.
.
Disclaimer: Ide dan inspirasi dari cerita ini tidak berasal dari karya manapun baik karya tertulis, Film, Drama, dan sejenisnya. Karya ini sepenuhnya murni ide dan inspirasi dari author.
.
Cast dicerita ini salah satu request yang disebutkan oleh reader di part "Share" sebelumnya, enjoy!
.
.
Seorang wanita melangkah masuk sebuah taksi yang secara mendadak ia berhentikan sesaat setelah keluar dari gedung apartemennya. Koper berukuran sedang sudah ia masukkan ke bagasi taksi itu.
"Bandara Incheon, Pak"
"Baik Nona"
Wanita bermata bulat indah itu menyandarkan tangan kirinya pada pintu taksi tersebut lalu menopang pipi kirinya, arah pandangnya menatap luar jendela, gedung demi gedung dan apapun yang menyentuh titik pandangnya, ia perhatikan. Binarnya tampak sendu, kedipan matanya pun seperti slow motion. Selang beberapa menit, ia mengusap keningnya berulang namun dengan gerakan yang pelan dan halus. Nafasnya terasa berat sejak tadi, hanya saja ia berusaha untuk menampilkan kesan kalau ia baik-baik saja.
Satu tarikan nafas yang teramat dalam lolos darinya, hingga dapat didengar oleh supir taksi yang dari awal sengaja membiarkan hening diantara mereka.
"Baik-baik saja Nona?"
" Hah? Maaf Bapak bicara apa tadi?"
" Apa Anda baik-baik saja, Nona?"
"Ooh, iya" jawab wanita itu lemah, lalu bibirnya kembali mengatup.
"Penerbangan siang?"
"Sore"
wanita itu hanya menyahut pelan.
Supir itu pun kembali menahan tuturnya karena mengerti jika wanita penumpangnya ini sedang tidak ingin banyak bicara. Seterusnya, mereka menempuh jarak panjang menuju tujuan tanpa bicara.
"Sudah sampai Nona"
"Nona...Nona..."
"Hah? oh sampai ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories - Rasa
FanfictionShort Stories about Lisa & boys Seringkali setiap pilihan menuntut alasan. Meski tidak semua hal multak beralasan. Seperti Rasa, yang selalu hadir tanpa aturan, tanpa alasan.