.
Please vote and comment if you like it
.
.
.
Somi sedang melayani satu pembeli yang sedari tadi terus melihat daftar catatan belanjanya. Wanita paruh baya itu sepertinya akan memborong beberapa obat dan alat P3K yang katanya untuk keperluan di sekolah. Mungkin wanita ini merupakan seorang guru atau staff sekolahan.
Sambil melayani, Somi melihat ke arah pintu, sepertinya ia kedatangan pembeli lain. Pemuda itu membuka helmnya, lalu menampilkan wajah tampannya. Rezeki matanya sore hari ini cukup menghiburnya setelah melihat wujud yang baru memasuki pintu itu.
" Sebentar ya, Mas" Somi meminta ia menunggu karena wanita tadi masih belum selesai bertransaksi dengannya. Sedangkan rekannya yang lain sepertinya sedang membantu apoteker didalam.
"Engga beli Mba, cuma nyari Lisa. Ada? " senyum Mingyu mengembang sempurna.
" Oh sebentar ya"
Somi menyelesaikan transaksinya dengan wanita pemborong P3K terlebih dahulu. Kemudian menyusul ke ruangan samping memanggil Lisa.Lisa menemui tamunya itu menyusul Somi.
" Loh, kenapa? " pertanyaan reflek pertama Lisa saat melihat Mingyu disana.
Sedangkan Somi asik memperhatikan keduanya. Ia hanya belum sadar saja kalau pemuda yang ia kagumi saat ini adalah orang yang sama yang ia anggap aneh sebelumnya.
"Mau ngajak nemenin makan bentar. Bentar aja"
" Koq tiba-tiba, jam segini? Makan siang atau makan sore nih? " jawab Lisa yang sudah mulai terbiasa dengan sikap random si Mr. Trail ini.
"Belum makan tadi siang. Baru beres, tadi ikut operasi. Masih ada satu setengah jam lagi sebelum praktek di klinik" jelasnya.
" Ya ampun udah jam setengah 3 sore loh ini"
"Tapi engga bisa sekarang, masih kerja"Lisa memberi pengertian. Mingyu tidak kecewa, dengan santai ia memberi penawaran lain.
"Aku beli makan dulu terus aku bawa kesini. Kita makan bareng. Kamu harus temenin aku makan,ya"
Mingyu bergegas kembali ke motornya sesaat melesat entah kemana.Somi yang sejak awal penasaran segera mendekati Lisa.
"Bu, siapa sih? Cakep. Sweet banget lagi, bela-belain demi ditemenin makan. Hehee".
" Engga ingat gitu dia siapa Som? " Lisa menebak kalau Somi akan kaget jika tahu siapa pemuda yang dipujinya itu.
"hah? Emangnya aku kenal, Bu? "
"Dia itu dokter yang datang dengan helm dan baju berlumpur dulu. Yang bikin kita kesal sampai ke ubun-ubun".
Bisa ditebak ekspresi Somi saat ini. Mulutnya terbuka lebar, matanya melotot, membuat Lisa tertawa lebar.
"Koq cakeeeeeeeep" lucu sekali wajah Somi saat mengatakan itu.
"Kenapa bisa dekat? " Somi kemudian menaik turunkan alisnya menggoda Lisa"
"Entahlah tapi ketemu engga sengaja terus setelah kejadian itu. Aku juga bingung"
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories - Rasa
أدب الهواةShort Stories about Lisa & boys Seringkali setiap pilihan menuntut alasan. Meski tidak semua hal multak beralasan. Seperti Rasa, yang selalu hadir tanpa aturan, tanpa alasan.