CHAPTER 11

187 37 4
                                    

"Himeeeee.... akhirnya kau pulang juga." Neji membuka kamar Hinata di mansion sepulang dari bekerja dan dihadiahi oleh lemparan bantal dari gadis itu. "Kau tidak ingin memeluk kakakmu lagi ?"
"Hentikan nii-chan aku sudah besar, jangan memperlakukan aku seperti anak kecil lagi." Hinata duduk di kasur dengan wajah cemberut.
"Apakah main rumah-rumahannya bersama pemuda itu sudah selesai ?" Neji menghampiri Hinata dan ikut duduk ditepi ranjang.
"Apa maksudmu nii-chan..." Hinata merasa tidak suka kakaknya menganggap perjuangannya mengejar Sasuke hanyalah main-main.

"Aku tidak sedang bermain. Aku serius.... Aku.... Serius..." Namun perlahan suara gadis itu menghilang dan menunduk.
Melihat Hinata murung Neji juga ikut merasakan sedih, pria dewasa yang kekanakan itu mengusap lembut rambut Hinata.
"Ternyata melihatmu sedih lebih menyakitkan dari pada melihatmu dekat dengan pemuda Uchiha itu."
"Onii-chan..." Hinata mengangkat wajahnya dan menatap Neji yang penuh perhatian dan selalu mengutamakan kebahagiannya.
"Apa aku perlu memukul si Uchiha itu agar sadar kalau adikku sangat sempurna !! Berani sekali dia memperlakukan tuan putri keluarga Hyuuga seperti ini !" Neji terlihat bersemangat mengepalkan tangan kanannya di udara dan berdiri, melihat itu Hinata jadi terhibur.
"Hentikan nii-chan, kau tidak cocok berkelakuan seperti pahlawan bertopeng di shinchan. Hahahaha" Melihat senyum Hinata kembali membuat hati Neji kembali damai.
"Tersenyumlah hime. Aku tidak akan memaafkan orang yang menyakitimu siapapun itu." Neji menangkup kedua pipi Hinata dan menatap gadis itu penuh keseriusan.
"Arigatou Neji nii-chan."
"Cepat mandi dan turun ke ruang makan. Aku akan masak pancake kesukaanmu spesial untuk malam ini."
"Uhmmm." Hinata mengangguk melihat Neji keluar dari kamarnya.

Neji keluar dari kamar Hinata. Dibalik pintu kamar Hinata ada banyak maid dan butler yang berdiri rapi karena disini adalah mansion keluarga Hyuuga yang megah. Termasuk Shikamaru yang memakai seragam butler dan berdiri paling depan di dekat pintu kamar nona mudanya.
"Ternyata aku lebih lemah darimu." Neji berwajah serius menatap lurus kedepan tanpa halangan dan  menepuk bahu Shikamaru tanpa memandangnya.
Di mansion Shikamaru selalu bersikap profesional."Itu kelemahan semua orang yang menyayangi nona, tuan muda." Jawab Shikamaru yang mengerti maksud ucapan dari Neji.
Ya, senyum Hinata adalah kebahagiaan dan sedih Hinata adalah kelemahan. Mereka memang sesederhana itu.

*****

Setelah kemarin Hinata tidak pulang ke rumahnya, hari ini Hinata tidak masuk sekolah dan Sasuke menatap kosong bangku sampingnya yang selalu diisi kehadiran Hinata. Sasuke pulang dan saat membuka pintu rumah tercium aroma masakan membuat Sasuke berlari ke arah dapur. Berharap Hinata telah kembali dan memasakan makanan yang lezat namun yang di jumpainya adalah ibunya.
"Sasu-chan sudah pulang ? Kenapa tidak mengucapkan salam?"
" Kenapa pulang kerumah ?" Sasuke menghampiri ibunya dengan langkah malas.
"Kenapa tampak kecewa ? Ayah dan ibu mendapat libur untuk menghabiskan waktu bersamamu dan Hinata-chan. Ngomong-ngomong kalian tidak pulang bersama ?"
"Dia pulang ke rumahnya."
"Lohh sejak kapan ? Kenapa tidak mengabari ibu ? Jangan bilang kalian bertengkar !"
"Kami tidak bertengkar."
"Lalu kenapa Hinata-chan pergi dan tidak pulang ? Bahkan dia tidak mengabari ibu."
"Tenanglah Mikoto, mari kita dengarkan penjelasan Sasuke dulu." Fugaku turun tangga untuk menegahi suasana tegang anak dan istrinya.

"Ada apa Sasuke ? kemari duduklah." Melihat ayahnya duduk di kursi ruang makan membuat Sasuke ikut meletakkan tas sekolah dan duduk, begitu pula dengan ibunya.
"Bukankah memang itu rumahnya, wajar jika dia pulang ke rumahnya." Sasuke membuang muka dengan malas saat mengatakannya.
"Tapi rumah ini juga rumah Hinata-chan. Dia calon istrimu Sasu...." Mikoto terus mendesak sasuke mengatakan yang sebenarnya.
"Ibuu..." namun Sasuke memotong perkataan Mikoto. "Kenapa kalian begitu mendukungnya masuk dalam kehidupan kita, dia yang menyebabkan aku dibayangi trauma, kadang melihatnya membuat bekas lukaku terasa sakit lagi. Jangan katakan kalian tertarik pada hartanya...." PLAKKK mendengar ucapan anaknya Mikoto menghampiri dan menampar anaknya.

Mengejar OtakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang