.
.
Disclaimer: Ide dan inspriasi dari cerita ini tidak berasal dari karya manapun baik karya tertulis, Film, Drama, dan sejenisnya. Karya ini sepenuhnya murni ide dan inspirasi dari author.
.
.
.
"Duduk!" wajah pria itu tampak dalam suasana hati yang tidak sedang ingin berbasa-basi.
Disambut senyuman tipis dan sopan dari gadis yang ada didepannya,kemudian mendudukkan dirinya tepat berhadapan dengan pria tersebut." masih sama? " tanya pria tersebut dengan wajah datar namun tatapannya intens, sangat intens.
" sepertinya begitu, Pak" dijawab langsung tanpa terlihat berpikir sama sekali.
"hhhhuuh.. Oke kamu boleh keluar sekarang" helaan nafas terdengar sangat jelas. Berikutnya pria tersebut kembali pada ekspresi datarnya seperti sebelumnya.
Ini bukan pertama kalinya, tawarannya yang luar biasa ini direspon dengan penolakan " cantik" ala gadis tersebut. Yup, penolakan cantik karena tiap kali menjawabnya, gadis tersebut selalu penuh senyum dengan tatapan mata yang mempesona, meskipun tidak dengan jawabannya.
Gadis itu Lisa. Gadis yang selalu penuh senyum dan aura secerah matahari itu adalah karyawannya. Karyawan di bagian HRD itu sudah dua tahun bekerja di perusahaannya. Kinerjanya bagus, selalu penuh semangat, tidak pernah mengeluh, ceria, tapi tidak ada seorang pun yang bisa menebak jalan pikirannya. Mungkin pantas bergelar gadis ceria yang misterius.
-----------
Lampu kota sudah menerangi jalanan dan gedung-gedung tinggi. Pria itu masih diruangannya sambil terus menatap keluar jendela dari lantai 15 tersebut, matanya menelusuri tiap sudut kota tapi tidak dengan pikirannya. Belum berpikir untuk beranjak pulang ke rumah.
" Kenapa seperti ini?" Pria itu hanya bergumam sendiri. "berhenti? berganti? Gimana inginnya?" terus bergumam sendiri, bertanya sendiri sambil meneguk kopi terakhir hari ini.
"Bro.. masih betah aja dikantor jam segini" suara itu hadir dari kepala yang muncul dibalik pintu sambil melangkah masuk.
"hey" direspon singkat sang pria yang sedari tadi masih sibuk dengan pikirannya sendiri sambil terus menatap ke arah jendela kaca itu.
"yuk balik" ajak Jinyoung, sahabat sekaligus partner kerjanya.
Kemudian direspon anggukan kepala si yang empunya ruangan.
--------
Dari sudut pintu ruangan muncul wanita cantik bernama Wendy dengan wajah kesalnya yang siap meledak.
" ampun ya gue sama anak baru bagian marketing tuh ya. Ditanya apa aja engga pada tahu. Gimana bisa sih lu lolosin tu anak? Lu waktu cek hasil psikotestnya kemarin gimana sih? Pusing gue" omelan panjang tersebut memecah keheningan diruangan itu. Semua sibuk menoleh ke sumber suara dan menghentikan aktifitas masing-masing."kenapa buuu?? Kusut banget tu wajah...keriput loh ntar" celetukan Minnie sambil sibuk dengan stabilo hijau dan file ditangannya.
" Lucas maksud lu? " tanya pria yang mulai fokus ke Wendy.
"iyalah, apa tu anak lu lolosin karena modal tampang doang ya, Doy? Sebel gue"
" Lah.. gue normal kali Wen, masih suka cewek gue " jawab Doyoung dengan kekehannya.
"lagiankan yang ngelolosin diakhirkan Pak Manager kita tuh bukan gue ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories - Rasa
FanfictionShort Stories about Lisa & boys Seringkali setiap pilihan menuntut alasan. Meski tidak semua hal multak beralasan. Seperti Rasa, yang selalu hadir tanpa aturan, tanpa alasan.