.
.
Please vote and comment if you like it
.
.
Hari - hari berlalu, satu hal yang tak Lisa sangka bahwa ternyata kehadiran lelaki, penumpang kala senja itu, masih memberikan pengaruh dalam hidupnya saat ini. Di setiap paginya, ia berdoa agar langkah kakinya hari itu membawanya bertemu lelaki itu meski hanya sekilas atau hanya dari kejauhan. Gambaran presensi lelaki yang ia gambar dipikirannya masih terlihat jelas.
Sehun, ia bahkan mengukir nama itu dalam catatan pribadinya, yang ia simpan bersama potongan tiket kereta senjanya hari itu, agar kenangan itu tidak terhanyut begitu saja dari memori mungilnya. Ia masih muda, tidak masalah baginya hidup dengan kumpulan kenangan indah meski hanya kenangan singkat bersama orang asing.
---------
8 tahun kemudian
Musim Dingin di Seoul,
Sebuah kantor Periklanan yang berada di salah satu gedung megah Seoul, meski sudah malam, di beberapa bagian ruangan masih terlihat kesibukan. Namun satu per satu juga menutup layar monitornya lalu beranjak pulang. Tersisa seperempat dari penghuni kantor itu yang tampak masih berkutat serius dengan layarnya.
" Lisa, aku duluan. Ibuku sudah menunggu untuk makan malam, hari ini ulang tahunnya"
" Ya, kau memang harus segera pulang, jangan membuatnya kecewa. Sampaikan salamku pada ibumu, Chae"
" Akanku sampaikan. Kau juga harus segera pulang Lisa"
" Aku juga ingin, tapi kau lihat ini kan?"
Lisa menunjuk kearah pekerjaannya yang belum selesai. Wanita yang dipanggil Chae itu pun tertawa.
Lisa, gadis pencari kerja beberapa tahun lalu sudah menjadi wanita dewasa yang menjadi senior dikantornya. Seperti harapannya dulu, di Seoul lah ia berada saat ini untuk menjalani karirnya. Namun semua tidak semulus perkiraan. Ia tidak lulus penerimaan di perusahaan media yang ia inginkan di Seoul beberapa tahun lalu. Ia malah memulai karirnya di Kotanya, Busan. Disebuah perusahaan penerbitan yang cukup baik di Kota itu, sebagai junior, gajinya yang didapatkannya pun cukup sesuai. Setahun setengah ia bekerja disana, namun layaknya anak kecil yang menginginkan permen, bagi Lisa sepertinya Seoul lah yang selalu mengiminginya dengan permen terenak. Kota itu bagai terus memanggilnya untuk didatangi, untuk ditempati. Beruntung Tuhan mengizinkannya menyambangi Kota itu untuk memulai karirnya di dunia periklanan, tempat dimana ia berada saat ini.
Musim dingin telah hadir. Salju pertama pun sudah turun semalam. Kali ini langkahnya menapaki trotoar kota itu dengan sebuah cup kopi yang masih mengepul ditangannya. Pekerjaannya yang menumpuk saat menyambut akhir pekan sudah ia selesaikan tadi. Arah kaki itu mengarah pada stasiun kota. Sudah dua bulan terakhir ia tidak pulang ke kota asalnya untuk berakhir pekan, hari ini waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories - Rasa
FanfictionShort Stories about Lisa & boys Seringkali setiap pilihan menuntut alasan. Meski tidak semua hal multak beralasan. Seperti Rasa, yang selalu hadir tanpa aturan, tanpa alasan.