Please vote and comment if you like it
.
.
.
Hari ini di Selasa minggu kedua bulan ini, Lisa mendapat giliran shift malamnya bersama Yedam, si kasir jaga untuk malam ini. Biasanya untuk shift malam dan hari Weekend, memang akan hanya ada dua karyawan yang berjaga di Apotek itu. Selebihnya mereka biasa memiliki personil lebih sebanyak 4 orang.
Meski Apotek akan tutup setiap pukul 11 malam, Lisa biasanya sudah boleh pulang 15 - 20 menit sebelum waktunya. Sisanya kasir hanya akan menjual obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Hal ini juga merupakan pertimbangan agar karyawan wanita tidak pulang terlalu larut." Dam, duluan ya" Lisa bersiap meraih tasnya sambil melewati Yedam, si kasir jaga.
" Ya bu... Hati - hati!"
" Order taksi online?"
"Belum order tapi mau nanti pas didepan" jawab Lisa sambil jalan menuju keluar pintu utama.
Lisa mulai meraba-raba Hp nya yang tadi sudah ia simpan didalam tas, untuk mulai meng-order taksi. Lisa lebih nyaman menggunakan taksi jika pulang shift malam seperti ini. Jika tidak berhalangan, ia akan dijemput oleh ibunya. Namun, ibunya masih dalam fase pemulihan setelah tempo hari mengalami sakit.
Motor trail dengan suara knalpot yang selalu mencari perhatian itu, tiba-tiba berhenti tepat didepannya. Sudah sangat bisa ditebak siapa manusia yang mengendarainya.
" Hey "
" Lisa !"
Ia kemudian membuka helmnya.
" Balik? "
Lisa menatap pemuda itu mematung. Hanya kaget sesaat karena tiba-tiba ada yang berhenti didekatnya.
"Oo, iya"
" Koq tahu nama, sih? "
" easy " jawab pemuda trail Mingyu itu tersenyum.
"Emang mau kemana? " tanya Lisa.
" Baru beres praktek, mau balik"
Jawab Mingyu." Balik sekarang? " sekali lagi Mingyu bertanya.
" Iya"
" Yuk, bareng"
Mingyu berucap santai tapi serius. Namun mata Lisa malah menatap motor trail yang dikendari pemuda itu.
" Motor ini emangnya bisa boncengan?" tanya Lisa serius.
" Ya bisalah, Princess. Princess kebanyakan naik mobil mulu ni kayaknya" sela Mingyu sedikit menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories - Rasa
FanfictionShort Stories about Lisa & boys Seringkali setiap pilihan menuntut alasan. Meski tidak semua hal multak beralasan. Seperti Rasa, yang selalu hadir tanpa aturan, tanpa alasan.