan bahwa lukisan itu benar- benar mirip dengannya. Entah memang benar begitu, atau mungkin dia hanya menghargaiku saja. Banyak tempat yang telah kami kunjungi, walaupun tidak semua.

Kami sudah cukup puas dengan refreshing itu. Ya.. sebenarnya masih banyak yang ingin kami lakukan di sana. Padahal ada sisa waktu tiga hari, namun sisa waktu itu harus kami relakan karna sebuah alasan. Sayang sekali...

Kamipun pulang ke Jakarta dengan pesawat pada malam itu juga.

***

---flashback---

"Azkha, besok kita ke sanggar lagi ya.. setelah itu ke puri, terus...."

"Iya iya.. where ever you go, i will be stay with you" potong Azkha.

Saat itu kami sedang menikmati sunset di hari ke-4 kami di Bali.

Tiba-tiba suara telepon berdering. Memecah keheningan yang tercipta.

"Ya, hallo?... bicara soal apa?... oh itu, memangnya kenapa?.... bertemu? ... tapi saat ini aku sedang..... apa? mendesak? ... ck... sama sekali tidak bisa di cancel?" Azkha menoleh padaku di tengah perbincangannya yang entah dengan siapa itu. Aku hanya bisa diam. Azkha juga diam, air mukanya seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu.

"Aaahhh... sialan" umpatnya pelan, membuatku semakin penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"Baiklah kalau begitu.. besok sore, okay... ya... sampai nanti" Akzha menyudahi telponnya. Ia menghembuskan nafas gusar lalu menggosok-gosok permukaan wajahnya. Setelah itu ia menoleh padaku dengan ekspresi menyesal dan bingung.

"Kenapa?" tanyaku.

"Mm.. begini, Al. Jadi tadi itu Calista menelponku. Katanya besok sore rekan bisnis kita yang akan membantu proyek ku mengajak bertemu. Dan tidak bisa di cancel karna beliau akan segera pergi ke LA. Jadi...."

"Ya sudah. Kita pulang saja" kataku memotong ucapannya.

"Tapi, Al. tidak apa-apa?" Azkha memasang wajahnya penuh rasa bersalah. Aku bisa melihat kalau ekspresi itu melekat alami, maksudnya tidak dibuat-buat.

"Sudahlah.. bisnismu itu lebih penting dari liburan ini. Lagi pula kan kita sudah cukup lama refreshingnya"

Azkha terdiam dan sepertinya sedang mencerna kalimatku.

"Benar tidak apa-apa?"

Aku mengangguk dan mencoba tersenyum.

"Makasih ya, Al kamu mau mengerti. Maafkan aku..."

***

Azkha sedang bertemu dengan Calista, juga dengan Pak Heru, rekan relasi untuk proyeknya. Mereka membahas apa-apa yang harus disiapkan untuk proyek yang akan mereka buat itu. Restoran Cina menjadi tempat pilihan mereka untuk membahas semuanya.

Setelah cukup lama berbincang, akhirnya Pak Heru menyudahi perbincangannya. Sepertinya ia sudah cukup puas dengan pembahasan kali ini. Tinggal membahas teknik pembangunan proyeknya nanti. Iapun pamit dan meninggalkan Azkha dan Calista di sana.

Azkha meregangkan tubuhnya karna otot-ototnya terasa kaku. Begitu juga Calista.

"Kamu habis dari Bali, Kha?"

With Love White Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang