Disclaimer: Ide dan inspriasi dari cerita ini tidak berasal dari karya manapun baik karya tertulis, Film, Drama, dan sejenisnya. Karya ini sepenuhnya murni ide dan inspirasi dari author.
.
Please vote and comment if you like it
.
.
Selembar kertas lebar bersandar dihadapan seorang wanita yang siap memberikan goresan-goresan detail dan penuh perhitungan diatasnya. Ruangan yang penuh kaca itu siang ini tampak terang benderang, sinar matahari kadang membuat sedikit silau penghuninya. Ada wanita bernama Lalisa yang tampak diam, kadang tampak berpikir keras sebelum menggores apapun dikertas lebar itu. Mencari ide itu tidak semudah menuliskan hafalan yang sudah ada dikepala. Perubahan suasana hati saja, bisa membuat semua ide stagnan.
"Masih memikirkan mimpi itu lagi? "
Tanya seorang wanita yang sejak tadi memperhatikan rekan cantiknya yang lebih banyak melamun daripada menggoreskan apapun itu dengan tangannya. Mereka memang berada diruangan yang sama, tidak hanya untuk hari ini tapi setiap harinya.
" Iya, terus muncul dikepalaku tapi aku berusaha untuk bisa berkonsentrasi"
Kedua wanita cantik ini adalah seorang arsitek. Mereka tidak bekerja di perusahaan manapun saat ini. Mereka membuat perusahaan kecil mereka bersama setelah memiliki pengalaman kerja sebagai arsitek di perusahaan yang cukup bonafide selama sekitar tiga setengah tahun.
Mereka teman semasa kuliah dulu, kemudian bekerja diperusahaan yang berbeda, lalu memutuskan untuk membangun usaha bersama mencari proyek yang sesuai dengan keinginan mereka, meski terdengar sedikit idealis. Keduanya memang wanita yang tampak anggun tapi sisi kuatnya yang tidak tampak adalah mereka berani dalam mengambil resiko.
Sebenarnya wanita-wanita ini bukanlah sahabat yang sangat dekat semasa kuliahnya. Namun mereka seringkali dipertemukan pada proyek-proyek dari dosen-dosen mereka dulu. Lantas keduanya menemukan kecocokan dalam bekerja. Itulah dasar mereka akhirnya bersatu kembali saat ini. Menurut mereka, kecocokan dalam membangun persahabatan belum tentu menjamin adanya kecocokan dalam bekerjasama secara profesional. Meskipun saat ini hubungan persahabatan mereka pun tak kalah eratnya. Mina namanya, yang Lalisa pilih menjadi partner-nya untuk berkarir saat ini.
"Tenang, masih ada waktu 6 hari lagi untuk design itu. Biasanya hanya butuh dua sampai tiga hari untuk kau selesaikan, Lisa. Fokuskan pikiranmu"
"Tapi ini sudah yang ketiga kalinya, Mina. Dan mimpi itu memberikan perasaan yang berbeda ketika aku bangun"
"Bisa saja itu memang suatu petunjuk,tapi mungkin juga karena kau memikirkan mimpimu sebelumnya sehingga ia datang kembali dimimpimu"
" Bisa jadi. Cuma pikiranku sulit diajak bekerjasama. Kilasan mimpi itu hadir terus. Apa aku berlebihan? "
"Mungkin. Hehee"
Mina merespon dengan sedikit tertawa."Tidak ingin makan siang? " tanya Lisa.
"Belum"
"Aku pun sama, sedang tidak ingin makan".
---------
Lalisa sedang berhias didepan cermin besar, ia sudah selesai dengan riasannya. Gaun indahnya terlihat mewah, ia tersenyum. Tak lama, suara ketukan pintu membuat ia mengatur langkah kearah pintu. Ada sosok pria memakai jas yang tak kalah mewah datang menjemputnya, Pria yang tampak memiliki aura pangeran dalam busananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories - Rasa
FanfictionShort Stories about Lisa & boys Seringkali setiap pilihan menuntut alasan. Meski tidak semua hal multak beralasan. Seperti Rasa, yang selalu hadir tanpa aturan, tanpa alasan.