.
.Happy sunday for every bright mind
.
.Suara ketikan saling berkejar-kejaran dari beberapa meja dalam ruangan yang masih terang benderang di lantai 4 gedung di pinggiran kota. Ini ruangan bagian keuangan sebuah perusahaan ritel yang ada wanita yang menjadi target Mama baru Haruto, Lisa. Dipertengahan pekan ini, Lisa cukup sibuk dengan segala rutinitas pekerjaan normalnya. Yang tidak normal adalah gangguan telepon berulang kali hari ini dari anak yang ditolongnya pada hari Minggu beberapa hari yang lalu.
Kemarin Ayah dari anak itu sempat meneleponnya pada malam hari mengatakan kalau anaknya ingin sekali berterimakasih kepada Lisa dengan mengajaknya makan siang bersama, tapi Lisa menolaknya. Alasannya karena ia sibuk dan tidak bisa untuk berlama-lama saat makan siang, dan satu lagi alasan utamanya, ia merasa tidak ingin berurusan dengan keluarga kecil itu, ia hanya berniat menolong anak lucu itu kemarin, selanjutnya ia tidak ingin lagi ada keterkaitan apapun. Belum lagi ingatannya masih sangat baik untuk mengingat apa yang dikatakan anak itu padanya, bahwa Ayahnya tidak memiliki isteri. Jadi ia memang menghindar sebisanya, bukannya terlalu percaya diri, hanya buat berjaga-jaga.
Kenyataan yang datang tidak sesederhana pikirannya. Sejak menjelang siang tadi keluarga itu berkali-kali menghubunginya mengatakan kalau Haruto ingin bertemu membawanya makan siang atau ingin menjemputnya pulang untuk makan es krim bersama. Awalnya ia tak mengangkat satu pun telepon dari nomor Ayah anak itu, namun setelah membaca pesan yang dikirimkan, akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat telepon terakhir dari nomor yang sama. Ternyata yang menelepon adalah Haruto.
Jujur, Lisa merasa terganggu karena anak itu tampaknya bersikeras ingin bertemu dengannya. Ia mengerti Haruto masih kecil, namun melihat begitu banyak alasan yang anak itu berikan agar Lisa menyetujuinya tetap saja membuatnya geleng-geleng kepala. Ada rasa ingin memukul kepala anak itu jika bertemu nanti, ia sedikit kesal. Meski akhir dari pembicaraan telepon itu, Lisa menolak bingkisan makan siang yang ingin dikirim anak itu tapi ia menyetujui ajakan makan es krim bersama saat sore setelah jam kerjanya berakhir.
"Hai Tante"
anak kecil keras kepala itu tampak sumringah menunggunya diluar mobil Ayahnya yang terparkir di halaman parkir disisi taman gedung ritel itu. Ayahnya yang ada disamping juga tersenyum.
"Hai Ruto"
Lisa membalas sapaan Haruto dan sekilas menyapa Ayahnya. Haruto tampak tersenyum lebar tanpa henti kearahnya.
"Maaf ya Lisa, Haruto terus mengganggu kamu seharian ini ya"
"Iya ni, anaknya ganggu aku kerja Pak, eh Hanbin"
Lisa menjawab jujur dengan menatap gemas kearah Haruto. Hanbin cukup terkejut dengan jawaban wanita ini yang tanpa basa-basi, namun berbeda dengan Haruto, anak itu masih menyegir tanpa dosa kearah Lisa. Lisa pun sudah merubah panggilannya menjadi tidak terlalu formal sekarang.
"Maaf ya kalau begitu"
"Oke. Yuk Ruto kita makan es krim" ajak Lisa santai.
"Bin, sebenarnya aku sama Ruto saja berdua, tidak perlu ditemani. Kamu pasti sibuk kan?"
"Wah jangan Lisa, aku belum berani melepaskan Ruto, takut tingkahnya tak terkendali"
jawab Hanbin tertawa sambil menoyor kepala anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories - Rasa
FanfictionShort Stories about Lisa & boys Seringkali setiap pilihan menuntut alasan. Meski tidak semua hal multak beralasan. Seperti Rasa, yang selalu hadir tanpa aturan, tanpa alasan.