Chapter Twelve

37 3 0
                                    

*Jungkook pov*

Aku melihat Yeri yang berjalan menjauh dari pandangangku. Aneh, Yeri kenapa?? Apa bercandaku kemarin benar-benar keterlaluan?? Sepertinya tidak. Aku menghela nafasku kecil, aku menatap dua styrofoam berisi mie yang masih banyak.

"WOI!! Payah lu ga kaget. Wih ada mie, boleh buat gw ga satu lagi??" Aku menatap Jimin.
"Terserah."
"Eh, lu tadi bolos kelas??" Tanya Jimin.
"Hmm."
"Giliran lagi ada masalah ketus banget lu sama gw, napa sih??" Tanya Jimin. Lagi.
"Kayaknya Yeri masih kesel sama gw."
"Ooh pantes lu bolos, gamau liat muka Yeri dulu hehe. Lagi lu juga, bercanda berat badan, gw kalo jadi Yeri mungkin juga bakal marah sih. Cuman ga separah ini, cuman beberapa jam mungkin. Seulgi biasanya juga gitu." Jawab Jimin panjang lebar.

Aku menopang dagu dengan tangan kanan ku. "Buat apa juga gw mikirin Yeri kan. Ck, kalo kayak gini bisa-bisa gw ga fokus di kelas ngeliat muka dia terus." Ucapku dalam hati.

•••

*Rocky pov*

"LISAAA!!"
"Gw ga budeg Ky. Stop manggil gw pake toa lu ya, putus nih." Aku tertawa, Lisa memang sering bercanda seperti ini. Aku juga sudah biasa, tapi jangan sampai jadi kenyataan. Amit-amit.
"Apaansih Lis, santai. Gw denger-denger lu ikut olimpiade Kimia ya??" Tanyaku.
"Iya. Sorry ga bilang ke lu dulu. Pak John tiba-tiba nawarin gw, ya gw terima lah." Aku mengangguk. Lisa tergolong anak ambis di sekolah, mana bisa di bandingkan dengan aku.
"Santai kali, ga ngomong juga ga papa, paling Nayeon yang ngasih info." Jawabku lesu. Kalau boleh jujur aku dan Lisa belum terlalu terbuka satu sama lain. Ya hanya sekedar memegang status.
"Lu juga sih, jarang ngasih gw info. Emang lu kira gw ga tau kalo lu ikut pertandingan hah??"
"Hehe, lupa." Jawabku dengan senyum od*ol ku.

•••

*Yeri pov*

Di kelas aku tidak bisa fokus, nama Jungkook terus berkeliling di kepalaku. Aku juga tidak tahu aku kenapa, kan ga mungkin kalo aku suka sama dia sampai segitunya "Siapa juga yang suka sama dia." Tapi ga mungkin juga gara-gara berat badan aku sampai kayak gini. "Gila, jangan-jangan gw suka sama Jungkook." Aku menggelengkan kepalaku. Untungnya Jungkook bolos kelas. Dia emang selalu kayak gitu.

"YERI!!" Teriakan itu membuatku reflek melompat dari tempat duduku.
"YA PAK!" Teriakku.
"Kamu berani sama bapak??" Aku kikuk, yang tadi juga reflek kok.
"Engga pak, saya reflek. Maaf." Ucapku dengan kepala menunduk.
"Jawab soal di depan. Kalo kamu ga bisa jawab kamu boleh keluar dari kelas saya." Aku menatap sekelilingku, sayang saja aku memang ga ngerti apa yang pak Saiful jelaskan. Ya iyalah sejak kapan aku ngerti matematika.

Aku maju ke depan dengan keringat dingin, aku benar-benar ga ngerti apa-apa. Jujur saja nilai matematika ku dari dulu ga pernah bagus, paling bagus dapet 70. Aku mengambil spidol yang disodorkan pak Saiful kepadaku. Melihat soal yang ada di papan tulis. Tanganku sudah menempel di papan tulis tanpa ada gerakan.

"Kamu gabisa??" Aku melihat pak Saiful lalu tersenyum.
"Bisa pak, ini saya lagi ngitung kok. Sabar pak." Pak Saiful yang mendengar alasanku hanya diam dan melanjutkan menatap tajam ke arahku. "Ini guru pada diajarin melotot apa ya?? Mana serem banget lagi. Ga ngerti gw pak."
Aku melihat kebelakang, lalu melihat Joy memohon bantuannya. Joy yang melihatku begitu hanya tersenyum senang lalu "Mampus lu Yer." Heran kenapa bisa gw punya temen kayak Joy. Emang bener-bener ni anak "Medit lu, awas lu ga gw traktir lagi." Bisiku pelan.

"Yeri??" Aku melihat ke pak Saiful yang lagi-lagi memanggil namaku.
"Iya pak ini lagi di itung kok." Aku kembali ke arah papan, memejamkan mataku berharap bel pulang sekolah berbunyi. Dan tiba-tiba doa ku terwujud, bel pulang sekolah berbunyi.
"Yeri silahkan duduk, kita tutup hari ini, silahkan Yeri balik ke tempat duduk lalu pimpin doa." Aku mengangguk, dan berlari ke tempat duduk, memasukan segala buku ku ke tasku, lalu memimpin doa. "Ya Allah, emang cuma doa doang paling ampuh. Besok-besok kalo gw ujian ga perlu belajar tinggal berdoa aja."

•••

Aku keluar dari kelas. Menyusuri lorong sekolah menuju pintu gerbang.
"Yeri??" Aku menengok ke belakang. Kak Sehun.
"Ayo kita pulang." Kak Sehun menggandeng tanganku, menyeretku ke tempat dia memarkirkan mobilnya.
"Ayo masuk." Aku mengangguk "Makasih kak."

Di dalam mobil kak Sehun bercerita banyak. Saking banyaknya aku sampai bosan mendengarnya. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
"Yeri?? Kamu ga papa?? Dari tadi bengong aja." Aku menengok ke arah kak Sehun lalu tersenyum, maksudku tuh "Iya."

Kak Sehun berhenti menyetir, menepikan mobilnya di depan pagar rumahku. Aku hendak keluar dari mobil kak Sehun tapi tangan kekar kak Sehun mencengkram tanganku. Aku kaget bukan main.
"Kak." Kak Sehun mendekatkan mukanya dengan mukaku, aku yang waspada perlahan memundurkan mukaku, tapi tidak bisa melepaskan cengkraman tangan kak Sehun.
"Kamu mau kan Jadi pacar aku??" Tanya kak Sehun.
"Maaf kak, saya mau turun." Aku menarik lenganku dari kak Sehun, lalu buru-buru keluar dari mobilnya. Takut?? Iyalah masa engga.

Aku masuk ke rumahku. "Yeri kenapa??" Mamah bertanya kepadaku, tentu mama bertanya, aku masuk rumah dengan air mata, gimana ga ditanyain coba kan.
"Yerii, mamah nanya??!!" Aku mengabaikan mamah, dan terus berlari ke arah kamar lalu menguncinya. Harusnya tadi kak Sehun ga usah pake mencengkramku segala, aku kan jadi takut. "Kalo kayak tadi gimana orang ga takut. Untung tadi kak Sehun belum ngapa-ngapain gw."

•••••
Hai. Aku balik lagi, hehe.

Really Bad Boy||Jungri (BtsVelvet)||EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang